Pernikahan Bisnis 2

Seharusnya ini menjadi malam pertama bagi Hera tetapi pria asing itu pergi begitu saja dengan mengurung dirinya dikamar. Hera yang terus menunggu sambil melihat ke arah pintu berharap ada seseorang yang menolongnya. Sudah pukul 20.00, terdengar ketukan dari pintu Hera yang tadinya berbaring disofa dengan sigap bangun dan merapikan rambutnya.

"Selamat malam Nona Hera." Maya menyapa dengan senyuman. Ditangannya ada sebuah nampan yang berisikan makanan lalu meletakkan dimeja.

"Apa yang kamu pikirkan sebagai wanita? Mengapa kamu tega melakukan ini padaku? Biarkan aku keluar dari kamar ini." Suara Hera mulai terdengar parau, tetesan bening mulai mengalir dari kedua matanya.

Maya hanya menundukkan badannya dengan sopan kepada Hera. "Maaf atas ketidaknyamanan anda saat berada dirumah ini nona Hera, aku hanya menjalankan tugas sebagai mana mestinya. Silahkan nikmati makan malam anda dan selamat beristirahat. Selamat malam." Ucap Maya kemudian kembali menutup pintu.

Hera dengan cepat berlari kearah pintu tetapi usahanya lagi-lagi gagal karena Maya mengunci pintu kembali. Hera memukul pintu beberapa kali tetapi tidak ada respon dari luar kamar. Hera kembali berjalan menuju sofa hanya melirik makannya tanpa menyentuhnya. Hera memejamkan matanya hingga dia tertidur disofa.

Keesokan paginya Hera terbangun, dimeja terdapat makanan yang masih hangat dan baju yang telah disediakan untuknya. Hera sama sekali tidak menyentuh makanan tersebut. Hera duduk termenung lagi seperti biasanya hingga pada siang hari Maya datang kembali meletakkan makanan yang baru dan mengambil makan yang telah dingin. Maya pergi begitu saja dengan berpamitan seperti biasanya.

Hari ketiga Hera berada didalam kamar tersebut, Maya membuka pintu seperti biasanya. Meletakkan makanan dimeja dan pakaian ganti Hera tetapi kali ini dia terkejut karena Hera telah tergeletak dilantai. Maya dengan cepat berlari keluar dari kamar. Tak lama kemudian Abian datang dan mengangkat Hera yang tengah tergeletak dilantai menuju tempat tidur.

"Hei, Hei.. Bangunlah!" Bian mengoyang-goyang tubuh Hera tetapi tak ada respon dari gadis didepannya.

"Maya, Panggil Ara..!" Ucap Bian. Maya seakan mengerti dengan arahan yang disampaikan oleh Bian. Maya berlari keluar sedangkan Bian duduk tenang disamping Hera yang tidak sadarkan diri.

Satu jam telah berlalu, kepanikan Bian telah meredah karena Hera mulai mengerakkan tangannya walaupun tubuhnya belum sepenuhnya pulih. dr. Ara telah selesai melakukan tindakan dengan memasang infus pada tangan Hera.

"Apa yang terjadi?" Tanya Bian kepada dr. Ara sembari menatap Hera yang masih terbaring lemas.

"Siapa dia?" Tanya dr. Ara kembali.

"Apa yang terjadi padanya?" Bian belum menjawab pertanyaan dari dr. Ara. Pandangannya masih terlihat kosong menatap Hera yang masih terbaring lemah.

dr. Ara menghela nafasnya dengan panjang melihat sikap Bian. "Dia kekurangan cairan, bagaimana bisa kamu memperlakukan dia seperti itu? Kalau saja dia tidak mendapatkan tindakan yang cepat, aku tidak bisa berkata dia bisa selamat. Aku sarankan untuk membawanya kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan." Seru dr. Ara.

Bian memalingkan wajahnya menatap sinis Ara. "Apa gunanya kamu jadi dokter jika hal kecil seperti ini kamu tidak bisa tangani. Rawat dia sampai sembuh dan jangan biarkan dia keluar dari kamar ini! Bian berdiri dari duduknya lalu keluar dari kamar sedangkan dr. Ara hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Ara beserta dua perawat duduk menunggu Hera yang masih terbaring. Ara benar-benar mengikuti perkataan Bian dengan tidak meninggalkan Hera dikamar tersebut. Kamar yang tidak memiliki jendela itu membuat siapa saja yang terkurung didalamnya pasti merasakan bosan begitu pula dengan Ara dan dua perawat yang menemani.

