AMARAH NIEL

Nikolas dan Grey berada di sebuah kedai makan tepat di depan kedai kopi tadi. Suasana yang sepi membuat Grey merasa ia bisa lebih leluasa untuk mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Matanya melirik Nikolas yang santai memasukan daging ke dalam mulutnya. Grey menggeleng pelan. Aku sudah gila, gumamnya lalu tertawa pelan.

“Aku tahu ini memang sedikit aneh”

“Ini bukan sedikit aneh, tapi sangat aneh” balas Grey menghentikan tawanya seraya melemparkan tatapan tajam. Nikolas hanya nyengir lebar tidak mengacuhkan ekspresi Grey.

“Kau sangat suka makan rupanya”

“Akhir-akhir ini aku mudah sekali lapar”

“Hmm. Makanlah yang banyak bocah” angguk Grey memindahkan daging sapinya ke piring Nikolas. Ia kembali menatap Nikolas dan tangannya bergerak hendak mencubit pipi lelaki itu, Nikolas lantas berkelit dan melemparkan tatapan dingin.

“Apa yang kau lakukan?”

“Hanya memastikan ini bukan mimpi” jawab Grey. “Kurasa ini bukan mimpi. Tatapanmu itu mirip sekali dengan Nikolas, ia selalu menatapku seperti itu setiap kali ingin membunuhku. Kau benar-benar Nikolas”

“Aku memang Nikolas” dengus Nikolas. Grey menarik nafas, tanda ia menyerah dan memutuskan untuk percaya bahwa lelaki di depannya ini adalah Nikolas.

“Bagaimana kehidupan barumu?”

“Tidak ada yang spesial. Lelaki ini hanya masyarakat sipil biasa yang bekerja di kedai kopi, ia memiliki seorang adik, dan rumah tempat tinggal mereka seperti tempat penampungan hewan” jawab Nikolas. “Bagaimana dengan dirimu?”

“Aku? Sejak kematianmu aku berhenti” kata Grey, ia meneguk birnya dan menghembuskan nafas perlahan. “Aku mencintai negara kita, tapi melihat sahabat baikku mati di hadapanku….rasanya seperti sebuah pukulan berat. Aku memutuskan untuk menjalani hidup dengan melakukan apa yang ingin kulakukan. Tanpa perintah atau mematuhi perintah”

“Maafkan aku”

“Tidak masalah. Kematian memang bisa menghampiri siapa saja. Lagipula aku sedikit kecewa pada negara kita, mereka mengumumkan kematianmu sebagai kecelakaan dalam pelatihan.”

Nikolas tertawa getir. “Itu adalah perjanjian dari awal”

“Makanya aku memutuskan untuk berhenti, aku hanya berpikir ketika aku mati setidaknya orang tuaku tahu alasan sebenarnya dari kematianku.”

Keduanya sama-sama terdiam menatap daging yang terpanggang. Beberapa pengunjung masuk dan suara alunan musik terdengar mengisi kesunyian di antara keduanya.

Nikolas mendedikasikan setengah hidupnya untuk negara dengan menjadi anggota militer, ia berlatih keras dan menghadapi berbagai situasi yang membawanya pada puncak dengan menjadi seorang kapten pasukan khusus bernama tim alpha. Sebuah kebanggaan tersendiri baginya pada masa itu, terutama ketika ia berhasil menyelesaikan berbagai misi sulit bersama timnya tanpa diketahui banyak orang. Masyarakat umum hanya tahu bahwa hidup mereka aman dan damai, tapi dasar dari kedamaian berasal dari orang-orang seperti Nikolas yang ketika mati hanya diingat sebagai pak tentara gugur di medan perang.

Sedikit ironis, tapi anehnya ia mencintai pekerjaannya. Menjadi seorang pahlawan tanpa harus mengumumkan ke semua orang bahwa ia adalah pahlawan. Meskipun agaknya Grey memiliki perspektif sedikit berbeda darinya.

“Aku sekarang membuka bisnis jasa” kata Grey setelah cukup lama mereka terdiam.

Nikolas mendongak. “Bisnis apa?”

