Chapter 3 — Perselisihan

Hari baru, udara segar tanpa ternodai polusi membangkitkan semangatnya. Ren meregangkan tubuhnya yang lelah, kotor karena pasir dan sedikit sakit karena melakukan pekerjaan yang cukup melelahkan kemarin.

"Oh? Sepertinya aku bangun lebih cepat, ya. Mau bagaimana lagi, sudah menjadi hal biasa bagiku."

Bagi Ren bangun tidur sama halnya dengan bernapas, sangatlah mudah. Saat telah terjaga, tidak akan ada lagi rasa kantuknya dan dia merasa benar-benar segar.

Kebanyakan orang pasti akan butuh waktu kurang lebih satu jam untuk mengumpulkan niat dan baru beranjak pergi dari kasur. Tetapi bahkan ada beberapa kasus ketika seseorang terbangun dan secara tidak sengaja tertidur lagi, meskipun mereka sudah berniat bangun.

"Rasa kantuk memang tidak bisa ditolak. Terutama jika berada di kasur yang mengeluarkan godaan besar seakan tidak mengizinkan seseorang pergi..."

Rasanya benar-benar nyaman, bahkan Kanzaki pernah menjadi kaum rebahan dan tidak ingin pergi dari kasurnya. Daripada hal itu, mari bangunkan Zain dan yang lainnya.

Setengah jam semenjak semuanya bangun dari tidur kurang nyenyak mereka. Ren membagikan mereka ke tugas-tugas yang berbeda. Zain dan Laura akan mencari makanan atau apapun di sekitar laut, Theresia akan menjaga air desalinasi dan Ren akan pergi ke hutan bersama dengan Mirai.

Ren membawa pisau dan besi panjang yang ditemukan Zain, barangkali dia membutuhkannya saat berada di dalam hutan. Mirai membawa dua botol air berukuran besar dengan harapan menemukan sumber air.

"Sepertinya pulau ini benar-benar lama tidak di tinggali, ya. Terlihat jelas dari tidak ada tanda-tanda tempat ini pernah dilalui," gumam Ren yang memotong rumput di depannya.

Jika tempat ini masih memiliki penghuni, seharusnya tidak akan ada rumput yang menghalangi jalan, sehingga Ren harus memotongnya dengan susah payah. Meskipun begitu, adanya jalan setapak memberikan sebuah bukti kepada Ren...

"Jadi kemungkinan kita orang pertama yang singgah di pulau ini, ya?" tanya Mirai yang melihat ke sekitarnya.

"Tidak juga, setidaknya kita bukan pertama, itu bisa kujamin kebenarannya. Dengan adanya jalan setapak ini, aku mengasumsikan bahwa pernah ada orang yang tinggal di pulau ini, meskipun mungkin sudah bertahun-tahun lamanya."

Dikarenakan hal itulah Ren memiliki harapan bahwa setidaknya ada rumah atau apapun yang ditinggalkan oleh orang yang pernah tinggal di pulau ini.

"Begitu, ya. Aku memang sudah menduganya, tetapi kamu benar-benar mengetahui banyak hal, ya?" tanya Mirai dengan tatapan sedikit kagum.

"Tidak juga, segala yang kuketahui kebetulan aku ingat dengan betul dari buku-buku yang aku baca. Namun, aku tidak cukup maha tahu untuk memberikan solusi terbaik di setiap masalah."

"Kamu mencoba merendah, namun aku tidak membencinya. Justru aku lebih membenci orang yang besar mulut hanya karena sedikit pengetahuan."

Ren sangat sadar bahwa dia bukan yang maha tahu. Dari tujuh milyar manusia, dia tidak akan pernah menjadi nomor satu diantara persaingan yang sebegitu banyaknya. Bahkan Ren kerap ragu dan tidak berani mengklaim dirinya cukup pintar.

"Hmm?" Ren terhenti karena terdapat dua hal yang menarik perhatiannya.

Dua hal itu tidak dapat dia abaikan pada situasi di mana dia harus bertahan hidup dengan segala keterbatasannya. Jika tidak pada keadaan ini, maka dia pasti akan mengabaikannya.

"Ada apa Ren?" tanya Mirai yang bingung dengan alasan Ren berhenti.

Dia mengikuti arah tatapan Ren dan melihat apa yang dilihatnya. Sekejap senyuman lebar terbentuk di bibirnya, matanya berbinar-binar dengan senang karena apa yang dia lihat.

"Bukankah itu blueberry?! Kita sangat beruntung, mari ambil untuk sarapan kecil kita!" Mirai bergegas menghampiri pohon blueberry dengan semangat.

