Raja menerima notifikasi di layar ponselnya. Saat ia membuka pesan ia nampak tersenyum puas.
Di layar ponselnya terpampang manis foto Ghaliza saat menandatangani dokumen pernikahan, saat mengenakan cincin pernikahan, juga saat Ghaliza dan kedua orangtuanya berfoto bersama sambil memegang buku nikah dan tersenyum.
" Cantik...," gumam Raja sambil menyentuh wajah Ghaliza di layar ponselnya.
Lalu Raja mengetik beberapa kata di ponselnya yang ditujukan untuk Amet si pengurus villa.
" Makasih Pak Amet, nanti bonusnya Saya transfer ya...,"
" Makasih Mas Raja. Semoga pernikahannya samawa. Aamiin...," balas Amet.
" Aamiin...," gumam Raja tanpa membalas pesan Amet. Raja memilih memejamkan matanya dan bersandar di sandaran kursi. Saat ini Raja tengah berada di mobil yang akan membawanya ke bandara.
\=====
Perasaan Ghaliza gelisah tak menentu. Ia tak mengerti mengapa kedua orangtuanya merahasiakan jati diri suaminya. Ghaliza yang merasa hidupnya dipermainkan pun marah.
" Ada apa ini Abah, Ummi. Kenapa Aku ga boleh tau siapa Suamiku. Kenapa, apa karena dia sudah tua atau cacat...?!" tanya Ghaliza di hari ketiga pernikahannya.
" Hati-hati bicaramu Nak. Ucapan itu adalah doa. Apa Kamu mau punya Suami cacat...?" tanya Suci sambil menatap tajam kearah Ghaliza.
" Aku ga mau punya Suami cacat Mi. Tapi kenapa Abah sama Ummi ga kasih tau Aku siapa laki-laki yang jadi Suamiku. Bagaimana kalo Aku salah mengenali orang nanti. Apa untungnya nyembunyiin semua dari Aku, toh Aku kan Istrinya...?" tanya Ghaliza.
" Maafkan Abah Nak. Dengar, Suamimu minta untuk merahasiakan dulu pernikahan Kalian. Dia ga mau nyawamu terancam karena menikahinya. Banyak orang yang menginginkannya celaka. Karena itu dia ga mau Kamu dalam bahaya dan menjadi incaran musuh-musuhnya jika mereka tau Kamu adalah Istrinya. Bersabarlah dan percayalah. Abah dan Ummi ga akan membuatmu menderita. Kami menikahkanmu dengan orang yang baik dan bertanggung jawab...," kata Harun dengan sabar.
" Kalo dia ga mau membahayakan nyawaku harusnya ga usah menikahiku, kan beres. Ini malah bawa-bawa Aku ke dalam masalah yang Aku aja ga ngerti...!" sahut Ghaliza.
" Jika jodohmu udah datang, Kita bisa bilang apa Nak. Dia pria yang baik, santun, tanggung jawab dan yang terpenting agamanya bagus. Jadi Abah sama Ummi ga punya alasan untuk menolak lamarannya. Lagipula Kamu ga punya calon Suami kan, jadi saat datang lamaran dari pria yang baik kenapa Kami harus nolak. Iya ga Mi...," kata Harun sambil menoleh kearah Suci.
" Betul Bah. Pertama ngeliatnya aja Ummi langsung cocok. Keluarganya juga baik. Ummi senang bisa melihatmu menikah dengannya. Walau ternyata proses ijab kabulnya juga ga seindah bayangan Ummi, tapi sejauh ini semua masih aman kok...," sahut Suci.
.
" Gimana kalo dia cuma memanfaatkan Abah sama Ummi. Dia pura-pura menikahi Aku karena ingin menjadikan keluarga Kita tameng dari kejahatannya...?" tanya Ghaliza.
" Insya Allah itu ga akan terjadi. Dia punya latar belakang keluarga yang baik dan Abah telah mengenalnya sejak lama. Untuk sementara seperti ini dulu ya Kak. Jangan tanya apa-apa lagi, cukup lah Kamu tau bahwa ini bukan sandiwara...," kata Harun lalu beranjak meninggalkan kamar Ghaliza.
