Hari baru, udara segar tanpa ternodai polusi membangkitkan semangatnya. Ren meregangkan tubuhnya yang lelah, kotor karena pasir dan sedikit sakit karena melakukan pekerjaan yang cukup melelahkan kemarin.
"Oh? Sepertinya aku bangun lebih cepat, ya. Mau bagaimana lagi, sudah menjadi hal biasa bagiku."
Bagi Ren bangun tidur sama halnya dengan bernapas, sangatlah mudah. Saat telah terjaga, tidak akan ada lagi rasa kantuknya dan dia merasa benar-benar segar.
Kebanyakan orang pasti akan butuh waktu kurang lebih satu jam untuk mengumpulkan niat dan baru beranjak pergi dari kasur. Tetapi bahkan ada beberapa kasus ketika seseorang terbangun dan secara tidak sengaja tertidur lagi, meskipun mereka sudah berniat bangun.
"Rasa kantuk memang tidak bisa ditolak. Terutama jika berada di kasur yang mengeluarkan godaan besar seakan tidak mengizinkan seseorang pergi..."
Rasanya benar-benar nyaman, bahkan Kanzaki pernah menjadi kaum rebahan dan tidak ingin pergi dari kasurnya. Daripada hal itu, mari bangunkan Zain dan yang lainnya.
Setengah jam semenjak semuanya bangun dari tidur kurang nyenyak mereka. Ren membagikan mereka ke tugas-tugas yang berbeda. Zain dan Laura akan mencari makanan atau apapun di sekitar laut, Theresia akan menjaga air desalinasi dan Ren akan pergi ke hutan bersama dengan Mirai.
Ren membawa pisau dan besi panjang yang ditemukan Zain, barangkali dia membutuhkannya saat berada di dalam hutan. Mirai membawa dua botol air berukuran besar dengan harapan menemukan sumber air.
"Sepertinya pulau ini benar-benar lama tidak di tinggali, ya. Terlihat jelas dari tidak ada tanda-tanda tempat ini pernah dilalui," gumam Ren yang memotong rumput di depannya.
Jika tempat ini masih memiliki penghuni, seharusnya tidak akan ada rumput yang menghalangi jalan, sehingga Ren harus memotongnya dengan susah payah. Meskipun begitu, adanya jalan setapak memberikan sebuah bukti kepada Ren...
"Jadi kemungkinan kita orang pertama yang singgah di pulau ini, ya?" tanya Mirai yang melihat ke sekitarnya.
"Tidak juga, setidaknya kita bukan pertama, itu bisa kujamin kebenarannya. Dengan adanya jalan setapak ini, aku mengasumsikan bahwa pernah ada orang yang tinggal di pulau ini, meskipun mungkin sudah bertahun-tahun lamanya."
Dikarenakan hal itulah Ren memiliki harapan bahwa setidaknya ada rumah atau apapun yang ditinggalkan oleh orang yang pernah tinggal di pulau ini.
"Begitu, ya. Aku memang sudah menduganya, tetapi kamu benar-benar mengetahui banyak hal, ya?" tanya Mirai dengan tatapan sedikit kagum.
"Tidak juga, segala yang kuketahui kebetulan aku ingat dengan betul dari buku-buku yang aku baca. Namun, aku tidak cukup maha tahu untuk memberikan solusi terbaik di setiap masalah."
"Kamu mencoba merendah, namun aku tidak membencinya. Justru aku lebih membenci orang yang besar mulut hanya karena sedikit pengetahuan."
Ren sangat sadar bahwa dia bukan yang maha tahu. Dari tujuh milyar manusia, dia tidak akan pernah menjadi nomor satu diantara persaingan yang sebegitu banyaknya. Bahkan Ren kerap ragu dan tidak berani mengklaim dirinya cukup pintar.
"Hmm?" Ren terhenti karena terdapat dua hal yang menarik perhatiannya.
Dua hal itu tidak dapat dia abaikan pada situasi di mana dia harus bertahan hidup dengan segala keterbatasannya. Jika tidak pada keadaan ini, maka dia pasti akan mengabaikannya.
"Ada apa Ren?" tanya Mirai yang bingung dengan alasan Ren berhenti.
Dia mengikuti arah tatapan Ren dan melihat apa yang dilihatnya. Sekejap senyuman lebar terbentuk di bibirnya, matanya berbinar-binar dengan senang karena apa yang dia lihat.
