Sebelumnya, Clarissa datang dan mengacaukan kelompok Ren dengan membuang persediaan air mereka yang memang sedikit. Laura dan Zain yang tengah mencari sesuatu menghampiri dengan tergesa-gesa, tetapi seribu sayang karena hal itu membuat Zain dehidrasi dan sakit kepala.
Laura mendebat Clarissa dan Anastasia. Tidak peduli apa yang dia katakan, lontarkan kepada Clarissa, air mereka tidak akan dapat kembali.
Ren dan Mirai hanya tercengang dengan pemandangan itu, selagi Mirai membantu Theresia mengipasi Zain.
"..."
Ren memikirkan secara matang, haruskah dia memberikan 'Air itu' kepada Zain ataupun Laura? Memang akan menjijikan, tetapi hal itu menjadi sangat berguna disaat-saat genting seperti ini.
Dia ingat bahwa 'Air itu' dapat dikonsumsi untuk saat-saat paling genting saja. Bukannya tidak bisa dikonsumsi sesering mungkin, hanya saja hal itu akan memberikan kesan yang sangat menjijikan.
"Ren..., maafkan aku, karena semua ini terjadi sehingga membuatmu sakit kepala...," Laura datang kepadanya dengan tatapan sedih.
Dia tampak sangat menyesalinya, terpampang jelas dari raut wajahnya. Bibirnya yang tipis bergetar dan matanya tertunduk bagai anak anjing kecil lucu yang merasa sedih.
Dia tahu bahwa Ren pasti orang yang paling merasa tertekan di pulau terpencil ini. Ren harus menggunakan pengetahuannya untuk memimpin mereka dan tetap bertahan hidup sampai tim penyelamat datang.
Jika itu dia, Laura sangat yakin dirinya sangat tidak sanggup membawa beban sebesar itu, beban nyawa manusia.
"Tidak apa-apa kok, Laura. Hal remeh seperti itu tidak akan menambah sakit kepala, hanya saja, aku sedang mempertimbangkan menggunakannya atau tidak..."
Tatapannya melirik kepada Zain yang sedikit terengah-engah dan menderita. Dia mengakui bahwa tidak ada pilihan lain selain melakukannya.
"Begitu. Omong-omong, Ren, aku menemukan sesuatu—"
"Laura!"
Ren bergegas memapah tubuhnya yang tiba-tiba menjadi lemas. Wajahnya terlihat sedikit kesakitan dan Ren segera membawanya ke tempat yang teduh.
Laura memegang kepalanya dan mengatakan, "Maaf, sepertinya aku juga sama seperti Zain."
"Bertahanlah, Laura. Tahanlah air liur milikmu tetapi di mulut agar tidak kering."
"Maaf, tapi mulutku benar-benar kering dan tidak ada apapun yang tersisa."
Mustahil dia meminumkan 'Air itu' kepada Laura yang seorang gadis, tidak apa jika dia seorang pria seperti Zain. Pastinya akan meninggalkan kesan tidak enak jika dia melakukannya kepada gadis.
Dia mulai mempertimbangkan beberapa cara lain untuk mendapatkan air secepat mungkin. Pilihan terbaik adalah pohon kelapa atau pohon pisang, namun Ren tidak melihat dua tumbuhan itu hidup di pulau ini.
Ren terpikirkan cara yang bisa membuat Laura bertahan sedikit lebih lama sampai desalinasi menghasilkan sedikit air, tetapi untuk Zain...
"Sepertinya memang tidak ada jalan lain, ya!"
"Ren?" gumam Laura dengan lirih ketika melihat Ren menatapnya dengan sedikit malu.
"Bukan berarti aku menginginkannya, menghindar jika kamu menolaknya, karena hanya ini cara terbaik yang bisa kulakukan kepadamu..."
Laura menegang, membiarkan wajahnya terbakar dengan malu ketika perlahan wajah Ren mendekati wajahnya. Tampan, lembut dan aroma harum pria dapat dengan jelas diendus, dilihat olehnya.
Dia tahu apa yang hendak Ren lakukan, dia sangat tahu itu, tetapi tidak sedikitpun dia membencinya, jika itu Ren, maka sebaliknya, dia akan bersedia. Lantas sesuatu yang hangat, lembut dan sedikit asin menyentuh bibirnya yang kering.
Jantung Laura berdebar-debar dengan kuat, tubuhnya memanas karena hal lain, rasanya benar-benar mendebarkan. Apakah perasaan semacam itu yang selalu dikenal dengan cinta?
Bila cinta adalah sebuah perasaan yang terlukiskan dengan bagaimana seseorang nyaman, berdebar-debar, memanas, terangsang dengan lawan jenis tertentu..., maka benar, apa yang dia rasakan mungkin cinta.
Hal itu bukan secara mendadak. Sejak awal perjumpaan, ketika Laura menelan banyak air laut dan Ren menyelamatkannya, dia mungkin sudah jatuh cinta. Dia hanya tidak menyadarinya saja pada saat itu. Kini dia menyadari dengan jelas, bahwa perasaan yang membuat dadanya berdebar-debar adalah cinta.
Pertama kalinya dalam hidup, Ren merasakan kehangatan dari bibir seorang wanita. Dia tahu bahwa wajahnya terbilang bagus, bahkan tidak sedikit wanita yang menyatakan perasaan kepadanya saat di SMA, namun tidak sekalipun Ren menerimanya.