Sukma memeluk dan mencium pipi Ghaliza lalu tersenyum. Kemudian Suci bangkit dan keluar menyusul suaminya.
" Menikah. Pernikahan macam apa ini. Ga kenal sama Suami, ga ada cium tangan Suami, apalagi malam pertama. Hah, ternyata pernikahan impianku buyar begitu aja. Status berubah tapi cuma di atas kertas. Selebihnya masih sama. Masih tinggal di sini, masih sendirian kemana-mana, Masih harus menyelesaikan semua sendiri. Nasib, nasib...," gumam Ghaliza sambil menatap wajahnya di cermin.
\=====
Kini Ghaliza kembali ke rutinitas semula. Saat tiba di sekolah semua terlihat sama, hanya hati Ghaliza yang berubah. Yah, meski pun Ghaliza menjalani pernikahan rahasia, tapi hati kecilnya tak lagi sama. Ada seorang pria selain ayahnya yang harus ia jaga harkat dan nama baiknya.
Ghaliza duduk di kursi sambil menunggu jam pelajaran kedua. Ia menyiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan pada muridnya nanti. Gerakan Ghaliza terhenti saat tak sengaja menatap cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya. Ghaliza menyentuh cincin itu, memutar-mutarnya sambil membayangkan seperti apa wajah suaminya. Ghaliza tersentak saat wajah Raja lah yang melintas.
" Ck, ngapain mukanya si arogan itu sih yang kebayang. Nyebelin...," gerutu Ghaliza sambil berdecak sebal.
Tiba-tiba Anton masuk dan tersenyum kearah Ghaliza. Entah mengapa Ghaliza makin tak nyaman dengan sikap Anton belakangan ini. Dengan gugup Ghaliza membalas senyum Anton lalu bergegas keluar dari ruang guru.
" Lho, mau kemana Bu Ghaliz. Kan jam kedua belum mulai...?" tanya Anton.
" Mau cari angin aja Pak. Bete nungguin di dalam sendiri...," sahut Ghaliza seadanya.
" Kan ada Saya sekarang, jadi Bu Ghaliz ga sendirian lagi...," kata Anton sambil tersenyum penuh makna.
Ghaliza mengabaikan Anton dan memilih melangkah menyusuri koridor kelas. Saat berpapasan dengan Hengki, Ghaliza menganggukkan kepalanya dengan hormat.
" Mau kemana Bu Ghaliz...?" tanya Hengki sambil melirik kearah ruang guru. Ia melihat Anton di sana dan tengah menatap Ghaliza.
" Mau ke taman cari angin Pak...," sahut Ghaliza.
" Oh gitu. Kebetulan ada yang mau Saya sampaikan. Kemarin Pak Raja bilang kalo Bu Ghaliza aja yang jadi Wali kelas 8E...," kata Hengki.
" Kok, Saya Pak. Saya kan cuma guru honorer di sini...," sahut Ghaliza.
" Iya. Saya juga bilang begitu. Pak Raja tau kok kalo ga ada seorang guru pun yang bersedia jadi Wali kelas 8E, makanya Beliau memutuskan Bu Ghaliza yang jadi Wali kelas 8E. Apalagi setelah Beliau melihat interaksi Bu Ghaliza dengan siswa kelas 8E...," sahut Hengki.
" Melihat, kapan...?" tanya Ghaliza.
" Ehm, waktu itu. Setelah Bu Ghaliza menampar Pak Raja...," sahut Hengki sambil menahan tawa.
" Oh itu. Iya, Saya menyesal udah nampar Pak Raja waktu itu. Saya pikir Beliau marah dan mau memecat Saya. Eh, malah disuruh jadi Wali kelas 8E. Tapi Saya mohon jangan sebarin kejadian ini ya Pak, Saya ga enak...," kata Ghaliza malu.
