2 ( Masuk Kualifikasi )

Ghaliza duduk di hadapan Raja dengan tenang. Ia menunggu sang donatur utama itu memulai pembicaraan. Tapi setelah sekian lama menunggu nampaknya Raja belum akan bicara. Raja malah terlihat sibuk bicara melalui ponselnya. Hingga dengan terpaksa Ghaliza berdiri dan bersiap keluar dari ruangan itu karena tak ingin mengganggu pembicaraan Raja.

" Anda mau kemana Ibu Ghaliza yang terhormat...?" tanya Raja dengan tatapan mengintimidasi.

" Maaf Pak. Jam kedua sebentar lagi akan dimulai. Saya harus mengajar Anak-anak. Jika tak ada yang ingin Bapak bicarakan, Saya permisi dulu...," sahut Ghaliza sambil menundukkan kepalanya dengan hormat. Setelahnya Ghaliza membalikkan tubuhnya dan keluar dari ruangan itu.

Raja nampak mengepalkan tangannya menahan kesal. Ia menatap kepergian Ghaliza dengan rahang yang mengeras. Rupanya baru kali ini ada seseorang yang berani menentang perintahnya. Dan itu adalah seorang guru honorer di sekolah yang 70% biaya operasionalnya dibiayai dengan uangnya.

Hengki masuk ke dalam ruangan saat Raja memanggilnya.

" Maafkan Bu Ghaliza ya Pak. Dia ga tau kalo Bapak adalah pemilik sekaligus donatur utama sekolah ini. Bu Ghaliza itu orangnya keras Pak, tapi cara mengajarnya hebat. Bahkan Bu Ghaliza mampu menghandle siswa kelas 8E yang terkenal nakal dan biang onar di sekolah Kita Pak...," kata Hengki sambil tersenyum.

" Apa dia guru tetap di sini...?" tanya Raja.

" Bukan Pak, masih honorer. Karena Bu Ghaliza ga punya basic Sarjana Pendidikan. Bu Ghaliza itu Sarjana Ekonomi dan pernah bekerja di perusahaan besar. Tapi Bu Ghaliza memilih mengajar karena dia suka sama Anak-anak. Begitu Pak...," sahut Hengki dengan suara bergetar.

Raja nampak mengetuk meja dengan jari telunjuknya. Kemudian Raja berdiri.

" Kirimkan biodata Ibu Ghaliza, Saya mau liat apakah dia layak ada di sekolah ini atau bahkan Saya harus memecatnya...," kata Raja dingin sambil melangkah keluar dari ruangan kepala sekolah.

" Baik Pak...," sahut Hengki lalu mengikuti langkah Raja untuk mengantarnya keluar.

Saat hendak menuju parkiran, terdengar suara riuh dari sebuah kelas di lantai dua. Raja menoleh kearah Hengki.

" Oh, itu Anak-anak kelas 8E Pak. Kelas istimewa karena hampir semua guru cuma bertahan setengah jam pelajaran mengajar di kelas itu...," sahut Hengki.

" Hmmm, kelas biang onar itu...?" tanya Raja dan diangguki oleh Hengki.

Dari tempat mereka berdiri Raja dan Hengki dapat melihat Ghaliza melangkah santai menuju ke kelas 8E. Raja sedikit terkejut saat melihat Ghaliza masuk ke dalam kelas, kelas itu mendadak hening. Lalu terdengar sapaan anak-anak terdengar menyambut kehadiran Ghaliza.

" Selamat pagi Bu Ghaliza...!" sapa seluruh siswa kelas 8E.

" Selamat pagi Anak-anak. Baik, Kita mulai pelajaran Kita hari ini ya. Tapi sebentar, ada cerita seru apa yang bakal Kalian bawakan...?" tanya Ghaliza sambil tersenyum.

Para siswa pun berlomba menjawab. Mereka semua ingin bercerita kepada Ghaliza. Melihat hal itu Ghaliza pun melerai mereka.

" Perwakilan cowok dan cewek maju dulu ke depan terus suit. Yang menang, itu yang cerita. Gimana...?" tanya Ghaliza.

" Setuju Bu...!" sahut siswa bersamaan.

Perwakilan siswa maju ke depan, setelah suit ternyata siswa laki-laki yang menang.

" Jadi hari ini giliran murid cowok yang cerita. Ayo harus seru ya. Kalo ga, semua murid cowok harus berdiri di depan kelas...," ancam Ghaliza.

Suara riuh kembali terdengar. Akhirnya dipilih seorang siswa bernama Rendi yang bercerita. Kali ini cerita tentang hantu di gudang rumahnya. Semua mendengarkan, waktu yang diberi hanya sepuluh menit dan itu berhasil membuat ketegangan tersendiri di dalam kelas.