“Jasa keamanan. Seperti bodyguard, tapi sedikit lebih elit karena kami diperbolehkan menggunakan senjata api di situasi tertentu”

“Bukannya itu menyalahi aturan? Kupikir masyarakat sipil tidak bisa melakukan hal seperti itu?” tanya Nikolas heran. Grey tertawa geli sekali lagi meneguk birnya.

“Banyak hal yang bisa dibeli dengan uang, termasuk aturan” jawab Grey santai. “Tapi bukan berarti aku membeli aturan untuk melakukan kejahatan. Kau tahu bulan kemarin timku berhasil menyelamatkan politisi Hwang dari target pembunuhan dan berlanjut sampai kami menemukan sebuah sindikat kejahatan narkoba. Itu adalah sebuah berita besar bukan?” lanjut Grey buru-buru ketika melihat tatapan tajam Nikolas.

“Apa polisi tidak merasa terganggu dengan kehadiran kalian?”

Grey menggeleng. “Selama kami melakukan hal positif bukannya mereka akan senang karena pekerjaannya berkurang? Lagipula komisaris polisi adalah teman ayahku. Harus kuakui koneksi ayahku sedikit membantuku dalam hal ini.”

Nikolas berdecak kecil sambil mengunyah dagingnya. “Lakukan apapun yang kau suka, tapi jangan melanggar aturan kita”

“Aku tahu anak kecil, wanita, dan orang tua” angguk Grey paham. “Sebenarnya dengan tubuh lamamu kau akan terlihat sangat keren ketika mengatakan aturan kita, tapi tubuh barumu ini membuat harga diriku sedikit terluka. Aku seperti sedang dinasehati oleh seorang anak kecil.”

Keduanya sama-sama tertawa lepas, mereka menuang bir ke masing-masing gelas dan meneguk sampai habis. “Selanjutnya apa rencanamu?”

Nikolas angkat bahu dengan ekspresi tidak yakin. “Entahlah. Hidup sebagai masyarakat sipil biasa mungkin”

“Mau bergabung ke perusahaanku?” tawar Grey. “Bakatmu terlalu berharga untuk dibiarkan begitu saja”

“Bakat membunuh?” canda Nikolas.

“Melindungi orang” koreksi Grey. Nikolas tertawa geli, wajahnya berpaling menatap keluar kaca jendela, satu persatu lampu jalan menyala terang ketika langit semakin gelap. Diam-diam Nikolas tersenyum kecil, meskipun tidak dapat kembali ke tubuhnya tapi setidaknya sekarang ia memiliki satu teman yang bisa diajak berbicara.

...*****...

Nikolas melangkah menyusuri trotoar sembari melihat kartu hitam yang diberikan oleh Grey. Kartu itu resmi menjadi miliknya, membuat Nikolas berpikir apa yang akan pertama kali ia lakukan menggunakan kartu itu.

Memperbaiki kamarnya?

Rumahnya?

Atau bahkan mungkin pindah rumah?

Sebenarnya Nikolas lebih memilih opsi terakhir. Ia ingin segera pindah dari lingkungan rumahnya sekarang. Bukan karena rumah barunya harus melewati gang sempit dan menaiki tangga, tapi karena Nikolas lelah harus berpura-pura mengenal tetangga kanan kirinya dan menyapa setiap penghuni di daerah situ. Nikolas berencana akan membicarakan hal ini dengan Niel, apabila anak kecil itu menolak ia akan pergi sendiri.

Kemudian setelah pindah, hal kedua yang akan dilakukan oleh Nikolas adalah mencari pekerjaan lain, ia benar-benar harus menata hidupnya ulang dari awal, sebagai seorang Nikolas di tubuh Nick.

“Kenapa tak kau bawa?!” Suara bentakan dan tamparan dari dalam sebuah gang sempit membuat langkah Nikolas terhenti. Ia melongok melihat tiga orang anak lelaki sedang memukul seseorang.

Awalnya Nikolas tidak ingin melakukan apapun, sampai kemudian matanya menangkap sosok Niel sebagai anak yang dipukuli oleh ketiga orang itu. Nikolas mendengus, mendadak mengerti mengapa setiap pulang sekolah Niel selalu terlihat berantakan dan wajahnya sering kali terlihat lebam.

“Bawakan aku uang, mengerti?!” bentak seorang berkepala botak yang terlihat seperti pemimpin dari antara kelompok itu. Niel mengangguk, meskipun cahaya di dalam gang itu remang-remang tapi bisa dilihat ekspresinya pucat pasi dan tubuhnya gemetar.

