Kedai bu Lydia masih ada satu dua yang datang membeli namun bahan masakan sudah tidak lengkap. Waktu masih menunjukkan pukul 15.00 nenek berniat untuk tutup saja daripada mengecewakan konsumen dengan menu yang tidak lengkap. Tera memasang tulisan CLOSE di depan pintu masuk. Dia kembali berjalan ke dalam dan membantu nenek beres –beres.
Setelah selesai mereka duduk di kursi kedai untuk beristirahat sejenak
“Capek ndak Nek?” ucap Tera sambil memijat bahu neneknya.
“Nenek sudah biasa, kamu sendiri gimana?”jawab nenek Lydia.
“Jujur capek sih nek, tapi Tera seneng.” ucap Tera sambil nyengir.
“Kamu sich ngeyel.”
“Kan nenek dah bilang kamu istirahat aja.” ucap nenek sambil memegang tangan Tera yang ada di bahunya.
“Ga capek – capek amat kog Nek. Capek tapi asyik kog.”
“Tera seneng bisa jadi anak yang berguna bagi Nusa dan Bangsa Hahaha.” Tera dan nenek tertawa mendengar kenarsisan Tera.
“Cucu nenek narsis juga ya.. hehehe..” nenek kembali tertawa.
“Nek ke dalam yukk.” Tera menarik tangan neneknya dan berjalan sambil menggandengnya manja.
Tiba – tiba dia teringat tentang Wisnu membuatnya menghentikan langkahnya. Nenek ikut berhenti menatapnya heran.
“Kenapa sayang?” tanya nenek.
“Emm.. Kak Wisnu ternyata guru magang di sekolah Tera Nek.”
“Bagus dong kalian bisa berangkat bareng biar lebih akrab.”
“Ihh, Nenek Tera kan malu.” sahut Tera cemberut dan kembali berjalan.
“Lho kog malu sich.”
“Deket sama guru bisa minta diajarin kalau gak bisa ngerjain PR.” canda nenek sambil menutup mulutnya.
“Nenek tuh ya. Ngajarin cucunya memanfaatkan situasi aja.” Tera cemberut.
“Tera kan malu kalau dia tahu aku anak yang badung.” ucap Tera kemudian tak bersemangat.
“Itu kan dulu sayang. Sekarang kamu adalah cucu cantik nenek yang baik dan pintar.” ucap nenek sambil memeluk Tera.
“Terima kasih Nek.” Tera berkaca – kaca.
Mereka sampai di dalam rumah dan masuk ke kamar masing – masing untuk mandi. Sebelum mandi Tera masih harus membereskan bajunya yang sejak kemarin masih ada di tasnya.
Tak berapa lama berselang dia sudah kembali segar. Hari masih begitu sore untuk tidur. Tera ke ruang depan untuk menonton TV. Acaranya tidak begitu menarik, Tera mencoba memainkan game di Hpnya mengusir kejenuhan. Dia asyik bermain game hingga tak menyadari kalau Wisnu sudah memperhatikkannya dari tadi.
Wisnu keluar kamar karena terbangun mendengar suara TV menyala. Ternyata yang dilihat bukannya TV melaikan HP. Kemudian Wisnu berjalan dan duduk di samping Tera.
“Anak ayam.. eh.. anak.. an..” Tera latah karena kaget lalu berhenti setelah sadar dari keterkejutannya. HP yang dipegangnya pun jatuh.
“Aduhh kak Wisnu. Bilang – bilang dong kalau mau duduk. Jantungan nih.” kata Tera sambil menerima HP Tera yang diambilkan Wisnu.
“Kamu aja yang gak denger aku panggil dari tadi.” kilah Wisnu santai sambil pura – pura melihat acara TV.
“Mana ada. Dari tadi gak ada suara kog.” ucap Tera cemberut. Untung kamu ganteng kak, kalau nggak udah aku timpuk pakai sendal. Batin Tera.
“Dibilangin gak percaya, coba aku tanya. Di TV tadi lagu siapa yang tayang barusan.” tanya Wisnu.
“Emm.. gak tau kak.” Tera merasa bodoh. Pipinya merah menahan malu. Tapi bagi Wisnu itu menyenangkan karena dia terlihat imut.
“Nah kan. Ku bilang juga apa.” Wisnu merasa menang. Sudah lama dia tidak sesenang ini.
Setelah hening sejenak Wisnu kembali bertanya.
“Oh, iya nama kamu siapa? Tadi kita belum sempat berkenalan.”
“Lentera, panggil saja Tera.” jawabnya datar.
“Besok kakak ke sekolah naik apa?”
“Entahlah. Jalan kaki mungkin.” ucap Wisnu sambil menghela napas.
Tera mengamati Wisnu intens, dari wajahnya yang bersih, kulitnya yang terawat, badannya yang bagus, kelihatannya dia bukan orang yang susah.
“Eh, kenapa kamu lihatin aku begitu ya. Apa alisku panjang sebelah?” goda Wisnu merasa dilihatin.