" Cukup, waktu habis. Menurut Saya cerita Rendi cukup menguras emosi. Artinya tak ada yang dihukum hari ini...," kata Ghaliza sambil tersenyum.

Semua bersorak gembira. Setelahnya Ghaliza berdiri di depan papan tulis dan kembali memasang wajah serius.

" Ok, Kita lanjut ke materi berikutnya...," kata Ghaliza tenang.

Semua siswa pun nampak menyimak materi yang diberikan. Sesekali nampak siswa bertanya dan Ghaliza menjawab. Interaksi yang normal antara Guru dan siswa. Tanpa mereka sadari, Hengki dan Raja memperhatikan tingkah mereka dari balik jendela. Diam-diam Raja merasa kagum dengan cara Ghaliza mendekati siswa kelas 8E itu.

" Siapa Wali Kelas 8E...?" tanya Raja.

" Maaf, belum ada Pak. Jadi terpaksa Saya yang handle...," sahut Hengki.

" Kenapa belum ada...?" tanya Raja tak mengerti, padahal tahun ajaran baru sudah berjalan hampir dua bulan.

" Sebelumnya Bu Indah yang jadi Wali kelas, tapi mengundurkan diri karena ga tahan sama ulah mereka. Sampe sekarang ga ada yang mau jadi Wali kelas 8E Pak...," sahut Hengki lagi.

" Serahkan saja sama Bu Ghaliza...," kata Raja.

" Tapi kan Bu Ghaliza cuma guru honorer Pak. Bukannya peraturan di sekolah ini yang jadi Wali kelas adalah guru tetap...?" tanya Hengki tak mengerti.

" Gapapa, anggap aja ini kejadian khusus...," sahut Raja sambil masuk ke dalam mobilnya.

" Baik Pak...," sahut Hengki.

Sesaat kemudian mobil Raja pun melaju meninggalkan sekolah.

\=\=\=\=\=

Raja memasuki ruang makan dengan langkah tegap. Semua orang yang tengah duduk di sana pun menoleh dan tersenyum menyambut kedatangannya.

" Bagaimana harimu Nak...?" tanya Anita sambil tersenyum kepada putranya itu.

" Alhamdulillah, lancar Ma...," sahut Raja lalu mengecup pipi sang mama lembut.

Setelahnya Raja mencium punggung tangan sang papa yang bernama Rahmat lalu bergeser pada sang kakek bernama Raden Mas Rekso.

Raja adalah anak lelaki satu-satunya dari lima bersaudara yang kesemuanya perempuan. Diberi nama Raja karena dialah yang akan mewarisi kerajaan bisnis milik kakek dan ayahnya. Raja memiliki tiga orang orang kakak yang semuanya sudah menikah bernama Raya, Rifa, Rumi dan seorang adik bernama Resi. Ketiga kakak Raja tinggal bersama suami mereka masing-masing. Sedangkan semua sepupu Raja pun perempuan. Maka jangan heran jika Raden Mas Rekso menaruh harapan besar pada cucu lelakinya itu.

Mereka menikmati makan malam dengan tenang. Sesekali cerita mengalir dari mulut adik bungsu Raja yang bernama Resi hingga membuat semua tertawa mendengarnya.

Setelah makan malam mereka berkumpul di ruang keluarga. Malam itu untuk ke sekian kalinya mereka membicarakan perihal pasangan untuk Raja. Tapi berbeda dengan waktu sebelumnya, kali ini Raja bertahan dan mengikuti alur pembicaraan kakek dengan kedua orangtunya.

" Harus segera Rahmat. Umurku ga muda lagi. Kapan lagi Aku bisa menyaksikan pernikahan Cucu laki-lakiku ini...," pinta Rekso sambil menepuk halus punggung Raja.

" Romo bisa tanya langsung sama Raja. Jangan desak Aku lagi. Aku lelah jika harus mengejarnya terus...," sahut Rahmat sambil melirik kearah Raja.

Sendini pun menoleh kearah Raja yang nampak tak bergeming.

" Le, gimana. Apa Kamu sudah punya calon Istri. Kalo belum, biar Kami bantu carikan. Yah setidaknya Kalian bisa menikah dulu, ga perlu rame-rame yang penting keluarga inti tau semua...," bujuk Sendini pada putranya itu.

Raja nampak menghela nafas panjang. Ia menatap satu per satu orang di hadapannya.

" Hanya menikah saja tanpa pesta kan. Baik, Aku akan menikah. Segera...," sahut Raja dengan mimik serius. Raja berniat untuk menyenangkan keluarganya sebentar. Lalu ia akan mencari alasan untuk menceraikan wanita itu nanti. Toh, tak akan ada yang bisa memaksanya menjalani pernikahan jika ia katakan ia tak bahagia.

