Chapter 4 — Amonia

Sebelumnya, Clarissa datang dan mengacaukan kelompok Ren dengan membuang persediaan air mereka yang memang sedikit. Laura dan Zain yang tengah mencari sesuatu menghampiri dengan tergesa-gesa, tetapi seribu sayang karena hal itu membuat Zain dehidrasi dan sakit kepala.

Laura mendebat Clarissa dan Anastasia. Tidak peduli apa yang dia katakan, lontarkan kepada Clarissa, air mereka tidak akan dapat kembali.

Ren dan Mirai hanya tercengang dengan pemandangan itu, selagi Mirai membantu Theresia mengipasi Zain.

"..."

Ren memikirkan secara matang, haruskah dia memberikan 'Air itu' kepada Zain ataupun Laura? Memang akan menjijikan, tetapi hal itu menjadi sangat berguna disaat-saat genting seperti ini.

Dia ingat bahwa 'Air itu' dapat dikonsumsi untuk saat-saat paling genting saja. Bukannya tidak bisa dikonsumsi sesering mungkin, hanya saja hal itu akan memberikan kesan yang sangat menjijikan.

"Ren..., maafkan aku, karena semua ini terjadi sehingga membuatmu sakit kepala...," Laura datang kepadanya dengan tatapan sedih.

Dia tampak sangat menyesalinya, terpampang jelas dari raut wajahnya. Bibirnya yang tipis bergetar dan matanya tertunduk bagai anak anjing kecil lucu yang merasa sedih.

Dia tahu bahwa Ren pasti orang yang paling merasa tertekan di pulau terpencil ini. Ren harus menggunakan pengetahuannya untuk memimpin mereka dan tetap bertahan hidup sampai tim penyelamat datang.

Jika itu dia, Laura sangat yakin dirinya sangat tidak sanggup membawa beban sebesar itu, beban nyawa manusia.

"Tidak apa-apa kok, Laura. Hal remeh seperti itu tidak akan menambah sakit kepala, hanya saja, aku sedang mempertimbangkan menggunakannya atau tidak..."

Tatapannya melirik kepada Zain yang sedikit terengah-engah dan menderita. Dia mengakui bahwa tidak ada pilihan lain selain melakukannya.

"Begitu. Omong-omong, Ren, aku menemukan sesuatu—"

"Laura!"

Ren bergegas memapah tubuhnya yang tiba-tiba menjadi lemas. Wajahnya terlihat sedikit kesakitan dan Ren segera membawanya ke tempat yang teduh.

Laura memegang kepalanya dan mengatakan, "Maaf, sepertinya aku juga sama seperti Zain."

"Bertahanlah, Laura. Tahanlah air liur milikmu tetapi di mulut agar tidak kering."

"Maaf, tapi mulutku benar-benar kering dan tidak ada apapun yang tersisa."

Mustahil dia meminumkan 'Air itu' kepada Laura yang seorang gadis, tidak apa jika dia seorang pria seperti Zain. Pastinya akan meninggalkan kesan tidak enak jika dia melakukannya kepada gadis.

Dia mulai mempertimbangkan beberapa cara lain untuk mendapatkan air secepat mungkin. Pilihan terbaik adalah pohon kelapa atau pohon pisang, namun Ren tidak melihat dua tumbuhan itu hidup di pulau ini.

Ren terpikirkan cara yang bisa membuat Laura bertahan sedikit lebih lama sampai desalinasi menghasilkan sedikit air, tetapi untuk Zain...

"Sepertinya memang tidak ada jalan lain, ya!"

"Ren?" gumam Laura dengan lirih ketika melihat Ren menatapnya dengan sedikit malu.

"Bukan berarti aku menginginkannya, menghindar jika kamu menolaknya, karena hanya ini cara terbaik yang bisa kulakukan kepadamu..."

Laura menegang, membiarkan wajahnya terbakar dengan malu ketika perlahan wajah Ren mendekati wajahnya. Tampan, lembut dan aroma harum pria dapat dengan jelas diendus, dilihat olehnya.