Ren hanya tersenyum dan mengikutinya dengan santai. Buah yang ada cukup banyak, mungkin dapat bertahan sekitar tiga hari jika mereka mengambil secukupnya saja.

"Jika diingat lagi, kita memang belum memakan apa-apa, ya. Aku harap dengan adanya buah ini dapat mengganjal rasa lapar kita hingga sore hari."

"Aku tidak yakin bahwa memakan ini dapat mengganjal perut selama itu. Namun daripada itu, bantu aku memetiknya, Ren!" Mirai dengan semangat memetiknya dan memasukannya ke salah satu botol yang dia bawa.

Ren sendiri tidak yakin dengan perkataannya itu. Memakan blueberry saja dapat menahan rasa lapar selama itu, karena itulah dia berharap jika Laura menemukan sesuatu yang bagus untuk dijadikan makanan.

Ren mengikuti instruksi Mirai dan mulai memetiknya sampai jumlahnya dirasa cukup.

"..."

Ren menatap hal lain yang dia lihat sebelumnya dengan penasaran, sebuah tebing. Ketinggiannya cukup tinggi, sehingga mustahil mendakinya dari sini, alhasil dia perlu jalan memutar jika ingin pergi ke atas tebing. Ren mungkin hanya akan melakukannya ketika persediaan air minum dan makanan mereka sudah stabil.

Dia tidak ingin kehabisan air saat menuju dataran tinggi itu dan yang paling terburuk, dia harus meminum sesuatu yang cukup menjijikkan...

Bukannya ada kepentingan krusial yang membuatnya harus benar-benar pergi ke sana. Namun jika dia melihat sesuatu dari tempat yang tinggi, maka secara otomatis dia bisa melihat keseluruhan hutan dan menemukan apapun yang mereka butuhkan tanpa banyak kesulitan.

Dia jadi tidak perlu menjelajahi pulau secara mendetil, jika sudah mengetahui tempat di mana apapun yang mereka butuhkan berada

"Ada apa, Ren? Mari kita kembali karena semuanya pasti sudah lapar, karena aku juga begitu," Mirai memanggilnya karena dia sudah berada cukup jauh dari Ren.

"Ya, aku datang!"

Ren mengesampingkan pikirannya dan berjalan kembali ke tempat semuanya.

***

"—mengapa kamu melakukan hal sekejam itu?! Bukan hal yang mudah mengumpulkan air dengan cara ini, karena harus mengumpulkan setetes demi setetes air!"

Ren dan Mirai saling menatap dengan heran, wajah mereka menjadi serius dalam sekejap.

"Sepertinya ada perkelahian di sana," ujar Ren dengan khawatir dan sedikit gelisah.

"Ya, dari suaranya, itu mungkin Laura," Mirai sependapat.

Tanpa perlu berlama-lama lagi, Ren dan Mirai bergegas ke sana dan melihat pemandangan tidak terduga.

Laura sedang mendebat Clarissa dan Anastasia yang sudah berjalan pergi. Theresia berada di bawah pohon selagi mengipasi Zain yang terkapar lemas. Dia telah menyadari kehadiran Ren, namun Zain tidak mengatakan sepatah kata apapun.

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini..., mengapa Zain terkapar menyedihkan seperti itu? Mengapa Laura berdebat dengan Clarissa dan Anastasia?"

Runtutan pertanyaan membanjiri Ren yang sama sekali tidak memahami keadaannya.

"Clarissa menendang panci yang kita gunakan untuk menguapkan air. Laura dan Zain melihatnya dan bergegas kemari, namun sebelum mencapai Clarissa, Zain tiba-tiba hendak jatuh karena kepalanya pusing. Untuk Laura..."

"Dia berdebat dengan Clarissa karena marah, ya?" Mirai menambahkan penjelasan Theresia.

"Y-ya, apa yang harus kita lakukan? Persediaan air benar-benar habis dan sudah tidak ada lagi air yang bisa diminum."

Ren menggigit bibirnya dan wajahnya menjadi pahit dan sangat bermasalah. Dia benar-benar tidak pernah menduga bahwa kejadian seperti ini akan terjadi.