" Iya, Bu Ghaliza tenang aja. Awalnya emang Bu Ghaliza hampir dipecat. Ga ada lho dalam sejarahnya dia ditampar sama cewek Bu. Cuma Bu Ghaliza yang berani nampar dia, walau Bu Ghaliza bilang ga sengaja. Tapi pas liat Bu Ghaliza mampu menghandle kelas biang onar itu, Pak Raja berubah pikiran...," sahut Hengki.
" Gitu ya Pak. Ok deh, Saya bersedia jadi Wali kelas 8E. Makasih ya Pak atas kepercayaannya...," kata Ghaliza.
" Sama-sama Bu. Nanti ambil semua berkas siswa kelas 8E di ruangan Saya ya Bu. Udah Saya siapin semua kok...," kata Hengki sambil melangkah.
" Baik Pak...," sahut Ghaliza.
\=====
Saat menjelang pulang sekolah sebagian guru telah berada di ruang guru, termasuk Ghaliza dan Hera. Hera yang memang super heboh itu melihat pendar cincin yang dikenakan Ghaliza.
" Bu Ghaliz sekarang pake cincin ya. Cantik banget cincinnya Bu. Eh, apa jangan-jangan itu cincin tunangan ya...," kata Hera dengan hebohnya.
Anton yang kebetulan ada di ruangan itu pun menoleh dan menunggu jawaban Ghaliza. Menyadari hal itu Ghaliza pun memanfaatkan moment itu sebaik mungkin dengan mengakui bahwa ia telah bertunangan.
" Eh, jadi malu Saya. Iya Bu, Saya baru aja tunangan Minggu kemaren...," sahut Ghaliza.
" Wah, ga pernah kedengeran punya pacar tau-tau tunangan. Hebat deh Bu Ghaliz. Ngomong-ngomong pacarnya orang mana Bu, kerja dimana, kenalin dong...," kata Hera lagi.
" Saya dijodohin sama orangtua Saya Bu. Alhamdulillah orangnya baik, jadi Saya ga punya alasan buat nolak dia kan...," sahut Ghaliza sambil tersenyum.
Anton mengepalkan tangannya saat mendengar ucapan Ghaliza. Gagal sudah impiannya untuk bersanding dengan Ghaliza. Padahal Anton tengah mempersiapkan diri untuk meminang Ghaliza. Anton pun meninggalkan ruangan tanpa pamit pada siapa pun.
" Kayanya ada yang patah hati...," kata Tiwi sang guru Bahasa Indonesia sambil melirik kearah Anton.
" Iya Bu Tiwi. Abis kelamaan sih, jadi Bu Ghaliza keburu disamber orang deh...," gurau Hera sambil tertawa disambut tawa Tiwi dan Ghaliza.
Dalam hati Ghaliza bersyukur karena berhasil lepas dari Anton.
" Alhamdulillah, benar kata Abah. Cincin ini bisa jadi senjata buat menjawab pertanyaan orang...," batin Ghaliza sambil tersenyum.
\=====
Ghaliza menerima notifikasi dari Bank yang memberitahu bahwa no rekeningnya menerima transfer sejumlah uang yang nominalnya sangat besar.
" Eh, besar banget. Aku baru seminggu jadi Wali kelas masa udah dapet gaji sebesar ini. Kayanya ga mungkin. Kan Pak Hengki bilang gaji jadi Wali kelas ditransfer mulai bulan depan. Aduh gimana nih, Aku ga mau dituduh korupsi. Atau ada praktek pencucian uang dengan menumbalkan Aku. Ntar tau-tau ada polisi yang nangkep Aku gimana dong...?" gumam Ghaliza bingung.
Tiba-tiba pintu kamar Ghaliza diketuk oleh Suci.
" Kak, dipanggil Abah sebentar...!" kata Suci.
" Iya Mi...," sahut Ghaliza lalu segera menemui ayahnya di ruang makan.
" Tuh dia si Kakak...," kata Suci.
" Nah gini Nak. Suamimu bilang baru aja transfer uang ke rekening Kamu. Apa udah masuk...?" tanya Harun sambil mengunyah makanannya.
" Iya ada uang masuk sih Bah. Tapi jumlahnya besar banget. Apa itu dari dia...?" tanya Ghaliza ragu.
