Chapter 2 — Desalinasi Air

“Selamat datang kembali, Ren, Zain. Apa yang kalian temukan?” tanya Laura yang membawa panci logam dan tutup kaca.

Tidak hanya itu, Mirai juga membawa botol plastik berisi sedikit air bersih dan beberapa botol kaca. Mereka menemukan sesuatu yang bagus rupanya, membuat Ren menunjukkan senyumannya.

“Ya, kami kembali. Sepertinya kalian mendapatkan barang bagus, ya? Berbeda dengan kami yang hanya mendapatkan beberapa saja.”

Meskipun dia berkata beberapa, barang bawaannya cukuplah besar. Barang yang dia bawa adalah dua papan besar bekas sekoci yang mungkin hancur. Memang tidak ada harapan untuk memodifikasinya, tetapi bisa menjadi shelter yang bagus jika digunakan.

Selain papan, barang yang mereka temukan hanya dua besi yang cukup panjang untuk dijadikan tombak yang dibawa oleh Zain dan sebuah pisau yang dibawa Ren.

Dia tidak ingin membiarkan Zen ataupun yang lainnya memegang pisau, dengan kekhawatiran akan terjadi penusukan.

“Ya, lumayan. Kami mendapatkan beberapa botol berisikan air, meskipun hanya sedikit.”

Ren dan Zain terentang di tepi pantai dengan lelah. Tenggorokan mereka mulai kering dan bahkan Zen tidak memiliki air liur untuk ditelan.

“Baguslah, bisakah beri aku dan Zain yang paling sedikit? Ini cukup melelahkan, terutama dengan panasnya matahari.”

“Setuju..., itu lebih jauh dari yang aku kira.” ujar Zain berbaring di pasir dingin dan membiarkan tubuhnya diterpa ombak.

Laura memberikan mereka air yang sama banyaknya dan hanya dua kali tegukan saja. Meskipun merasa tidak puas, Zain dan Ren harus bersabar karena situasi mereka tidak mendukung minum air sepuasnya.

“Ya, ya, kerja bagus. Jadi, barang seperti apa yang kalian dapatkan?” tanya Mirai, diikuti Theresia di belakangnya.

“Papan kayu, besi panjang dan sebuah pisau. Mengenai pisau, cukup hanya aku saja yang memegangnya. Di tempat seperti ini, kelelahan akan bertumpuk dan membuat manusia menjadi lebih tempramen. Aku yakin bisa menjaga emosiku, bagaimana?”

Tidak ada seorangpun yang menolak gagasan Ren dan dia patut bersyukur untuk itu.

“Meskipun kita mendapatkan sedikit air, aku tidak yakin itu akan cukup untuk kita semua.” Theresia terlihat khawatir dengan persediaan air mereka yang kecil.

Ren melihat botol air dan mengakui bahwa Theresia benar. Jumlah sedikit itu tidak akan bisa mereka bagi rata. Dilain sisi, Anastasia yang juga pergi ke lautan membawa koper plastik yang terlihat berat.

Clarissa dengan semangat membukanya dan ternyata itu berisi banyak makanan dan minuman layak konsumsi.

“Kerja bagus, Anastasia! Dengan jumlah ini, aku yakin kita dapat bertahan seminggu, ahahaha!” Clarissa tertawa seperti ibu tiri yang jahat.

“Ya, nona Rissa! Aku ingat perkataan kapten kapal tentang koper yang berisikan makanan dan minuman. Aku mencarinya dan bersyukur ini masih bisa diselamatkan.” seru Anastasia dengan gembira.

“Itu bagus! Kita bisa ber—” perkataan Ren dipotong oleh Clarissa dengan tatapan tajamnya.

“Aku tidak akan pernah sudi berbagi makanan dengan sekumpulan udik seperti kalian! Lebih baik bagiku melihat kalian mati secara perlahan selama satu minggu ini, ahahaha!”

“Apa katamu?!” Zain naik pitam, tetapi Ren menghentikannya.

“Sudahlah, Zain. Setiap orang memiliki kebijakan masing-masing. Kita akan mengatasi masalah makanan dan air kita sendiri.”

“Tetapi, Ren. Hal itu terlalu—” Zain berhenti di tengah karena tahu bahwa Clarissa tidak berniat berkompromi lebih lanjut.

“Yeah, mari kembali ke topik. Mengenai air, aku pikir kita bisa mengatasinya sedikit. Berikan aku panci dan tutupnya.”

Ren mengambil panci di tangan Laura dan mengisi setengahnya dengan air laut. Dia meletakkan gelas kaca di tengahnya dan menutup panci, lalu membiarkannya terkena panasnya sinar matahari.

“Apa yang kau lakukan? Bukankah kamu sendiri yang mengatakan untuk tidak meminum air laut?” tanya Mirai dengan bingung.