Dia tahu apa yang hendak Ren lakukan, dia sangat tahu itu, tetapi tidak sedikitpun dia membencinya, jika itu Ren, maka sebaliknya, dia akan bersedia. Lantas sesuatu yang hangat, lembut dan sedikit asin menyentuh bibirnya yang kering.

Jantung Laura berdebar-debar dengan kuat, tubuhnya memanas karena hal lain, rasanya benar-benar mendebarkan. Apakah perasaan semacam itu yang selalu dikenal dengan cinta?

Bila cinta adalah sebuah perasaan yang terlukiskan dengan bagaimana seseorang nyaman, berdebar-debar, memanas, terangsang dengan lawan jenis tertentu..., maka benar, apa yang dia rasakan mungkin cinta.

Hal itu bukan secara mendadak. Sejak awal perjumpaan, ketika Laura menelan banyak air laut dan Ren menyelamatkannya, dia mungkin sudah jatuh cinta. Dia hanya tidak menyadarinya saja pada saat itu. Kini dia menyadari dengan jelas, bahwa perasaan yang membuat dadanya berdebar-debar adalah cinta.

Pertama kalinya dalam hidup, Ren merasakan kehangatan dari bibir seorang wanita. Dia tahu bahwa wajahnya terbilang bagus, bahkan tidak sedikit wanita yang menyatakan perasaan kepadanya saat di SMA, namun tidak sekalipun Ren menerimanya.

Tidak sekalipun dia membayangkan bahwa ciuman pertamanya akan digunakan untuk menyelamatkan nyawa seseorang, gadis pula.

"..."

Ren menyelipkan lidahnya ke mulut laura dan merasakan lidah kasar dan kering. Dia perlahan melumurinya dengan cairan yang berada di lidahnya dan begitu selesai, dengan segera dia melepaskan bibirnya dari bibir Laura.

"Hawawawa..." Theresia dan Mirai merona akan hal yang dilakukan Ren dan Laura.

Sangat jelas bahwa mereka tidak membayangkan tindakan Ren, tetapi entah mengapa hal itu meninggalkan beberapa jejak kesedihan di wajah Theresia.

Ren dengan segera mengabaikan kehadiran mereka, dia tertuju kepada gadis terbakar merah yang memegang bibirnya dengan malu.

"Meskipun akan sedikit menjijikan, aku ingin kamu menahan air liurnya tetap di mulutmu agar tida kering. Jika terkesan tidak enak kepadamu, muntah kan saja. Lalu, maaf karena aku bertindak seenaknya!"

"Ti-tidak, bukan berarti aku tidak menyukainya bisa i-itu kamu."

Memang mengejutkan bahwa tidak ada penolakan dari Laura, hal itu justru membuat Ren memerah malu. Ren menyingkirkan segala pemikirannya tentang hal itu, dengan segera beralih kepada Zain yang masihlah terkapar lemah.

"Ren, jangan-jangan kamu...—" Theresia memerah karena memikirkan hal yang benar-benar tidak senonoh.

"Apa kamu juga akan mencium Zain? Oh tidak, jiwa Fujoushi milikku akan bangkit!" Mirai menantikan tindakan Ren dengan semangat.

Ren menatap Mirai dengan kejutan, benar-benar tidak menduga bahwa Mirai menyukai sesuatu seperti itu. Meski begitu, dia tidak dapat melakukan apapun. Lagipula, Ren juga tidak membenci sesuatu yang berhubungan dengan sesama jenis perempuan atau yang dikenal dengan yuri.

"Aku tidak akan melakukan sesuatu seperti itu. Sekarang, aku ingin kalian semua berbalik, karena hal ini bukan sesuatu yang harus diperlihatkan kepada kalian ataupun Zain."

Ren memasang wajah pahit dan begitu bermasalah yang membuat Mirai, Theresia dan Laura prihatin kepadanya, meskipun sangat tidak tahu apa yang Ren rencanakan.

"Ba-baik, entah mengapa aku merasa kamu sangat bermasalah dengan apa yang akan kau lakukan."