Terpopuler

Comments

~♡×°•♪Catherine Hiat♪•°×~♡

~♡×°•♪Catherine Hiat♪•°×~♡

Semangat

2021-07-31

1

Hinata Sakaguchi

Hinata Sakaguchi

Sepi Bener

2021-07-31

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 — Terdampar
2 Chapter 2 — Desalinasi Air
3 Chapter 3 — Perselisihan
4 Chapter 4 — Amonia
5 Chapter 5 — Bintang Laut Pasifik Utara
6 Chapter 6 — Polaris Yang Redup
7 Chapter 7 — Perjalanan
8 Chapter 8 — Jejak Mamalia
9 chapter 9 — Gadis Tersesat
10 Chapter 10 — Gadis Tersesat II
11 Chapter 11 — Gadis Tersesat III
12 Chapter 12 — Monyet Cilik
13 Chapter 13 — Sebuah Tebakan
14 Chapter 14 — Perangkap Jerat
15 Chapter 15 — Kekurangan Ren
16 Chapter 16 — Serigala Berbulu Domba!
17 Chapter 16 — Nyanyian Dan Tarian
18 Chapter 18 — Oasis Di Pulau Terpencil!
19 Chapter 19 — Cerita Ren
20 Chapter 20 — Cerita Ren II
21 Chapter 21 — Rencana Clarissa
22 Chapter 22 — Rencana Clarissa II
23 Chapter 23 — Bodyguard
24 Chapter 24 — Perselisihan
25 Chapter 25 —Wanita Selalu Benar!
26 Chapter 26 — Bentuk Balas Dendam Ren
27 Chapter 27 — Boneka Mirai
28 Chapter 28 — Salah Paham Yang Mengerikan
29 Chapter 29 — Lebah dan Madu
30 Chapter 30 —Perubahan
31 Chapter 31 — Mengambil Madu
32 Chapter 32— Mengambil Madu II
33 Chapter 33 — Mengambil Madu III
34 Chapter 34 — Tamu Tak Diundang
35 Chapter 35 — Penyesalan
36 Chapter 36 — Kesepakatan
37 Chapter 37 — Kesepakatan II
38 Chapter 38 — Tendangan Maut!
39 Chapter 39 — Memberikan Madu
40 Chapter 40 — Perkemahan Clarissa
41 Chapter 41 —Algoritma dan Matematika
42 Chapter 42 —Yang Hancur Takkan Kembali Semula
43 Chapter 43 — Situasi Cuaca
44 Chapter 44 —Payung Sebelum Hujan
45 Chapter 45 — Kesepakatan Rahasia
46 Chapter 46 — Hewan Buruan
47 Chapter 47 — Cerita Clarissa
48 Chapter 48 — Teknik Empat — Pengalihan Isu!
49 Chapter 49 — Itu Baru Semangat!
50 Chapter 50 — Misi Untuk Zain
51 Chapter 51 — Gadis Lugu
52 Chapter 52 — Menjelajahi Hutan
53 Chapter 53 — Terbentuknya Kerjasama
54 Chapter 54 — Menjelajah Hutan II
55 Chapter 55 — Menjelajah Hutan III
56 Chapter 56 — Bintang Utara
57 Chapter 57 — Percakapan Kecil
58 Chapter 58 — Sisi Lain Ren
59 Chapter 59 — Penemuan
60 Chapter 60 — Psikopat!
61 Chapter 61 — Penemuan II
62 Chapter 62 — Tanah Surga
63 Chapter 63 —Sup Rasa Arang!
64 Chapter 64 — Sebagai Pelayan, Sebagai Teman
65 Chapter 65 — Kembalinya Ren dan Theresia
66 Chapter 66 — Uang Berbicara
67 Chapter 67 — Ini Kecelakaan!
68 Chapter 68 — Perasaan Apa Ini?
69 Chapter 69 — Pertemuan
70 Chapter 70 — Buah Pemikiran
71 Chapter 71 — Percakapan
72 Chapter 72 — Percakapan II
73 Khusus Promosi
74 Chapter 73 — Bergabungnya Clarissa
75 Chapter 74 — Kembali Ke Perkemahan
76 Chapter 75 — Kekurangan
77 Chapter 76 — Penjelasan
78 Chapter 77 — Tangisan
79 Chapter 78 — Tangisan II
80 Chapter 79 — Liontin
81 Chapter 80 — Mimpi Zain
82 Chapter 81 — Kejutan
83 Chapter 82 — Badai Akan Datang
84 Chapter 83 — Badai Tiba
85 Chapter 84 — Pencarian
86 Chapter 85 — Pencarian II
87 Chapter 86 — Isi Dari Liontin
88 Chapter 87 — Reuni
89 Chapter 88 — Masa Lalu Clarissa
90 Chapter 89 — Tidak Ada keistimewaan
91 Chapter 90 — Fase Melupakan
92 Chapter 91 — Insiden
93 Chapter 92— Tim Penyelamat (END)
94 Epilog