Tidak satupun diantara mereka yang mengerti apa yang sedang dilakukan Ren. Ren mulai memejamkan mata dan melakukan posenya dengan bangga.

“This is a desalination! Sebuah cara mendapatkan air, dengan menguapkan air laut dan mengumpulkan uapnya di gelas yang aku letakan di dalam.”

Tentunya ada cara yang lebih mudah seperti mengambil air dari buah kelapa, memeras pelepah pisang dan yang rencananya akan dia lakukan, mencari sumber mata air. Namun untuk situasi saat ini, desalinasi solusi awal.

“Benar juga, itu memang ide brilian! Tetapi, bukankah akan memakan waktu lama untuk itu?” tanya Mirai yang memiringkan kepalanya.

“Memang benar, tetapi itu bergantung dengan seberapa panas matahari. Karena sekarang mungkin sekitar tengah hari, saat sore tiba setidaknya ada cukup banyak yang terkumpul. Karena hal itu, Theresia, maukah kamu menjaganya?”

“Ba-baiklah, serahkan saja padaku!” dia dengan antusias jongkok dan mengawasinya.

Pemandangan Theresia yang terlihat seperti anak kecil yang menantikan membuka hadiah menghangatkan hati mereka.

“Theresia memang paling imut jika ingin mengerjakan sesuatu.” ujar Mirai dengan gemas.

“Meskipun aku juga ingin melihatnya lebih lama, tapi kita tidak bisa berdiam diri saja. Mari kita kumpulkan semua sampah yang berserakan dan menyusunnya menjadi SOS besar di tepi pantai.”

Tidak ada satupun yang menolak usulan Ren. Semuanya kecuali Theresia yang mengawasi air, mulai memunguti sampah dan menyusunnya. Karena Clarissa dan Anastasia menolak bekerja sama, alhasil hanya mereka berempat yang melakukannya.

Waktu berlalu dengan cepat, angin dingin mulai menyapu pantai, bulan menggantikan matahari untuk menyinari langit. Mereka semua berbaring di pasir yang menjadi hangat saat malam. Mereka menggunakan sampah yang terdampar sebagai bantal.

“Langit yang indah. Ini kali pertama bagiku tidur di luar, ditemani bintang dan rembulan yang bersinar terang.”

Laura menatap langit dalam hening, matanya berkaca-kaca dan memantulkan sinar bintang dan rembulan melalui matanya.

“Kira-kira, berapa lama waktu yang akan kita habiskan di pulau ini? Dengan segala keterbatasannya, aku berpikir tidak akan pernah bisa bertahan lebih dari tiga hari.” ujar Mirai yang sama-sama menatap langit.

“Ya, beruntunglah ada seseorang seperti Ren di sini yang mengetahui cara-cara bertahan hidup. Terima kasih Ren, mau repot-repot melakukannya untuk kita semua.” ujar Zain dengan senyuman cerianya.

“Tidak juga. Justru aku yang berterima kasih kepada kalian, karena tanpa bantuan kalian, aku sendiri tidak merasa yakin bisa bertahan.”

Memiliki orang lain di sisinya adalah poin bagus untuk dipertimbangkan. Berbicara dan bertukar kata dengan orang lain dapat meringankan beban psikologis yang akan dia terima.

“Yeah, apapun itu, sebaiknya kita tetap bersama, melindungi satu sama lain dan keluar dari pulau ini dengan selamat.” ujar Laura dengan senyuman lembutnya.

“Sepertinya ini tidak akan menjadi hal mudah untuk dilalui, tetapi aku bersyukur bahwa tidak sendirian.” Theresia meneteskan sedikit air matanya, menggantikan kesedihan dengan senyuman.

Ren menatap langit, menemukan bintang terang di langit malam. Kebetulan dia menyukai bintang dan mempelajarinya, untuk bintang paling terang yang dia lihat namanya adalah ...

“Polaris, bintang di mana aku meletakkan mimpi, bintang yang bersinar terang di langit malam.” gumamnya dalam keheningan.

Mimpinya sejak kecil, menjadi orang hebat sampai namanya dikenal luas dan suatu saat dia akan mencari mereka, sesuatu yang sudah dia ingin cari semenjak kecil.

Namun sayang, sepertinya itu tidak akan terwujud dengan cepat, ya.

Setetes air mata jatuh, hanya setetes, namun berisikan seribu satu kesedihan akan mimpinya yang seakan menjauh perlahan.