Mirai, Theresia dan Laura membalikan badan mereka tanpa banyak bertanya dengan tindakan seperti apa yang diambil Ren.

"Maaf Zain, ini demi kebaikanmu. Aku akan menutup mata dan hidungmu dengan pakaianku dan berusahalah untuk tetap membuka mulutmu."

Zain merasa sedikit takut dengan hal semacam apa yang dilakukan Ren, tetapi karena dia mempercayainya dengan sangat, Zain tidak memperdulikan detail tidak berguna dan membuka mulutnya dalam diam.

"Aku harus pastikan untuk menembak di tempat yang tepat," gumam Ren selagi membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang kejantanan miliknya.

Dia berdiri di atas Zain dan begitu merasa jalur tembakannya sudah tepat, dengan segera dia mengeluarkannya.

"Aku pasti akan menanggung dosa ini," gumam Ren selagi membiarkan Zain meminumnya.

Ren mengeluarkannya dan tepat ke mulut Zain yang terbuka dan menelannya, meskipun rasanya mungkin aneh.

"Hmm? Mirai, apakah kamu mendengar suara seperti air mancur di belakang sana?" tanya Theresia dengan penasaran.

"Aku juga mencium aroma seperti..., ah—" Laura memiliki tebakan yang sangat mengejutkan.

Apa yang dia pikirkan tidak berbeda jauh dengan apa yang dipikirkan Mirai dan Theresia. Mereka tidak berani berbalik untuk memastikannya dengan jelas, hal itu dikarenakan mereka takut melihat bagian tubuh pria yang bisa menjadi sangat ganas.

"Benar juga, aku ingat bahwa di Afrika ada terapi tradisional yang meminum urin..." gumam Laura yang menunjukkan keprihatinan kepada Zain.

Saat ini, sekarang ini juga, mereka tahu dengan jelas hal yang dilakukan Ren kepada Zain. Ren sengaja tidak membiarkan mereka tahu apa yang dia lakukan, tetapi mereka tidak cukup bodoh untuk tidak memahaminya.

Mereka tahu bahwa—

Ren membuat Zain meminum air seninya kepada Zain yang polos dan tidak tahu apapun!

Sebagai catatan, tidak diperkenankan bagi kalian mencobanya di rumah, karena itu menjijikkan meskipun tidak ada efek samping tertentu dari meminumnya!

***

Selebihnya, silahkan baca komentar ya.

Terpopuler

Comments

Karebet

Karebet

👍👍👍

2022-05-18

0

la beneamata

la beneamata

asu,muntah bacanya,kalo ada dislike dah aku dislike kalo perlu bom dislike,asuuuu

2022-05-05

0

weny

weny

bayangin aja dah jijik y..

