BAB V: Om-Om Lucu

Mia terkejut melihat sosok pria yang memanggilnya. Pria berbaju kaos polo hitam dengan gelang yang diberikan khusus kepada relawan melingkar di tangan kirinya. Awalnya Mia tidak mengenali sosok itu. Penampilannya jauh berbeda dengan yang dulu. Lebih natural dibanding dulu sangat rapi. Terlalu rapi.

 “Oh iya, kenalin anakku. Nadia” Mia menunjukkan Nadia yang sedang sibuk merogoh tasnya. Mata Rian membelalak terkejut. Menunjuk Nadia tidak percaya. Mia mengangguk “anak kandung” tambahnya.

“halo om Rian. salam namaku Nadia” ucap Nadia menawarkan pie cokelat pemberian nenek Maya tadi.

“makasih cantik” Rian menerima pie pemberian dari Nadia. Kemudian kembali menatap wajah Mia dengan ekspresi masih kaget. Mulutnya terbuka seperti akan mengatakan sesuatu namun hanya suara tawa yang keluar. Mia ikut tertawa kemudian mengangguk “aku ngerti maksud kamu”

Lio berdiri di ujung sana, menyimak pembicaraan mereka yang terdengar samar-samar. Perasaan sedih memenuhi dadanya. Sedih karena Mia tidak pernah tertawa selepas itu saat bersamanya. Juga karena Nadia tidak memberinya sebungkus cokelat seperti yang diberikannya pada Rian.

Mia tau Lio ada di sana. Mia sadar perubahan wajah Lio yang awalnya jengkel kemudian menjadi mendung. Mia tidak heran. Tentu saja dia cemburu. Si Ratna palsu ini malah ikut-ikutan berselingkuh sama seperti si Ratna asli.

"mama.." ucap Nadia saat perjalanan mereka kembali ke rumah.

"hmm?" balas Mia, fokus memandang matahari terbenam.

"Nadia mau tanya" Mia menghentikan langkahnya. Berjongkok di hadapan Nadia.

"tanya apa sayang?"

"Kok muka Nadia sama om Lio mirip?"

"hmm.." ucap Mia mengulur waktu. Berusaha menyembunyikan kepanikannya. Dia tau anaknya terlalu pandai, Mia takut Nadia mengetahui ada sesuatu yang aneh dari raut wajahnya.

"Nadia tau ga, di dunia ini banyaakk banget orang yang mukanya mirip tapi ga ada hubungan? bukan saudara, bukan teman, bukan tetangga juga. jauh-jauhan pokoknya tapi kok kalo dilihat mirip ya? Ingat ga film barbie Anneliese dan Erika yang pernah kita nonton?"

Mia mengangguk "yang princess Anneliese rambut pirang terus Erika rambut cokelatkan ma?"

"iya sayang.. mereka padahal bukan saudara tapi mukanya kembarkan? sama kayak Nadia dan om Lio"

Nadia kembali mengangguk, namun kali ini ekspresinya datar. Bukan jawaban itu yang Nadia inginkan. Nadia tau kalau hubungan mereka bukan hanya orang asing. Nadia punya feeling, tapi tidak tau bagaimana cara mengungkapkannya.

Lagian Anneliese dan Erika itu cerita fiksi. Sedangkan dia dan om Lio nyata. "tapi ma.. "

"kenapa sayang?"

"Mia masih bisa main sama om Lio kan?"

Mia tertegun. Hal ini yang Mia takutkan. Kalau Nadia dan Lio menjadi dekat dan suatu saat akan menyadari hubungan darah mereka.

Dia takut kalau Lio mengetahui Nadia adalah anaknya, Lio akan membawa Nadia pergi. Atau lebih buruknya Nadia yang meminta ikut bersama Lio karena merasa lebih nyaman hidup bersama papanya.

Tapi Mia juga sadar dia tidak bisa memisahkan Lio dan Nadia selamanya. Mia sadar tidak punya hak untuk melarang Nadia jika dia ingin bersama Lio. Karena sekeras apa pun dia berusaha untuk memenuhi kebutuhan Nadia. Seberapa banyak pun kasih sayang yang dia berikan kepada Nadia, tetap tidak bisa menggantikan peran Lio di hidup Nadia.

Nadia butuh Lio untuk tumbuh lebih baik. Dengan mama saja tidak bisa. Dengan papa sendiri pun tidak. "boleh dong sayang, emang Nadia kenapa seneng banget sama om Lio sih?"

"karena om Lio dokter"

"loh? om Aan sama om Angga juga dokter"

"iya, maa.. om Aan sama om Angga juga keren. Tapi Nadia mau main om Lio juga" ucap Nadia malu-malu. Berusaha menyembunyikan kecewanya karena jawaban mamanya. Nadia pikir hidupnya akan seperti teman-temannya yang lain. Menghabiskan waktu bersama mama dan papanya.

Tapi tidak apa-apa. Yang penting mamanya mengizinkan Nadia bermain bersama om Lio. Jika mamanya tetap menjauhi om Lio, mungkin dengan Nadia membantu akan mendekatkan mereka.

***

“aku tau harusnya ga ngomong gini sih dok, tapi dokter udah seminggu ini sarapan, makan siang, dan  malam di sini. Apa ga bosan dok?” tangan Gita sudah siap dengan pulpen dan notes kecil.

“masa sih? Wah, harusnya aku dapat membership dong ya” ucap Lio tertawa “hari ini mau udang saus padang aja” lanjutnya.

“hati-hati loh dok tiap hari makan seafood terus, nanti naik kolestrolnya” Gita mencatat pesanannya “minumnya air mineral ga dingin kan?”

Lio hanya tertawa lalu mengangguk.