“Hey, kepala botak” panggil Nikolas masuk ke dalam gang, ia menggaruk rambutnya dan mendekat.

“K-kepala botak?!” si botak memelototkan mata.

“Apa yang kalian lakukan?” dengus Nikolas ketika mendapat pelototan tajam dari semua anak disitu.

“Paman pergi saja, jangan ikut campur”

“Aku memang tidak ingin ikut campur, tapi aku memiliki urusan dengan anak itu” tunjuk Nikolas pada Niel.

“Kalau begitu antrilah. Kami juga masih memiliki urusan dengannya” jawab si botak angkuh lalu tertawa bersama teman-temannya.

Merepotkan. Tanpa banyak bicara Nikolas maju menarik Niel dari cengkraman si botak. “Maaf, tapi aku tidak suka menunggu”

“Paman ini cari mati rupanya!” bentak si botak melangkah maju dan tanpa basa-basi langsung melancarkan tinju. Tangan Nikolas sigap menangkap tinjunya dan meremas tangan si botak sampai meringis kesakitan.

“Apa anak zaman sekarang tidak punya sopan santun? aku lebih tua darimu” kata Nikolas menghempas si botak sampai jatuh ke lantai. Teman-temannya mendadak was-was membantu si botak berdiri. “Ku peringatkan kau untuk tidak menyentuhnya” lanjut Nikolas menunjuk Niel.

“Sialan. Memangnya kau siapa?”

Kening Nikolas berkerut lalu berkata santai, “guardian”

“Guardian anjing!” maki si botak mengambil kayu di dekat tempat sampah dan menyerang Nikolas. Kaki Nikolas lebih cepat menendang betis si botak dan menahan badan anak itu agar tidak jatuh, ia meraih keras baju si botak dan dengan satu tangan bebas melayang menampar si botak keras.

Plak.

Satu tamparan sukses membuat si botak jatuh pingsan. Nikolas membiarkan si botak berbaring di tanah, kakinya menginjak paha anak itu dan menatap tajam ke arah anak lain.

“Pilihan pertama, bawa pergi anak ini atau pilihan kedua, aku membunuh kalian semua.”

Tanpa banyak bicara mereka langsung bergerak membawa pergi si botak dan berlari ketakutan. Nikolas mengebas-ngebas kaosnya kemudian berpaling menatap Niel, wajah anak itu terlihat hancur dan seragamnya kotor. Niel hanya diam tidak mengatakan terima kasih ataupun menatap Nikolas, ia menunduk membuat Nikolas maju selangkah dan memaksa mengangkat wajahnya.

“Sudah berapa lama?”

Niel diam, tangannya terkepal bersamaan dengan suara tarikan nafas.

“Aku tanya sudah berapa lama?”

“Bukan urusan kakak.”

Nikolas mendengus, tidak mengerti mengapa Niel justru terlihat marah pada pertanyaannya. Bukannya seharusnya anak itu berterima kasih karena Nikolas sudah menyelamatkan dirinya? Apa seharusnya Nikolas membiarkan anak itu mati dipukuli saja? Benar-benar bocah aneh.

“Aku bertanya karena aku kakakmu.”

Wajah Niel terangkat naik dengan ekspresi marah. “Kalau kau kakakku seharusnya kau hidup dengan baik! Seharusnya kau tidak menggunakan uang orang tua kita untuk bermain saham atau hal apapun yang brengsek itu! Seharusnya kau bertanggung jawab untuk menyekolahkanku di tempat yang baik dengan uang itu! Mengapa aku harus berusaha keras mengerti kakak?! Mengapa aku yang harus selalu mengalah?!” teriak Niel menggema di antara gang sempit itu, ia kemudian menangis keras dan setelah itu berlari pergi meninggalkan Nikolas berdiri terpaku.

Nikolas tidak mengatakan apapun, matanya hanya bergerak mengikuti Niel berlari dan menghilang di antara kerumunan orang. Ia menarik nafas dan berdecak kecil.

“Ah...Apa lebih baik aku mati saja ya?” gumamnya lalu ikut melangkah pergi.

Terpopuler

Comments

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Asyiek....

2021-12-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!