NICK

Nikolas melemparkan tatapan malas ke arah seorang anak berusia enam belas tahun yang menangis di samping tempat tidurnya sembari mendengar penjelasan dokter. Nikolas mendengus pelan, ia mendadak hampir gila menyadari apa yang sedang terjadi pada dirinya. Nikolas mati namun hidup kembali dan berada di tubuh seorang pemuda asing bernama Nick, ia bahkan memiliki seorang adik cengeng bernama Niel yang terus menerus menangis sejak tadi.

“Dokter apa kau bisa memastikan kakakku tidak menjadi bodoh? Aku tidak bisa membayangkan apabila ia tidak bisa membaca atau berhitung matematika” tangis Niel semakin kencang.

Dokter menggeleng pelan kemudian menjelaskan bahwa Nick hanya mengalami amnesia dan tidak kehilangan kemampuannya untuk membaca ataupun menulis.

“Hei bocah, tenanglah sedikit” tegur Nikolas mengerutkan kening. Kepalanya terasa pusing sejak kemarin dan semakin pusing mendengar tangisan Niel.

“Dokter kau dengar itu? Kakakku tidak pernah memanggilku bocah. Ia benar-benar sudah kehilangan kewarasannya. Kakak, maafkan aku. Aku tidak akan marah padamu lagi. Dokter tolong selamatkan kakakku” tangis Niel dua kali lebih kencang.

“Terima kasih atas diagnosa dan perhatianmu dokter” kata Nikolas buru-buru.

Dokter mengangguk dan tersenyum geli lalu melangkah keluar sementara Nikolas memalingkan wajah ke arah Niel.

“Bisa kau lakukan sesuatu untukku?”

“A-apa?” isak Niel.

“Tenanglah atau kita akan diusir dari sini.” Jari tangan Nikolas terangkat naik mengisyaratkan Niel untuk diam.  Anak itu lantas mencoba untuk menghentikan tangisnya, meskipun sesekali masih terdengar suara isakan.

“Kakak tak apa? Kakak butuh sesuatu? Aku benar-benar tidak bisa membayangkan kalau saat itu kakak mati dan meninggalkan aku sendiri”

“Kau takut aku mati ya?”

Niel mengangguk lugu.

“Kalau begitu tenanglah. Aku ingin beristirahat sebentar”

“Aku akan membelikan kakak jus dari lantai bawah. Kakak berisiratlah, jangan berpikiran untuk mati”

“Hmm” jawab Nikolas singkat menarik selimutnya dan balik badan. Ia berusaha memejamkan mata, tapi ingatan akan kematiannya begitu mengganggu pikirannya.

Saat ini Nikolas tidak bisa melakukan apapun selain percaya bahwa ia tidak gila dan kehidupan barunya ini adalah sebuah teka-teki alam yang sama sekali tidak ia mengerti.

Tenanglah Nikolas, pasti ada hal baik yang akan terjadi dari semua kegilaan ini.

...******...

Tiga hari kemudian Nikolas mendapat izin keluar dari rumah sakit. Selama ia dirawat tidak ada yang bisa ia lakukan selain merenung dan memutuskan untuk percaya kepada keberadaan Tuhan.

Mungkin ini adalah teguran dari Tuhan karena aku terlalu bebal, gumam Nikolas sesekali sembari tertawa membuatnya terlihat seperti orang tidak waras.

Setelah menyelesaikan prosedur untuk meninggalkan rumah sakit, Nikolas yang telah sampai di rumah melongok dari atas rumah barunya. Rumah itu berada di atas tangga yang cukup panjang ke bawah dan sedikit berdempetan dengan beberapa rumah lain.

“Ini rumah kita?” tanya Nikolas saat Niel menuntunnya naik ke lantai dua dan berhenti di rumah nomor 40.

“Home sweet home” seru Niel masuk diikuti Nikolas.

Ruangan itu jelas berbeda jauh dengan apartemen pribadi yang ia miliki di Milan. Selama ini Nikolas bekerja keras untuk membangun tempat tinggal mewah agar bisa menikmati masa-masa pensiun yang menyenangkan. Tapi ternyata sekarang Nikolas harus menerima kenyataan bahwa ia akan menikmati masa pensiunnya di sebuah apartemen kecil yang bahkan terlihat seperti tempat penitipan anjing.

“Aku tidak sempat membersihkan rumah karena harus menjenguk kakak dan pergi ke sekolah” ujar Niel seakan tahu apa yang dipikirkan Nikolas.

“Kau tinggal sendiri?”