"Bukankah itu blueberry?! Kita sangat beruntung, mari ambil untuk sarapan kecil kita!" Mirai bergegas menghampiri pohon blueberry dengan semangat.
Ren hanya tersenyum dan mengikutinya dengan santai. Buah yang ada cukup banyak, mungkin dapat bertahan sekitar tiga hari jika mereka mengambil secukupnya saja.
"Jika diingat lagi, kita memang belum memakan apa-apa, ya. Aku harap dengan adanya buah ini dapat mengganjal rasa lapar kita hingga sore hari."
"Aku tidak yakin bahwa memakan ini dapat mengganjal perut selama itu. Namun daripada itu, bantu aku memetiknya, Ren!" Mirai dengan semangat memetiknya dan memasukannya ke salah satu botol yang dia bawa.
Ren sendiri tidak yakin dengan perkataannya itu. Memakan blueberry saja dapat menahan rasa lapar selama itu, karena itulah dia berharap jika Laura menemukan sesuatu yang bagus untuk dijadikan makanan.
Ren mengikuti instruksi Mirai dan mulai memetiknya sampai jumlahnya dirasa cukup.
"..."
Ren menatap hal lain yang dia lihat sebelumnya dengan penasaran, sebuah tebing. Ketinggiannya cukup tinggi, sehingga mustahil mendakinya dari sini, alhasil dia perlu jalan memutar jika ingin pergi ke atas tebing. Ren mungkin hanya akan melakukannya ketika persediaan air minum dan makanan mereka sudah stabil.
Dia tidak ingin kehabisan air saat menuju dataran tinggi itu dan yang paling terburuk, dia harus meminum sesuatu yang cukup menjijikkan...
Bukannya ada kepentingan krusial yang membuatnya harus benar-benar pergi ke sana. Namun jika dia melihat sesuatu dari tempat yang tinggi, maka secara otomatis dia bisa melihat keseluruhan hutan dan menemukan apapun yang mereka butuhkan tanpa banyak kesulitan.
Dia jadi tidak perlu menjelajahi pulau secara mendetil, jika sudah mengetahui tempat di mana apapun yang mereka butuhkan berada
"Ada apa, Ren? Mari kita kembali karena semuanya pasti sudah lapar, karena aku juga begitu," Mirai memanggilnya karena dia sudah berada cukup jauh dari Ren.
"Ya, aku datang!"
Ren mengesampingkan pikirannya dan berjalan kembali ke tempat semuanya.
***
"—mengapa kamu melakukan hal sekejam itu?! Bukan hal yang mudah mengumpulkan air dengan cara ini, karena harus mengumpulkan setetes demi setetes air!"
Ren dan Mirai saling menatap dengan heran, wajah mereka menjadi serius dalam sekejap.
"Sepertinya ada perkelahian di sana," ujar Ren dengan khawatir dan sedikit gelisah.
"Ya, dari suaranya, itu mungkin Laura," Mirai sependapat.
Tanpa perlu berlama-lama lagi, Ren dan Mirai bergegas ke sana dan melihat pemandangan tidak terduga.
Laura sedang mendebat Clarissa dan Anastasia yang sudah berjalan pergi. Theresia berada di bawah pohon selagi mengipasi Zain yang terkapar lemas. Dia telah menyadari kehadiran Ren, namun Zain tidak mengatakan sepatah kata apapun.
"Apa yang sebenarnya terjadi di sini..., mengapa Zain terkapar menyedihkan seperti itu? Mengapa Laura berdebat dengan Clarissa dan Anastasia?"
Runtutan pertanyaan membanjiri Ren yang sama sekali tidak memahami keadaannya.
"Clarissa menendang panci yang kita gunakan untuk menguapkan air. Laura dan Zain melihatnya dan bergegas kemari, namun sebelum mencapai Clarissa, Zain tiba-tiba hendak jatuh karena kepalanya pusing. Untuk Laura..."
"Dia berdebat dengan Clarissa karena marah, ya?" Mirai menambahkan penjelasan Theresia.
"Y-ya, apa yang harus kita lakukan? Persediaan air benar-benar habis dan sudah tidak ada lagi air yang bisa diminum."
Ren menggigit bibirnya dan wajahnya menjadi pahit dan sangat bermasalah. Dia benar-benar tidak pernah menduga bahwa kejadian seperti ini akan terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
~♡×°•♪Catherine Hiat♪•°×~♡
Semangat
2021-07-31
1
Hinata Sakaguchi
Sepi Bener
2021-07-31
0