Mia keluar dari dalam dapur. Didorong oleh Aldo, suami Gita yang sudah gerah melihat Mia mondar-mandir di dalam. Diikuti Gita yang tertawa mengejek Mia sambil berkata “makanya kann.. dari tadi dikasih tau. Udah duduk aja dulu, kamu juga belum makan siang kan?”

Gita meletakkan sepiring nasi putih dan seporsi udang saus padang yang asapnya masih mengepul. Juga sebotol air mineral dan segelas air lemon dingin. “bonus buat dokter katanya, suamiku bilang takut leher pelanggan setianya tiba-tiba tegang”

Sudah hampir seminggu, tepatnya lima hari semenjak Lio tiba di pulau ini. berarti sudah lima hari juga Mia mengabaikannya. Tanpa sepatah kata pun. Lio tau Mia hanya pura-pura sibuk untuk menghindarinya.

Itu yang Lio sadari selama lima hari belakangan nongkrong di restoran Gita. Diluar jam kerja, Mia akan menyibukkan diri bersama Rian. Lio juga tau Mia sengaja.

Dia selalu meminta waktu kepada Mia untuk membahas masa lalu mereka. Masalah pribadi yang tentu tidak bisa dia bicarakan ketika ada Rian di sekitar mereka.

Oleh karena itu Lio memutuskan waktu yang paling tepat. Menunggu Mia hingga malam. Sampai restoran tutup. Mengikuti Mia dari belakang sudah seperti penguntit.

Mia berhenti melangkah. Mendesah nafas kesal lalu berbalik ke arah Lio “mau kamu apa sih?”

“loh kamu bisa liat aku ternyata. Aku pikir aku ini tembus pandang. Habis ga pernah dijampangin” ucap Lio berpura-pura menatap tangannya. Mengecek apakah dia tembus pandang atau tidak.

Ditengah jalanan sepi diterangi dengan lampu jalan remang-remang Lio dapat melihat Mia memutar matanya kesal melihat tingkah lakunya yang kekanak-kanakan.

“MAMA!!” Nadia berteriak sambil berlari menuju Mia.

Mia merentangkan tangan. Memeluk Nadia erat sambil mencium puncak kepalanya. Ingin rasanya Lio ikut memeluk mereka. Namun niat itu dia urungkan.

“udah malam loh nak, kok masih keluar” ucap Mia cemas.

“Nadia habis main sama om Rian” tunjuk Nadia ke ujung jalan. Seorang pria berjalan santai sambil melambaikan tangannya.

“TARAA..” Mia memamerkan tangan kanannya yang dilingkari gelang manik-manik. “tadi Nadia diajarin sama om Rian buat gelang. Ada buat mama juga” Nadia meraih tangan Mia. Melingkarkan gelang di tangan kanannya.

Rian masih berjalan santai. Menaruh kedua tangannya di kedua sisi kantong celananya “aku langsung balik aja ya. Udah kemaleman” ucapnya.

Mia mengangguk. Tangannya masih dikuasai Mia yang masih sibuk mengatur letak gelangnya dengan benar. “makasih ya. Sorry udah bikin repot”

Rian menggeleng “Nadia itu satu-satunya anak yang ga akan nguras energi aku kalau lagi main. Ga suka bikin ulah, kalau dikasih tau juga nurut banget”

Anak siapa dulu. Ucap Lio dalam hati.

“Nadia sayang, om Rian udah mau pulang. Ayo bilang terima kasih dulu udah diajak main seharian”

Nadia berbalik memandang Rian tersenyum lebar sampai matanya menyipit “om Rian makasih ya udah mau ajak Nadia main. Hati-hati di jalan ya om! Mimpi yang indah malam ini”

Rian tersenyum gemas “Nadia juga mimpi yang indah ya.. om balik dulu. Dada..”

Lio menatap punggung Rian jengkel. Pria itu sudah merebut perhatian dari Mia dan anaknya.

"om Lio!!" Nadia menghamburkan pelukannya ke dalam gendongan Lio. .

"seru ya mainnya? sampe malam"

"seru dong, tapi Mia kangen sama om."

Lio tersenyum malu-malu, tidak bisa menyembunyi kebahagiaannya "oh ya?"

Nadia mengangguk menyembunyikan wajahnya yang juga malu-malu. "om Lio bisa antar Nadia sama mama pulang?"

Mia kaget. Buru-buru menolak ajakan Nadia "ga, Nadia pulang sama mama aja. Udah biasakan? Kasian om Lio udah malem."

"loh, mau om Lio ga apa-apa loh. Masih bisa anter Nadia pulang" ucap Lio tersenyum polos.

"Nadia takut pulang sama mama aja. Mau ditemenin om Lio juga"

***

“ayo.. mikirin apa ayoo.. kok ketawa sendiri” ucap Mia melihat Nadia menyikat giginya sambil tertawa.

"mama tau ga kalau om Lio takut sama kucing? jadi kemarinkan Nadia main sama om Lio, terus di jalan ketemu kucing. Om Lio ketakutan sampe sembunyi di belakang Nadia" ucap Nadia setengah tertawa.

Mia berhenti menyikat giginya. “kok om Lio? Bukannya Mia seharian main sama om Rian?"

Mia tau pria itu takut kucing. Tapi Mia juga tau Lio tidak sepencundang itu sampai harus bersembunyi di balik tubuh kecil Nadia. Pria itu hanya cari perhatian. Dan itu membuat Mia merasa cemas.

Harusnya Mia menjauhkan Nadia dari Lio. Bukan malah membuat mereka lebih dekat. Apakah Lio sudah tau Nadia adalah anaknya?

Nadia menaikkan bahunya “sama om Rian juga seru sih. Tapi Nadia suka sama om Lio” ucap Nadia tertawa malu “Kalau nanti Nadia punya papa mau yang kayak om Lio” lanjutnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!