" Bisa jadi. Dia bilang transfer dua puluh lima juta. Itu uang nafkah untuk Kamu. Karena Kalian ga tinggal serumah, jadi dia cuma kasih Kamu segitu aja dulu...," sahut Harun.
" Oh gitu...," kata Ghaliza dengan suara lirih.
" Kenapa Kak, apa masih kurang. Nanti Abah bilang sama dia ya...," kata Harun cepat.
" Ga usah Bah, Aku ga enak. Nerima uang tapi ga bisa menjalankan kewajiban Aku sebagai Istri, kaya makan gaji buta aja. Jangankan menjalankan kewajiban sebagai Istri, wajah Suamiku aja Aku ga tau. Mau komunikasi sama dia juga ga bisa. Semua tentang dia selalu rahasia. Yah, mau bilang apa, emang nasibku menikah dengan pria yang aneh...," gerutu Ghaliza sambil melangkah ke kamar.
Ghaliza menutup pintu kamar lalu kembali menatap angka di layar ponselnya.
" Jadi kalo Aku tinggal sama dia, Aku bakal terima lebih besar dari ini setiap bulannya. Wah, enak betul. Ga perlu kerja keras lagi dong. Kan mau apa-apa tinggal bilang sama Suami tersayang...," gumam Ghaliza sinis lalu melempar ponselnya ke atas tempat tidur.
\=====
Saat ini Raja memang sedang mengembangkan sayap bisnisnya ke belahan dunia lain termasuk Turki. Dan Raja ingin turun langsung menangani prosesnya meski pun harus mengabaikan istrinya, wanita yang telah ia nikahi dengan sah sesuai hukum agama dan negara.
Setelah pernikahannya dengan Ghaliza, kedua orangtua Raja menepati janji untuk tak ikut campur dalam kehidupan pribadi Raja termasuk soal rumah tangganya.
Rahmat dan Sendini hanya menunggu kabar dari Raja kapan dan dimana akan bertemu dengan Ghaliza keluarga besarnya. Dimana saat itu Raja dan Ghaliza juga diharapkan hadir sebagai pasangan suami istri.
Meski pun terkesan mengabaikan istrinya, tapi Raja tetap bertanggung jawab menafkahi Ghaliza. Buktinya ia mentransfer sejumlah uang ke rekening Ghaliza. Raja ingin bicara langsung dengan Ghaliza, namun ia urungkan karena tak ingin membuat Ghaliza cemas. Karena Raja merasa belum saatnya Ghaliza tahu semua hal tentang dirinya.
" Maafkan Aku Ghaliza. Bersabarlah sedikit lagi. Aku pasti datang menjemputmu. Dan saat itu tiba, Aku pastikan Kita akan bahagia...," kata Raja sambil menyentuh wajah Ghaliza di layar ponselnya.
Raja sudah menyimpan nomor ponsel istrinya. Ia melacak akun media sosial milik Ghaliza. Tak ada yang aneh di sana. Hanya postingan beberapa peristiwa penting di hidup Ghaliza. Rupanya Ghaliza bukan orang yang maniak menggunakan media sosial, hingga terkesan sebagai pengguna pasif.
" Aku sengaja mengikatmu lebih dulu dengan pernikahan karena Aku tak mau kehilanganmu. Maafkan Aku jika caraku kekanakan. Tapi Aku memang tertarik padamu sejak pertemuan Kita pertama kali Ghaliza...," gumam Raja sambil tersenyum mengingat tamparan Ghaliza di pipinya waktu itu.
bersambung
Assalamualaikum readers tersayang...
Maaf kalo ceritanya ga sesuai norma di keseharian Kita . Ini cuma cerita fiksi, jadi jangan protes yaa.
Makasih atas suportnya...
Wassalam
( ummiqu )
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
SEPTi
aku kira dulu raja mau main main sama pernikahan ini ngga taunya udh ada rasa dari awal
2023-08-15
1
neng ade
cerita nys bagus bikin penassran
2021-11-30
1
Nesia
bagus ceritanya, suka
2021-09-24
3