Nikolas bangun lebih siang dan keluar kamar. Namun ia tidak melihat Niel tanda bahwa anak itu sudah pergi ke sekolah. Tidak ada makanan di atas meja ataupun pesan dari Niel membuat Niko membuka kulkas, kosong. Memangnya dia tidak lapar apa? gerutu Nikolas terpaksa mengambil kantong belanja dan menuju mini market.
Sebuah berita penemuan mayat wanita tanpa organ dalam dari layar Tv minimarket menarik perhatian Nikolas yang berdiri dari balik rak.
“Bukannya ini belum sampai seminggu dari penemuan mayat pertama?” seorang siswi berseragam berbicara kepada temannya. Keduanya menatap layar Tv dengan ekspresi ngeri.
“Karena berita seperti ini ibuku akhir-akhir ini menjadi lebih sensitif. Ia bahkan berencana memasang alat pelacak di tas atau ponselku”
“Benar-benar menyebalkan”
“Kau tau, kalau sampai ada penemuan mayat perempuan lagi, kupastikan aku akan sekolah di rumah dan baru keluar ketika siap untuk menikah.”
Keduanya sama-sama tertawa geli lalu melangkah pergi. Nikolas masih diam disitu menimbang-nimbang mie instan apa yang akan ia beli lebih banyak. Dulu ketika masih berada di pasukan khusus Nikolas mungkin akan menjadikan pembunuhan ini sebagai topik pembicaraan, tapi di kehidupannya yang baru ia menjadi lebih tidak peduli pada apapun.
Aku pernah mati sekali, untuk apa aku peduli pada orang-orang yang juga tidak peduli pada eksistensiku? Kali ini aku akan hidup semauku, batin Nikolas.
Setelah membayar Nikolas pergi ke kedai kopi. Ia menaruh kantong belanjaannya di dapur sembari memberikan tatapan tajam pada Hansung untuk tidak menyentuh kantong itu. Keduanya lantas duduk di meja bar menunggu pelanggan yang datang.
“Kau sudah lihat berita hari ini?” tanya Hansung, Nikolas hanya mengangguk singkat karena sibuk membaca buku berjudul Demian milik Sofia yang ia taruh di atas meja bar.
“Mayat perempuan itu ditemukan di dekat sini. Kau tau blok tiga dekat perempatan jalan?”
“Hmm”
“Mayatnya ditemukan di tempat sampah dekat situ. Bukannya itu mengerikan?”
“Lebih mengerikan apabila ditemukan di rumahmu” jawab Nikolas santai.
Hansung bergidik ngeri. “Uh, kau memang tidak punya perasaan. Aku penasaran apakah ini sebuah teror atau hanya kebetulan. Kau tidak penasaran?”
“Tidak” jawab Nikolas pendek. Hansung lantas mendengus sebal.
“Aku pergi lebih dulu, teman-temanku sudah menunggu” Sera keluar dari dapur dengan jaket dan tasnya. Nikolas mendongak lalu mengangguk menatap punggung gadis itu menghilang dari balik pintu kedai.
“Ah kuharap aku punya teman yang bisa diajak main juga. Kau tau semua temanku sibuk bekerja di perusahaan besar dan aku disini terjebak bersama kalian di kedai ini” keluh Hansung dengan ekspresi lesu. Nikolas memalingkan wajah, keningnya berkerut menatap Hansung serius.
“Kau bilang apa tadi?”
“Hanya bercanda. Aku tidak benar-benar membenci tempat ini”
“Bukan itu. Kau tadi bilang mengharapkan apa?”
“Teman. Kenapa?”
Mata Nikolas melebar baru teringat sesuatu, tangannya menepuk pundak Hansung dengan tatapan takjub. “Kau pintar sekali bocah” seru Nikolas lalu pergi ke dapur.
“Bocah apanya? Kita seumuran! Hei!” teriak Hansung tapi tidak diacuhkan, Nikolas mengeluarkan ponselnya mengetik nomor seseorang yang ia tanam dalam ingatannya. Hampir semenit setelah menekan tombol hijau panggilan Nikolas terhubung pada seseorang.
[Halo?]
“Grey, kau dimana?” tanya Nikolas tanpa basa-basi. Sejenak ada keheningan dari ujung telepon.
[Maaf, tapi aku berbicara dengan siapa?]
“Oi. Snoopy” panggil Nikolas menggunakan kode nama Grey saat mereka satu tim di pasukan khusus dulu, dan selanjutnya perkataan singkat Nikolas berhasil membuat Grey membeku dari seberang telepon.
...******...
Grey menyesap kopinya dengan pandangan mata tearah pada seorang lelaki yang mengaku bernama Nikolas. Wajahnya terlihat masih muda membuat Grey yakin betul mereka memiliki rentang usia yang sangat jauh. Rasa pahit kopi menjalar di lidahnya, begitu gelasnya diletakkan di atas meja Grey mendengus kecil.
“Dengar nak, aku tidak punya banyak waktu untuk menanggapi lelucon ini”
“Grey Harrison, tiga puluh lima tahun, sniper tim pasukan khusus bernama alpha, hampir mati ketika terjadi serangan t3roris di Suriah, disandera selama seminggu dan kepalamu hampir dipenggal, kau punya luka bakar di lengan kirimu, dan luka tembak di perut kanan.”
Grey melongo, informasi itu termasuk informasi rahasia yang tidak akan pernah diketahui siapapun selain tim alpha dan petinggi militer. Bahkan meskipun Grey mati dipenggal saat itu, seluruh dunia hanya akan tahu ia mati karena kecelakaan saat latihan. Tapi sekarang tepat di depannya duduk seorang bocah yang merangkum identitasnya seperti sebuah sinopsis cerita pendek.
“B-bagaimana kau bisa tahu?”
“Karena aku Nikolas.”
Grey tertawa kaku masih melongo menatap Nikolas. “Kau pikir aku bodoh? Aku adalah salah satu yang melihat mayat Nikolas dikremasi”
“Bekas luka di bawah matamu kau dapat tiga tahun lalu saat menyelamatkan seorang sandera di misi penyelamatan Afganistan. Kau dipukul menggunakan pecahan botol dan dada kirimu kena tikam. Kau mendapat dua puluh jahitan dan aku harus mengeluarkan beberapa ribu dolar untuk membayar dagingmu karena kau benci makan makanan rumah sakit.”
“B-bagaimana kau tahu?”
Nikolas maju membuat Grey mendadak mundur, ia tidak pernah merasa takut tetapi lelaki di depannya ini membuat Grey merasa sedikit gugup. Tangan Nikolas bergerak menepuk pundak Grey.
“Aku Nikolas dan anggap saja aku baru menerima anugerah Tuhan yang luar biasa.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Sippp....
2021-12-12
0
hm...
next..
2021-08-02
0