Terpopuler

Comments

Karebet

Karebet

👍👍👍👍

2022-05-18

0

Karebet

Karebet

👍👍👍👍

2022-05-18

0

Karebet

Karebet

👍👍👍👍

2022-05-18

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 — Terdampar
2 Chapter 2 — Desalinasi Air
3 Chapter 3 — Perselisihan
4 Chapter 4 — Amonia
5 Chapter 5 — Bintang Laut Pasifik Utara
6 Chapter 6 — Polaris Yang Redup
7 Chapter 7 — Perjalanan
8 Chapter 8 — Jejak Mamalia
9 chapter 9 — Gadis Tersesat
10 Chapter 10 — Gadis Tersesat II
11 Chapter 11 — Gadis Tersesat III
12 Chapter 12 — Monyet Cilik
13 Chapter 13 — Sebuah Tebakan
14 Chapter 14 — Perangkap Jerat
15 Chapter 15 — Kekurangan Ren
16 Chapter 16 — Serigala Berbulu Domba!
17 Chapter 16 — Nyanyian Dan Tarian
18 Chapter 18 — Oasis Di Pulau Terpencil!
19 Chapter 19 — Cerita Ren
20 Chapter 20 — Cerita Ren II
21 Chapter 21 — Rencana Clarissa
22 Chapter 22 — Rencana Clarissa II
23 Chapter 23 — Bodyguard
24 Chapter 24 — Perselisihan
25 Chapter 25 —Wanita Selalu Benar!
26 Chapter 26 — Bentuk Balas Dendam Ren
27 Chapter 27 — Boneka Mirai
28 Chapter 28 — Salah Paham Yang Mengerikan
29 Chapter 29 — Lebah dan Madu
30 Chapter 30 —Perubahan
31 Chapter 31 — Mengambil Madu
32 Chapter 32— Mengambil Madu II
33 Chapter 33 — Mengambil Madu III
34 Chapter 34 — Tamu Tak Diundang
35 Chapter 35 — Penyesalan
36 Chapter 36 — Kesepakatan
37 Chapter 37 — Kesepakatan II
38 Chapter 38 — Tendangan Maut!
39 Chapter 39 — Memberikan Madu
40 Chapter 40 — Perkemahan Clarissa
41 Chapter 41 —Algoritma dan Matematika
42 Chapter 42 —Yang Hancur Takkan Kembali Semula
43 Chapter 43 — Situasi Cuaca
44 Chapter 44 —Payung Sebelum Hujan
45 Chapter 45 — Kesepakatan Rahasia
46 Chapter 46 — Hewan Buruan
47 Chapter 47 — Cerita Clarissa
48 Chapter 48 — Teknik Empat — Pengalihan Isu!
49 Chapter 49 — Itu Baru Semangat!
50 Chapter 50 — Misi Untuk Zain
51 Chapter 51 — Gadis Lugu
52 Chapter 52 — Menjelajahi Hutan
53 Chapter 53 — Terbentuknya Kerjasama
54 Chapter 54 — Menjelajah Hutan II
55 Chapter 55 — Menjelajah Hutan III
56 Chapter 56 — Bintang Utara
57 Chapter 57 — Percakapan Kecil
58 Chapter 58 — Sisi Lain Ren
59 Chapter 59 — Penemuan
60 Chapter 60 — Psikopat!
61 Chapter 61 — Penemuan II
62 Chapter 62 — Tanah Surga
63 Chapter 63 —Sup Rasa Arang!
64 Chapter 64 — Sebagai Pelayan, Sebagai Teman
65 Chapter 65 — Kembalinya Ren dan Theresia
66 Chapter 66 — Uang Berbicara
67 Chapter 67 — Ini Kecelakaan!
68 Chapter 68 — Perasaan Apa Ini?
69 Chapter 69 — Pertemuan
70 Chapter 70 — Buah Pemikiran
71 Chapter 71 — Percakapan
72 Chapter 72 — Percakapan II
73 Khusus Promosi
74 Chapter 73 — Bergabungnya Clarissa
75 Chapter 74 — Kembali Ke Perkemahan
76 Chapter 75 — Kekurangan
77 Chapter 76 — Penjelasan
78 Chapter 77 — Tangisan
79 Chapter 78 — Tangisan II
80 Chapter 79 — Liontin
81 Chapter 80 — Mimpi Zain
82 Chapter 81 — Kejutan
83 Chapter 82 — Badai Akan Datang
84 Chapter 83 — Badai Tiba
85 Chapter 84 — Pencarian
86 Chapter 85 — Pencarian II
87 Chapter 86 — Isi Dari Liontin
88 Chapter 87 — Reuni
89 Chapter 88 — Masa Lalu Clarissa
90 Chapter 89 — Tidak Ada keistimewaan
91 Chapter 90 — Fase Melupakan
92 Chapter 91 — Insiden
93 Chapter 92— Tim Penyelamat (END)
94 Epilog
95 Another Epilog