2021-12-15

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 — Terdampar
2 Chapter 2 — Desalinasi Air
3 Chapter 3 — Perselisihan
4 Chapter 4 — Amonia
5 Chapter 5 — Bintang Laut Pasifik Utara
6 Chapter 6 — Polaris Yang Redup
7 Chapter 7 — Perjalanan
8 Chapter 8 — Jejak Mamalia
9 chapter 9 — Gadis Tersesat
10 Chapter 10 — Gadis Tersesat II
11 Chapter 11 — Gadis Tersesat III
12 Chapter 12 — Monyet Cilik
13 Chapter 13 — Sebuah Tebakan
14 Chapter 14 — Perangkap Jerat
15 Chapter 15 — Kekurangan Ren
16 Chapter 16 — Serigala Berbulu Domba!
17 Chapter 16 — Nyanyian Dan Tarian
18 Chapter 18 — Oasis Di Pulau Terpencil!
19 Chapter 19 — Cerita Ren
20 Chapter 20 — Cerita Ren II
21 Chapter 21 — Rencana Clarissa
22 Chapter 22 — Rencana Clarissa II
23 Chapter 23 — Bodyguard
24 Chapter 24 — Perselisihan
25 Chapter 25 —Wanita Selalu Benar!
26 Chapter 26 — Bentuk Balas Dendam Ren
27 Chapter 27 — Boneka Mirai
28 Chapter 28 — Salah Paham Yang Mengerikan
29 Chapter 29 — Lebah dan Madu
30 Chapter 30 —Perubahan
31 Chapter 31 — Mengambil Madu
32 Chapter 32— Mengambil Madu II
33 Chapter 33 — Mengambil Madu III
34 Chapter 34 — Tamu Tak Diundang
35 Chapter 35 — Penyesalan
36 Chapter 36 — Kesepakatan
37 Chapter 37 — Kesepakatan II
38 Chapter 38 — Tendangan Maut!
39 Chapter 39 — Memberikan Madu
40 Chapter 40 — Perkemahan Clarissa
41 Chapter 41 —Algoritma dan Matematika
42 Chapter 42 —Yang Hancur Takkan Kembali Semula
43 Chapter 43 — Situasi Cuaca
44 Chapter 44 —Payung Sebelum Hujan
45 Chapter 45 — Kesepakatan Rahasia
46 Chapter 46 — Hewan Buruan
47 Chapter 47 — Cerita Clarissa
48 Chapter 48 — Teknik Empat — Pengalihan Isu!
49 Chapter 49 — Itu Baru Semangat!
50 Chapter 50 — Misi Untuk Zain
51 Chapter 51 — Gadis Lugu
52 Chapter 52 — Menjelajahi Hutan
53 Chapter 53 — Terbentuknya Kerjasama
54 Chapter 54 — Menjelajah Hutan II
55 Chapter 55 — Menjelajah Hutan III
56 Chapter 56 — Bintang Utara
57 Chapter 57 — Percakapan Kecil
58 Chapter 58 — Sisi Lain Ren
59 Chapter 59 — Penemuan
60 Chapter 60 — Psikopat!
61 Chapter 61 — Penemuan II
62 Chapter 62 — Tanah Surga
63 Chapter 63 —Sup Rasa Arang!
64 Chapter 64 — Sebagai Pelayan, Sebagai Teman
65 Chapter 65 — Kembalinya Ren dan Theresia
66 Chapter 66 — Uang Berbicara
67 Chapter 67 — Ini Kecelakaan!
68 Chapter 68 — Perasaan Apa Ini?
69 Chapter 69 — Pertemuan
70 Chapter 70 — Buah Pemikiran
71 Chapter 71 — Percakapan
72 Chapter 72 — Percakapan II
73 Khusus Promosi
74 Chapter 73 — Bergabungnya Clarissa
75 Chapter 74 — Kembali Ke Perkemahan
76 Chapter 75 — Kekurangan
77 Chapter 76 — Penjelasan
78 Chapter 77 — Tangisan
79 Chapter 78 — Tangisan II
80 Chapter 79 — Liontin
81 Chapter 80 — Mimpi Zain
82 Chapter 81 — Kejutan
83 Chapter 82 — Badai Akan Datang
84 Chapter 83 — Badai Tiba
85 Chapter 84 — Pencarian
86 Chapter 85 — Pencarian II
87 Chapter 86 — Isi Dari Liontin
88 Chapter 87 — Reuni
89 Chapter 88 — Masa Lalu Clarissa
90 Chapter 89 — Tidak Ada keistimewaan
91 Chapter 90 — Fase Melupakan
92 Chapter 91 — Insiden
93 Chapter 92— Tim Penyelamat (END)
94 Epilog
95 Another Epilog
96 Pengumuman Kecil & Promosi
