Plakk...
Suara tamparan memenuhi seluruh ruangan, Bian memegangi pipinya karena mendapatkan tamparan dari wanita yang kini menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal. Pakaian Hera masih berserakan dilantai sedangkan Bian telah menggunakan celananya.
"Aku pantas mendapatkannya, aku minta maaf. Aku benar-benar tidak tahu jika kamu masih perawan, aku pikir wanita diluar sana.."
Plaakk, satu kali lagi tamparan mengenai wajah Bian dan kali ini pria yg terlihat sangar dimata Hera saat pertama kali itu terlihat begitu lembut kepadanya. Bian menggeser duduknya agar lebih dekat dengan posisi Hera yang sedang menekuk lututnya diujung tempat tidur.
"Mengapa perasaan ini berbeda? Mengapa wanita ini membuatku begitu ketagihan? Apakah karena dia masih perawan berbeda dengan Yolanda yang aku dapatkan tidak lagi sama sepertinya? Apa karena aku dan Yolanda telah melakukan hal ini sebelum menikah? Ternyata inikah yang namanya malam pertama pernikahan sebenarnya? Ah.. pikiran macam apa ini? Tenangkan pikiranmu, hal ini kamu lakukan semata-mata hanya ingin membahagiakan Yolanda dan bisa membuat nya sembuh agar kalian bisa hidup seperti semula." Batin Bian.
"Hera?" Panggilnya dengan lembut. Hera masih terlihat menunduk. "Maafkan aku!" Suaranya penuh penekanan.
Cukup lama mereka terdiam, Bian mengangkat wajah Hera dan ternyata wanita didepannya itu sudah tertidur pulas. Bian mengangkat Hera dan meletakkannya denga posisi terlentang dengan balutan selimut. Bian menatapnya sekali lagi. Tetesan bening keluar dari ujung matanya membuat hati Bian tersentuh.
"Maafkan aku karena telah merebut kebahagiaanmu." Ucapnya dengan melayang kan satu kecupan dipucuk kepala Hera.
"Mengapa jantungku berdetak cepat?" Ucapnya lalu ikut menjatuhkan tubuhnya disamping Hera.
Keesokan paginya, Hera dan Bian terbangun bersama karena suara ketukan pintu. Bian yang baru saja meregangkan badannya karena kelelahan bersama Hera, lebih tepatnya kelelahan untuk memaksa Hera melayaninya. Yolanda dan Maya berdiri didepan pintu. Dengan segera Bian berlari kearah Yolanda.
"Sayang?" Ucapnya sambil berlutut dihadapan Yolanda yang tengah duduk di kursi roda.
"Mandilah, lalu kita sarapan bersama. Mulai hari ini kamarmu pindah bersamanya. Maya akan memindahkan semua bajumu dikamar ini. Aku akan menunggumu dimeja makan. Dia boleh ikut bersama kita untuk sarapan bersama dan aku akan mengajarinya untuk melayanimu mulai dari mengatur makananmu dan menyampaikan makanan kesukaanmu dan makanan yang kamu tidak sukai." Tak ada senyuman diwajah Yolanda, Maya mendorong kembali Yolanda dan meninggalkan Bian dengan posisi yang sama.
Bian menghela nafasnya dengan panjang melihat kepergian Yolanda. Posisinya berada di ambang pintu melihat kesisi Yolanda lalu kearah Hera yang masih terbaring. Bian hendak mengejar Yolanda tetapi matanya menangkap sesuatu dipundak Hera membuatnya berlari kearah Hera.
"Badanmu penuh lebam?" Tanyanya dengan kaget sambil menekan beberapa lebam ditubuh Hera.
"Aww..!!" Hera meringis kesakitan.
"Maafkan aku, aku tidak tahu jika aku terlalu menekankan tubuhmu dengan keras." Terlihat wajah panik diwajah Bian, Hera juga bisa membaca raut wajah pria yang ada didepannya itu.
Hera memiliki kulit yang putih karena keturunan dan dibantu oleh perawatan diklinik kecantikan. Hera yang merupakan anak pengusaha juga mempunyai penampilan yang cukup menarik dimata laki-laki manapun.
"Ayo kita ke dokter?" Tanyanya.
"Tidak perlu!" Hera menepis tangan Bian dari tubuhnya.
Bian terdiam sejenak. "Aku akan kekantor hari ini, setelah pulang kantor aku akan membeli obat untukmu. Maafkan aku, aku harus buru-buru karena istriku menungguku. Kamu juga boleh ikut makan bersama jika kamu mau." Bian langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Hera.
Setelah berpakaian, Bian menundukkan badannya lagi dihadapan Yolanda. Yolanda tahu jika Bian ingin dipasangkan dasi seperti biasanya. Selesai memasang dasi Bian mengecup kening Yolanda dengan lembut.