Tidak sekalipun dia membayangkan bahwa ciuman pertamanya akan digunakan untuk menyelamatkan nyawa seseorang, gadis pula.
"..."
Ren menyelipkan lidahnya ke mulut laura dan merasakan lidah kasar dan kering. Dia perlahan melumurinya dengan cairan yang berada di lidahnya dan begitu selesai, dengan segera dia melepaskan bibirnya dari bibir Laura.
"Hawawawa..." Theresia dan Mirai merona akan hal yang dilakukan Ren dan Laura.
Sangat jelas bahwa mereka tidak membayangkan tindakan Ren, tetapi entah mengapa hal itu meninggalkan beberapa jejak kesedihan di wajah Theresia.
Ren dengan segera mengabaikan kehadiran mereka, dia tertuju kepada gadis terbakar merah yang memegang bibirnya dengan malu.
"Meskipun akan sedikit menjijikan, aku ingin kamu menahan air liurnya tetap di mulutmu agar tida kering. Jika terkesan tidak enak kepadamu, muntah kan saja. Lalu, maaf karena aku bertindak seenaknya!"
"Ti-tidak, bukan berarti aku tidak menyukainya bisa i-itu kamu."
Memang mengejutkan bahwa tidak ada penolakan dari Laura, hal itu justru membuat Ren memerah malu. Ren menyingkirkan segala pemikirannya tentang hal itu, dengan segera beralih kepada Zain yang masihlah terkapar lemah.
"Ren, jangan-jangan kamu...—" Theresia memerah karena memikirkan hal yang benar-benar tidak senonoh.
"Apa kamu juga akan mencium Zain? Oh tidak, jiwa Fujoushi milikku akan bangkit!" Mirai menantikan tindakan Ren dengan semangat.
Ren menatap Mirai dengan kejutan, benar-benar tidak menduga bahwa Mirai menyukai sesuatu seperti itu. Meski begitu, dia tidak dapat melakukan apapun. Lagipula, Ren juga tidak membenci sesuatu yang berhubungan dengan sesama jenis perempuan atau yang dikenal dengan yuri.
"Aku tidak akan melakukan sesuatu seperti itu. Sekarang, aku ingin kalian semua berbalik, karena hal ini bukan sesuatu yang harus diperlihatkan kepada kalian ataupun Zain."
Ren memasang wajah pahit dan begitu bermasalah yang membuat Mirai, Theresia dan Laura prihatin kepadanya, meskipun sangat tidak tahu apa yang Ren rencanakan.
"Ba-baik, entah mengapa aku merasa kamu sangat bermasalah dengan apa yang akan kau lakukan."
Mirai, Theresia dan Laura membalikan badan mereka tanpa banyak bertanya dengan tindakan seperti apa yang diambil Ren.
"Maaf Zain, ini demi kebaikanmu. Aku akan menutup mata dan hidungmu dengan pakaianku dan berusahalah untuk tetap membuka mulutmu."
Zain merasa sedikit takut dengan hal semacam apa yang dilakukan Ren, tetapi karena dia mempercayainya dengan sangat, Zain tidak memperdulikan detail tidak berguna dan membuka mulutnya dalam diam.
"Aku harus pastikan untuk menembak di tempat yang tepat," gumam Ren selagi membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang kejantanan miliknya.
Dia berdiri di atas Zain dan begitu merasa jalur tembakannya sudah tepat, dengan segera dia mengeluarkannya.
"Aku pasti akan menanggung dosa ini," gumam Ren selagi membiarkan Zain meminumnya.
Ren mengeluarkannya dan tepat ke mulut Zain yang terbuka dan menelannya, meskipun rasanya mungkin aneh.
"Hmm? Mirai, apakah kamu mendengar suara seperti air mancur di belakang sana?" tanya Theresia dengan penasaran.
"Aku juga mencium aroma seperti..., ah—" Laura memiliki tebakan yang sangat mengejutkan.
Apa yang dia pikirkan tidak berbeda jauh dengan apa yang dipikirkan Mirai dan Theresia. Mereka tidak berani berbalik untuk memastikannya dengan jelas, hal itu dikarenakan mereka takut melihat bagian tubuh pria yang bisa menjadi sangat ganas.
"Benar juga, aku ingat bahwa di Afrika ada terapi tradisional yang meminum urin..." gumam Laura yang menunjukkan keprihatinan kepada Zain.
Saat ini, sekarang ini juga, mereka tahu dengan jelas hal yang dilakukan Ren kepada Zain. Ren sengaja tidak membiarkan mereka tahu apa yang dia lakukan, tetapi mereka tidak cukup bodoh untuk tidak memahaminya.
Mereka tahu bahwa—
Ren membuat Zain meminum air seninya kepada Zain yang polos dan tidak tahu apapun!
Sebagai catatan, tidak diperkenankan bagi kalian mencobanya di rumah, karena itu menjijikkan meskipun tidak ada efek samping tertentu dari meminumnya!
***
Selebihnya, silahkan baca komentar ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Karebet
👍👍👍
2022-05-18
0
la beneamata
asu,muntah bacanya,kalo ada dislike dah aku dislike kalo perlu bom dislike,asuuuu
2022-05-05
0
weny
bayangin aja dah jijik y..
2021-12-15
0