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Chapter 1 — Terdampar
2
Chapter 2 — Desalinasi Air
3
Chapter 3 — Perselisihan
4
Chapter 4 — Amonia
5
Chapter 5 — Bintang Laut Pasifik Utara
6
Chapter 6 — Polaris Yang Redup
7
Chapter 7 — Perjalanan
8
Chapter 8 — Jejak Mamalia
9
chapter 9 — Gadis Tersesat
10
Chapter 10 — Gadis Tersesat II
11
Chapter 11 — Gadis Tersesat III
12
Chapter 12 — Monyet Cilik
13
Chapter 13 — Sebuah Tebakan
14
Chapter 14 — Perangkap Jerat
15
Chapter 15 — Kekurangan Ren
16
Chapter 16 — Serigala Berbulu Domba!
17
Chapter 16 — Nyanyian Dan Tarian
18
Chapter 18 — Oasis Di Pulau Terpencil!
19
Chapter 19 — Cerita Ren
20
Chapter 20 — Cerita Ren II
21
Chapter 21 — Rencana Clarissa
22
Chapter 22 — Rencana Clarissa II
23
Chapter 23 — Bodyguard
24
Chapter 24 — Perselisihan
25
Chapter 25 —Wanita Selalu Benar!
26
Chapter 26 — Bentuk Balas Dendam Ren
27
Chapter 27 — Boneka Mirai
28
Chapter 28 — Salah Paham Yang Mengerikan
29
Chapter 29 — Lebah dan Madu
30
Chapter 30 —Perubahan
31
Chapter 31 — Mengambil Madu
32
Chapter 32— Mengambil Madu II
33
Chapter 33 — Mengambil Madu III
34
Chapter 34 — Tamu Tak Diundang
35
Chapter 35 — Penyesalan
36
Chapter 36 — Kesepakatan
37
Chapter 37 — Kesepakatan II
38
Chapter 38 — Tendangan Maut!
39
Chapter 39 — Memberikan Madu
40
Chapter 40 — Perkemahan Clarissa
41
Chapter 41 —Algoritma dan Matematika
42
Chapter 42 —Yang Hancur Takkan Kembali Semula
43
Chapter 43 — Situasi Cuaca
44
Chapter 44 —Payung Sebelum Hujan
45
Chapter 45 — Kesepakatan Rahasia
46
Chapter 46 — Hewan Buruan
47
Chapter 47 — Cerita Clarissa
48
Chapter 48 — Teknik Empat — Pengalihan Isu!
49
Chapter 49 — Itu Baru Semangat!
50
Chapter 50 — Misi Untuk Zain
51
Chapter 51 — Gadis Lugu
52
Chapter 52 — Menjelajahi Hutan
53
Chapter 53 — Terbentuknya Kerjasama
54
Chapter 54 — Menjelajah Hutan II
55
Chapter 55 — Menjelajah Hutan III
56
Chapter 56 — Bintang Utara
57
Chapter 57 — Percakapan Kecil
58
Chapter 58 — Sisi Lain Ren
59
Chapter 59 — Penemuan
60
Chapter 60 — Psikopat!
61
Chapter 61 — Penemuan II
62
Chapter 62 — Tanah Surga
63
Chapter 63 —Sup Rasa Arang!
64
Chapter 64 — Sebagai Pelayan, Sebagai Teman
65
Chapter 65 — Kembalinya Ren dan Theresia
66
Chapter 66 — Uang Berbicara
67
Chapter 67 — Ini Kecelakaan!
68
Chapter 68 — Perasaan Apa Ini?
69
Chapter 69 — Pertemuan
70
Chapter 70 — Buah Pemikiran
71
Chapter 71 — Percakapan
72
Chapter 72 — Percakapan II
73
Khusus Promosi
74
Chapter 73 — Bergabungnya Clarissa
75
Chapter 74 — Kembali Ke Perkemahan
76
Chapter 75 — Kekurangan
77
Chapter 76 — Penjelasan
78
Chapter 77 — Tangisan
79
Chapter 78 — Tangisan II
80
Chapter 79 — Liontin
81
Chapter 80 — Mimpi Zain
82
Chapter 81 — Kejutan
83
Chapter 82 — Badai Akan Datang
84
Chapter 83 — Badai Tiba
85
Chapter 84 — Pencarian
86
Chapter 85 — Pencarian II
87
Chapter 86 — Isi Dari Liontin
88
Chapter 87 — Reuni
89
Chapter 88 — Masa Lalu Clarissa
90
Chapter 89 — Tidak Ada keistimewaan
91
Chapter 90 — Fase Melupakan
92
Chapter 91 — Insiden
93
Chapter 92— Tim Penyelamat (END)
94
Epilog
95
Another Epilog
96
Pengumuman Kecil & Promosi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!