"Kamu boleh memiliki tubuhnya tetapi tidak dengan hatinya, ini hanya sebuah bisnis, jika keadaanku membaik kamu akan menceraikannya." Ucap Yolanda dengan tenang. Wajah Bian terlihat datar, hatinya sedikit sakit mendengar ucapan Yolanda tetapi hal itu membuatnya bingung mengapa dia bisa merasa iba dengan wanita yang baru saja dia rebut keperawanannya itu.
"Mas, apa kamu mendengarkan ucapanku? Apakah aku harus mengulangi kembali ucapanku?"
"Aku mencintaimu sayang, jangan berfikir yang tidak-tidak. Kamu harus fokus untuk kesembuhanmu. Sekarang waktunya kita untuk sarapan. Maaf telah membuatmu menunggu lama." Sahutnya lalu mendorong kursi roda menuju meja makan.
Sesampainya dimeja makan, mata Yolanda tertuju kepada Hera yang mengunakan dress putih yang telah duduk dimeja makan. Bian terlihat tenang tidak ingin menunjukkan rasa kagumnya melihat kecantikan Hera. Yolanda duduk berdampingan bersama Bian sedangkan Hera tepat berada didepan mereka. Bian mengambilkan makanan untuk Yolanda sedangkan Hera mengambilkan makan untuk Bian. Pagi itu Hera terlihat berbeda, tak ada rasa ketakutan diwajahnya seperti saat dia menginjakkan kaki dirumah itu. Yolanda dan Bian ikut tertegun bersama melihat sikap Hera.
"Ada apa? Mengapa kalian menatapku seperti itu?" Dengan nada tegas Hera mengucapkan kata-kata untuk pertama kalinya dihadapan Yolanda.
Bian menatap Yolanda sesaat seakan tahu jika istrinya itu merasa bersalah karena tidak bisa mengurusnya dengan baik. "Kamu tidak perlu mengambilkan aku makanan karena aku bisa melakukannya."
"Bukannya aku juga adalah istri sahmu pak Bian?" Ucapnya lagi dengan tenang sambil menyantap makanannya.
"Diam!!" Bian membentak karena mata Yolanda mulai berkaca-kaca.
"Aku akan membuat mba Yolanda cemburu dan menyuruh Pak Bian menceraikanku, yah.. hanya cara ini yang bisa membuat aku terbebas dari derita ini. Aku tidak akan membiarkan hidupku terus terkurung didalam rumah ini. Lihat saja siapa yang akan menang!" Ucapnya sambil tersenyum simpul.
Setelah sarapan, Bian pergi kekantor dengan mengecup kening Yolanda yang sedang duduk di kursi roda. Hera ikut berdiri disampingnya karena perintah Yolanda. Bian melihat sekilas kearah Hera, pikirannya seperti teracuni melihat bibir mungil Hera yang berwarna merah muda. Sebelum Yolanda menyadari sikapnya, Bian telah memiliki kesadarannya dan hampir saja dia mendekati Hera untuk mengecup kening Hera.
"I love you." Ucap Bian, entah untuk Yolanda atau Hera kata itu diucapnya.
Setelah kepergian Bian, Yolanda menarik tangan Hera dengan kuat. "Jangan pernah untuk memberi hatimu kepada suamiku, tubuhmu hanya sebuah bisnis yang telah aku bayarkan dengan sebuah uang kepada orang tuamu. Sepertinya orangtuamu terlihat bahagia menerima uang dariku karena hasil menjual anaknya. Cih.. ternyata keluargamu begitu tergila-gila dengan uang dan rela menjual dirimu karena telah bangkrut!" Ucap Yolanda.
"Dengar ya mba Yolanda, ini pertama kalinya aku menjadi jahat karena ulah kalian. Jangan menyesal jika nantinya suami anda lebih nyaman berada di sampingku dibandingkan berada disamping anda. Lihat saja aku tidak main-main dengan kata-kataku!" Hera bernada mengancam. Yolanda terlihat sangat kaget, Hera yang terlihat begitu lemah dihadapannya ternyata mempunyai sikap sinis. Hera meninggalkan Yolanda tanpa berpamitan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
ᴅͩɪͥɳͦτ͠ɑ༃
nahkannnnn
lanjut herrr
2021-12-08
0
᪙ͤæ⃝᷍𝖒ᵗᵃʳⁱ♡⃝𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂᶬ⃝𝔣🌺
Good hera... Tunjukan klo kmu gac mudah dtindas.. Ayo hera mulai beraksi... Aku tggu bian bucin & gac mau melepaskanmu... Lnjut up lgi ka... Smngaatttttt
2021-11-07
0