“Eng..enggak papa. Alis kamu baik – baik saja. Hanya saja..” jawab Tera gelagapan. Sebenernya dia malu setengah mati tapi mencoba untuk biasa saja.
“Hanya saja kenapa?” selidik Wisnu.
“Hanya saja ada iler di bibir kamu.” bohong Tera sambil tertawa.
“Yee.. mana ada coba.” ucap Wisnu tak terima sambil mengusap mulutnya.
“Udah buruan kakak mandi sana keburu malem.” ucap Tera.
“Udah akrab aja cucu2 nenek nich.” ucap nenek dari dapur.
“Iya Nek, aku pikir disini bakalan sepi. Untung ada cucu nenek jadi rame.” kata Wisnu.
“Aku bantuin ya Nek.” Tera berjalan menuju dapur.
“Udah kamu mengobrol saja sama nak Wisnu.” jawab nenek sambil memotong sayuran.
“Ogah ahh, kak Wisnu belum mandi.” ucap Tera pedas.
Wisnu tak menjawabnya, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Cantik sih tapi mulutnya tajem.
“Aku mandi dulu ya Nek.” jawab Wisnu sambil berjalan ke kamarnya.
Kamar yang di sewa Wisnu memiliki kamar mandi di dalam, begitupun kamar nenek. Hanya kamar Tera yang tidak ada kamar mandinya di dalam. Itu karena kamar yang ditempati Tera merupakan kamar tamu.
Tera membantu nenek sambil memperhatikan cara nenek memasak. Sepertinya dia sangat ingin bisa memasak. Tentu dia harus bekerja keras karena membedakan lada dengan ketumbar pun tak tahu. Tapi nenek dengan telaten menjelaskan pelan - pelan membuat Tera cepat mengerti.
"Taraa.. masakan ala chef Tera dan nenek." gaya Tera menirukan salah satu acara TV membuat nenek tertawa.
"Buruan ditata di meja makan sanah.. " kata nenek sambil menuang masakan yang lain ke piring - piring.
"Nek, kira - kira Tera bisa masak enak seperti nenek tidak ya?" tanya Tera sedikit merasa ragu.
"Pasti bisa sayang. Kamu harus optimis dong." kata nenek menyamangati.
"Tapi memotong wortel aja aku nggak bisa Nek." sambil mondar mandir menata makanan, piring, dan gelas di meja.
"Ini udah semua kan Nek?" melihat nenek datang membawa teko air putih ke meja makan.
"Lama - lama nanti juga bisa sayang. Kamu harus rajin berlatih biar biasa." kata nenek sambil duduk.
"Kamu panggil nak Wisnu sana!"
"Kita ajak makan sekalian." kata nenek sambil menuang air putih ke gelasnya.
"Baik Nek." ucap Tera lalu berlalu menuju kamar Wisnu.
TOK..TOK..TOK..
Tera mengetuk pintu kamar Wisnu.
"Kak, di panggil nenek buat makan malam."
Wisnu membuka pintu kamarnya tiba - tiba membuat tangan Tera yang hendak mengetuk pintu lagi melayang di depan wajah Wisnu. Untung dia sigap, kalau tidak sudak kena ke wajah Wisnu.
"Maaf habisnya lama gak bukain pintu." ucap Tera nyengir.
"Tadi lagi jalan, gak sabaran banget sich." ucap Wisnu sambil menutup kembali pintu kamarnya.
"Yuk." Wisnu berjalan mendahului Tera yang masih terlihat kesal.
Tera pun segera mengikuti langkah panjang Wisnu dengan sedikit berlari.
"Terima kasih Nek. Wisnu jadi merepotkan Nenek." kata Wisnu setelah duduk di meja makan.
"Anggap saja rumah sendiri Nak Wisnu. Mulai sekarang kamu adalah bagian keluarga ini. Tidak perlu merasa sungkan." kata nenek tulus.
"Dengan senang hati Nek." Wisnu melirik ke arah Tera yang duduk di depannya.
"Nggak usah liat - liat. Buruan makan." ucap Tera ketus. Dia menyodorkan makanan ke dekat Wisnu.
"Jangan diambil hati Nak Wisnu. Tera memang begitu." kata nenek sambil melihat Wisnu takut kalau tersinggung.
"Nggak apa Nek, Tera tidak berbuat kesalahan kog." kata Wisnu.
"Tadi Wisnu saja yang kurang sopan melihatnya begitu lama."
"Oh,iya kamu bisa pakai sepeda yang ada di garasi kalau kamu mau." kata nenek menawari sepeda untuk Wisnu.
"Wah, terima kasih nek."
"Kebetulan saya mengajar tak jauh dari sini Nek. Bisa sekalian olahraga."
Makan malam terasa berbeda bagi nenek Lydia. Dia sangat bahagia ada yang menemaninya di rumah yang biasanya sepi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Umma Athaya
semoga Wisnu menjadi cucu menantunya nenek Lydia ya,Thor 🙏😇
2022-02-23
0
Miracle Tree
❣️❣️❣️❣️❣️❣️❣️
2021-10-24
1
R.F
3 like hadir, like balik iya
2021-08-26
1