Niel mengangguk. “Aku hanya tinggal bersama kakak. Orang tua kita sudah meninggal sejak lima tahun lalu”

“Oh”

“Kakak, kamarmu di sana” tunjuk Niel ketika Nikolas hendak masuk ke kamar miliknya. Nikolas mengangguk kikuk melangkah masuk ke dalam kamarnya. Ekspresi Nikolas berubah melongo, kamar ini jelas terlihat seperti toilet anjing. Berantakan, tumpukan kertas sketsa diberbagai tempat, brosur part time, dan baju kotor di sudut ruangan.

“Kak, ayo makan.”

Nikolas menghela nafas menyadari bahwa tidur diatas kumbangan lumpur jauh lebih baik dibanding tidur di kamar milik Nick. Bahkan galian tanah untuk tidur yang dibuat prajuritnya dulu jauh lebih bagus.

“Kenapa kau masak banyak sekali?” tanya Nikolas ketika melihat berbagai lauk tersedia di atas meja makan.

“Karena kakak harus sehat agar bisa bekerja lagi” jawab Niel duduk di kursi meja makan. “Kalau kakak tidak sehat lalu siapa yang akan membayar uang sekolahku dan biaya hidup kita?”

“Kau benar-benar tidak bisa berbasa-basi” dengus Nikolas sedikit tersenyum geli. Ia mengambil semangkuk nasi dan makan dalam diam. Hanya tiga hari berada di rumah sakit dan Nikolas langsung tahu bahwa makanan rumah jauh lebih enak. Harus ia akui, meskipun bocah bernama Niel ini sangat berisik tapi setidaknya ia bisa memasak dengan baik.

“Ceritakan sesuatu tentang diriku” pintah Nikolas tiba-tiba.

“Huh?” balas Niel bingung.

“Ceritakan segala hal tentang diriku. Yang kau ketahui. Sekolah, kerja, hobi, dan pacar.”

Niel menelan dagingnya susah payah dan meneguk segelas air kemudian menjawab sambil berdecak kecil. “Kakak tidak punya pacar. Kakak bilang lebih baik bekerja part time daripada berpacaran. Berpacaran adalah hal yang mewah untuk kakak lakukan.”

Bagus, aku sedang berada di tubuh Nick, si pemuda menyedihkan.

“Setelah orang tua kita meninggal, kakak memutuskan untuk berhenti sekolah dan bekerja demi membiayai sekolahku dan juga untuk membayar utang”

“Kita punya utang?”

“Iya. Tapi sudah beres dari dua bulan lalu” jawab Niel pelan. Nikolas mengangguk, ternyata selain menyedihkan pemuda bernama Nick ini juga patut untuk dikasihani.

“Apalagi yang kau ketahui?”

“Kakak suka seni, terkadang kakak melukis untuk mendapat uang. Kaka benci musik rock, dan kakak sekarang bekerja di kedai kopi”

“Oke. Aku mengerti”

“Kakak benar-benar tidak ingat ya?” tanya Niel sedikit menaruh curiga. Ia sering menonton drama seseorang yang sering berpura-pura amnesia demi menutupi sesuatu.

“Kalau aku ingat untuk apa aku bertanya?”

Niel angkat bahu kemudian menghabiskan makanannya. Mereka hanya terdiam sampai selesai makan dan Nikolas berinisiatif untuk membersihkan piring kotor.

“Aku tidur duluan, besok aku harus sekolah”

“Hmm” jawab Nikolas pendek tanpa berpaling. Ia mencuci piring dan membersihkan beberapa sudut rumah yang dirasa perlu dibersihkan, termasuk kamarnya. Meskipun tempat tinggal mereka kecil setidaknya tidak boleh terlihat seperti tempat penitipan hewan.

Setelah selesai Nikolas berbaring, sikunya menyenggol beberapa bungkus rokok yang terselip di sudut tempat tidur. Hanya satu  bungkus yang masih terdapat sebatang rokok tanda bahwa Nick adalah seorang perokok berat. Tanpa banyak bicara Nikolas langsung melempar semua bungkusan rokok itu masuk ke dalam tempat sampah dan setelah itu ia memejamkan mata mencoba untuk tertidur nyenyak di dalam ruangan sempit itu.

Terpopuler

Comments

Nisa Taurus

Nisa Taurus

semoga ceritanya tidak mengecewakan seperti cerita sebelah sebelumnya aku baca.

2024-05-05

0

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Terus....

2021-12-12

0

Febbyela

Febbyela

Itu pasti hp Nokia. 😂🤣

2021-08-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!