96 Pengumuman Kecil & Promosi
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Chapter 1 — Terdampar
2
Chapter 2 — Desalinasi Air
3
Chapter 3 — Perselisihan
4
Chapter 4 — Amonia
5
Chapter 5 — Bintang Laut Pasifik Utara
6
Chapter 6 — Polaris Yang Redup
7
Chapter 7 — Perjalanan
8
Chapter 8 — Jejak Mamalia
9
chapter 9 — Gadis Tersesat
10
Chapter 10 — Gadis Tersesat II
11
Chapter 11 — Gadis Tersesat III
12
Chapter 12 — Monyet Cilik
13
Chapter 13 — Sebuah Tebakan
14
Chapter 14 — Perangkap Jerat
15
Chapter 15 — Kekurangan Ren
16
Chapter 16 — Serigala Berbulu Domba!
17
Chapter 16 — Nyanyian Dan Tarian
18
Chapter 18 — Oasis Di Pulau Terpencil!
19
Chapter 19 — Cerita Ren
20
Chapter 20 — Cerita Ren II
21
Chapter 21 — Rencana Clarissa
22
Chapter 22 — Rencana Clarissa II
23
Chapter 23 — Bodyguard
24
Chapter 24 — Perselisihan
25
Chapter 25 —Wanita Selalu Benar!
26
Chapter 26 — Bentuk Balas Dendam Ren
27
Chapter 27 — Boneka Mirai
28
Chapter 28 — Salah Paham Yang Mengerikan
29
Chapter 29 — Lebah dan Madu
30
Chapter 30 —Perubahan
31
Chapter 31 — Mengambil Madu
32
Chapter 32— Mengambil Madu II
33
Chapter 33 — Mengambil Madu III
34
Chapter 34 — Tamu Tak Diundang
35
Chapter 35 — Penyesalan
36
Chapter 36 — Kesepakatan
37
Chapter 37 — Kesepakatan II
38
Chapter 38 — Tendangan Maut!
39
Chapter 39 — Memberikan Madu
40
Chapter 40 — Perkemahan Clarissa
41
Chapter 41 —Algoritma dan Matematika
42
Chapter 42 —Yang Hancur Takkan Kembali Semula
43
Chapter 43 — Situasi Cuaca
44
Chapter 44 —Payung Sebelum Hujan
45
Chapter 45 — Kesepakatan Rahasia
46
Chapter 46 — Hewan Buruan
47
Chapter 47 — Cerita Clarissa
48
Chapter 48 — Teknik Empat — Pengalihan Isu!
49
Chapter 49 — Itu Baru Semangat!
50
Chapter 50 — Misi Untuk Zain
51
Chapter 51 — Gadis Lugu
52
Chapter 52 — Menjelajahi Hutan
53
Chapter 53 — Terbentuknya Kerjasama
54
Chapter 54 — Menjelajah Hutan II
55
Chapter 55 — Menjelajah Hutan III
56
Chapter 56 — Bintang Utara
57
Chapter 57 — Percakapan Kecil
58
Chapter 58 — Sisi Lain Ren
59
Chapter 59 — Penemuan
60
Chapter 60 — Psikopat!
61
Chapter 61 — Penemuan II
62
Chapter 62 — Tanah Surga
63
Chapter 63 —Sup Rasa Arang!
64
Chapter 64 — Sebagai Pelayan, Sebagai Teman
65
Chapter 65 — Kembalinya Ren dan Theresia
66
Chapter 66 — Uang Berbicara
67
Chapter 67 — Ini Kecelakaan!
68
Chapter 68 — Perasaan Apa Ini?
69
Chapter 69 — Pertemuan
70
Chapter 70 — Buah Pemikiran
71
Chapter 71 — Percakapan
72
Chapter 72 — Percakapan II
73
Khusus Promosi
74
Chapter 73 — Bergabungnya Clarissa
75
Chapter 74 — Kembali Ke Perkemahan
76
Chapter 75 — Kekurangan
77
Chapter 76 — Penjelasan
78
Chapter 77 — Tangisan
79
Chapter 78 — Tangisan II
80
Chapter 79 — Liontin
81
Chapter 80 — Mimpi Zain
82
Chapter 81 — Kejutan
83
Chapter 82 — Badai Akan Datang
84
Chapter 83 — Badai Tiba
85
Chapter 84 — Pencarian
86
Chapter 85 — Pencarian II
87
Chapter 86 — Isi Dari Liontin
88
Chapter 87 — Reuni
89
Chapter 88 — Masa Lalu Clarissa
90
Chapter 89 — Tidak Ada keistimewaan
91
Chapter 90 — Fase Melupakan
92
Chapter 91 — Insiden
93
Chapter 92— Tim Penyelamat (END)
94
Epilog
95
Another Epilog
96
Pengumuman Kecil & Promosi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!