95 Another Epilog
96 Pengumuman Kecil & Promosi
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Chapter 1 — Terdampar
2
Chapter 2 — Desalinasi Air
3
Chapter 3 — Perselisihan
4
Chapter 4 — Amonia
5
Chapter 5 — Bintang Laut Pasifik Utara
6
Chapter 6 — Polaris Yang Redup
7
Chapter 7 — Perjalanan
8
Chapter 8 — Jejak Mamalia
9
chapter 9 — Gadis Tersesat
10
Chapter 10 — Gadis Tersesat II
11
Chapter 11 — Gadis Tersesat III
12
Chapter 12 — Monyet Cilik
13
Chapter 13 — Sebuah Tebakan
14
Chapter 14 — Perangkap Jerat
15
Chapter 15 — Kekurangan Ren
16
Chapter 16 — Serigala Berbulu Domba!
17
Chapter 16 — Nyanyian Dan Tarian
18
Chapter 18 — Oasis Di Pulau Terpencil!
19
Chapter 19 — Cerita Ren
20
Chapter 20 — Cerita Ren II
21
Chapter 21 — Rencana Clarissa
22
Chapter 22 — Rencana Clarissa II
23
Chapter 23 — Bodyguard
24
Chapter 24 — Perselisihan
25
Chapter 25 —Wanita Selalu Benar!
26
Chapter 26 — Bentuk Balas Dendam Ren
27
Chapter 27 — Boneka Mirai
28
Chapter 28 — Salah Paham Yang Mengerikan
29
Chapter 29 — Lebah dan Madu
30
Chapter 30 —Perubahan
31
Chapter 31 — Mengambil Madu
32
Chapter 32— Mengambil Madu II
33
Chapter 33 — Mengambil Madu III
34
Chapter 34 — Tamu Tak Diundang
35
Chapter 35 — Penyesalan
36
Chapter 36 — Kesepakatan
37
Chapter 37 — Kesepakatan II
38
Chapter 38 — Tendangan Maut!
39
Chapter 39 — Memberikan Madu
40
Chapter 40 — Perkemahan Clarissa
41
Chapter 41 —Algoritma dan Matematika
42
Chapter 42 —Yang Hancur Takkan Kembali Semula
43
Chapter 43 — Situasi Cuaca
44
Chapter 44 —Payung Sebelum Hujan
45
Chapter 45 — Kesepakatan Rahasia
46
Chapter 46 — Hewan Buruan
47
Chapter 47 — Cerita Clarissa
48
Chapter 48 — Teknik Empat — Pengalihan Isu!
49
Chapter 49 — Itu Baru Semangat!
50
Chapter 50 — Misi Untuk Zain
51
Chapter 51 — Gadis Lugu
52
Chapter 52 — Menjelajahi Hutan
53
Chapter 53 — Terbentuknya Kerjasama
54
Chapter 54 — Menjelajah Hutan II
55
Chapter 55 — Menjelajah Hutan III
56
Chapter 56 — Bintang Utara
57
Chapter 57 — Percakapan Kecil
58
Chapter 58 — Sisi Lain Ren
59
Chapter 59 — Penemuan
60
Chapter 60 — Psikopat!
61
Chapter 61 — Penemuan II
62
Chapter 62 — Tanah Surga
63
Chapter 63 —Sup Rasa Arang!
64
Chapter 64 — Sebagai Pelayan, Sebagai Teman
65
Chapter 65 — Kembalinya Ren dan Theresia
66
Chapter 66 — Uang Berbicara
67
Chapter 67 — Ini Kecelakaan!
68
Chapter 68 — Perasaan Apa Ini?
69
Chapter 69 — Pertemuan
70
Chapter 70 — Buah Pemikiran
71
Chapter 71 — Percakapan
72
Chapter 72 — Percakapan II
73
Khusus Promosi
74
Chapter 73 — Bergabungnya Clarissa
75
Chapter 74 — Kembali Ke Perkemahan
76
Chapter 75 — Kekurangan
77
Chapter 76 — Penjelasan
78
Chapter 77 — Tangisan
79
Chapter 78 — Tangisan II
80
Chapter 79 — Liontin
81
Chapter 80 — Mimpi Zain
82
Chapter 81 — Kejutan
83
Chapter 82 — Badai Akan Datang
84
Chapter 83 — Badai Tiba
85
Chapter 84 — Pencarian
86
Chapter 85 — Pencarian II
87
Chapter 86 — Isi Dari Liontin
88
Chapter 87 — Reuni
89
Chapter 88 — Masa Lalu Clarissa
90
Chapter 89 — Tidak Ada keistimewaan
91
Chapter 90 — Fase Melupakan
92
Chapter 91 — Insiden
93
Chapter 92— Tim Penyelamat (END)
94
Epilog
95
Another Epilog
96
Pengumuman Kecil & Promosi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!