"Bagaimana bisa Bian memperlakukan gadis ini dengan kejam. Apa kesalahan gadis ini hingga membuat Bian menjadi sangat marah. Ah.. masalah apa lagi ini? Aku benci hidup ditengah keluarga ini." Batin Ara mendengus kesal.

Ara adalah adik kandung dari Abian. Ara adalah seorang dokter umum dan sedang mengambil pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu dokter spesialis penyakit dalam. Perbedaan usia mereka yang tidak terlalu jauh membuat Ara tidak memanggil Bian dengan sebutan kakak.

"Haa..us.." Suara parau terdengar dari tempat tidur, Ara dengan cepat berlari diikuti dua perawat yang menemaninya. Seorang perawat menuangkan air digelas dan membantu Hera untuk duduk. Hera menyeruput minumannya tanpa jeda hingga pada tetes terakhir. Suara nafasnya tersengal-sengal seperti seorang yang sedang berlari dipadang pasir.

Ara menatap Hera dengan lekat, bibir Hera terlihat pucat diikuti dengan wajahnya.

"Sebenarnya kamu siapa? Ada hubungan apa dengan Bian?" Tanya Ara secepat mungkin.

"Tidak ada yang boleh bertanya kepada gadis ini kecuali aku." Suara Bian membuat Ara terkejut.

"Aku tidak habis pikir mengapa Bian bisa menjadi searogan ini kepada wanita." Batin Ara.

"Yolanda membutuhkanmu, keluarlah! Kamu boleh istirahat setelah itu, biarkan Bayu menggantikanmu. Kamu boleh kembali beberapa hari lagi dan gadis ini biarkan Bayu yang akan mengurusnya juga." Ucapnya. Ara tak berpikir panjang, bersama dengan dua perawat mereka meninggalkan Bian dan Hera dikamar tersebut.

Ditangan Hera masih terpasang infus, dr. Ara memberikan vitamin untuk memulihkan keadaan Hera seperti semula.

Bian kini duduk disamping tempat tidur, Hera memalingkan wajahnya kesamping agar tidak menyatukan pandangannya kepada Bian.

"Jangan biarkan mayatmu membusuk dikamar ini." Tegas Bian dengan nada tinggi.

Terdengar suara tangisan kecil, Hera berusaha menahan tangisnya tetapi tidak bisa. Gertakan dan suara keras Bian membuatnya rapuh lagi. Bian terdiam, menatap belakang Hera.

Terdengar suara ketukan.. Bian membalikkan badannya. Seorang pria kini berjalan ke arahnya. Berbisik kepadanya lalu dengan cepat Bian berlari keluar dari kamar. Setelah Bian pergi barulah Hera membalikkan kembali badannya lalu menyeka air matanya. Kini Hera sendiri lagi berada didalam kamar masih terpasang infus. Tak lama berselang Maya datang dengan membawa nampan ditangannya seperti biasa.

"Non, tolong mudahkanlah pekerjaanku. Anda harus makan kalau tidak aku akan dipecat dari rumah ini karena tidak bisa mengurus anda dengan baik. Aku mempunyai anak yang harus dinafkahi jadi aku mohon bantulah aku dengan bersikap taat kepadaku. Aku hanya menjalankan perintah tuan Bian jadi aku mohon untuk kemurahan hati anda. Aku tidak ada niat untuk menyakiti anda dengan cara mengurung anda dikamar ini." Ucap Maya sendu. Hera bisa melihat mata Maya berkaca-kaca. Ada sebuah ketulusan dan rasa takut yang menyatu didalamnya sama seperti yang dia rasakan saat ini.

"Maafkan aku mba." Hera berucap pelan, tangannya mengusap lengan Maya dengan lembut.

"Terimakasih kasih non Hera." Sahut Maya dengan senyuman.

Perkenalan yang baik untuk Maya dan Hera membuat suasana hati Hera menjadi lebih baik dari sebelumnya. Maya mulai menyuapi Hera dengan pelan hingga makannya selesai.

"Non, apakah anda tau jika anda..?" Tanya Maya tetapi perkataannya terputus karena terdengar suara ketukan pintu..

Bersambung...

Terpopuler

Comments

᪙ͤæ⃝᷍𝖒ᵗᵃʳⁱ♡⃝𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂᶬ⃝𝔣🌺

᪙ͤæ⃝᷍𝖒ᵗᵃʳⁱ♡⃝𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂᶬ⃝𝔣🌺

Kok gac up lgi thorrr

2021-08-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!