" Alhamdulillah...," terdengar hamdalah berkumandang di ruangan itu. Nampak senyum lega di wajah Raden Mas Rekso, Rahmat dan Sendini saat mendengar jawaban Raja.

" Gadisnya biar Ibu yang pilih ya Nak...," kata Sendini antusias.

" Ga usah Ma...," sahut Raja enggan karena ia tahu type seperti apa pilihan sang mama.

" Jangan Ni. Aku sudah siapkan foto beberapa calon Istri untuk Cucuku ini. Gus, tolong ambilkan map coklat di mejaku...," perintah Rekso pada asistennya yang berdiri tak jauh dari ruang keluarga.

" Baik Ndoro...," sahut Agus lalu segera mengambilkan benda yang dimaksud dan menyerahkannya pada Rekso.

" Nah, ini adalah foto beberapa wanita yang masuk kualifikasi alias sudah Eyang seleksi. Eyang harap Kamu bisa menentukan secepatnya gadis mana yang akan Kamu nikahi...," kata Rekso.

Raja meraih amplop itu dan memasukkannya ke dalam saku bajunya.

" Aku liat di kamar aja Eyang. Sekarang Aku permisi dulu. Aku lelah sekali karena menemui beberapa kejadian tak terduga hari ini...," pamit Raja.

Rekso pun mengangguk. Tak lama setelah kepergian Raja, ia pun minta diantar ke dalam kamarnya. Kini tinggal Rahmat dan Sendini yang masih duduk di ruang keluarga.

" Romo itu gimana sih Pa. Raja itu kan Anakku, masa Aku ga boleh ikut milih calon Istrinya...," kata Sendini dengan mata berkaca-kaca.

" Maafkan Romo ya Ma. Tapi itu karena Raja kan Cucu lelaki satu-satunya yang bakal mewarisi kerajaan bisnisnya Romo. Jadi Romo harus tau betul bebet, bobot dan bibit calon Istrinya Raja. Liat sisi positifnya dong Ma. Kita ga perlu repot lagi karena Romo pasti pilih yang terbaik untuk Raja. Selain cantik, pasti juga harus pintar, multi talenta dan dari keluarga baik-baik. Nah, Kita ga punya alasan buat nolak kalo semua kriteria yang Kita inginkan udah diwakilin sama Romo...," sahut Rahmat mencoba membujuk istrinya.

Sendini terdiam sejenak kemudian mengangguk.

" Papa benar. Baiklah, Aku akan ikut apa kata Romo. Lagian hanya sama Raja kan Romo bersikap kaya gini. Toh Aku masih bisa menyeleksi calon menantu terakhir Kita nanti...," sahut Sendini sambil tersenyum membayangkan Resi menikahi pria yang sesuai dengan pilihannya nanti.

\=\=\=\=\=

Raja baru selesai membersihkan diri saat sebuah email ia terima. Lalu Raja membaca email yang dikirimkan Hengki untuknya itu sambil tersenyum.

" Hmm, jadi dia belum menikah. Cantik dan karakternya unik. Sangat menarik...," puji Raja saat menatap biodata Ghaliza yang dikirimkan Hengki barusan.

Raja mengingat kembali pertemuannya dengan Ghaliza hari ini. Ghaliza, si guru honorer yang berani menamparnya. Padahal tak seorang pun berani menolak atau membantah keinginannya. Tapi gadis itu bahkan berani menamparnya tanpa rasa bersalah.

Raja lalu berbaring di atas tempat tidur sambil meraih map coklat yang diberikan Rekso tadi. Ia mengeluarkan belasan foto wanita yang disiapkan oleh Rekso untuk menjadi calon istrinya. Dengan setengah hati Raja menatap satu per satu foto wanita sekaligus membaca biodata wanita itu yang tertera di balik foto.

" Bianca, 22 tahun, designer perhiasan. Malika, 27 tahun, pengacara. Hana, 29 tahun, pengusaha. Ratna, 28 tahun, model. Ghaliza, 29 tahun, karyawati...," ucapan Raja terhenti saat melihat foto dan biodata Ghaliza.

Raja membolak-balik foto Ghaliza. Ia nampak tersenyum penuh arti. Lalu Raja memisahkan foto Ghaliza dan memasukkan foto lainnya ke dalam map. Raja nampak tersenyum puas sebelum memejamkan mata dan tidur.

\=\=\=\=\=

Pagi harinya Raja menemui Rekso di ruang kerjanya dan menyerahkan foto Ghaliza. Rekso nampak tersenyum melihat pilihan Raja.

" Ghaliza. Aku yakin Kau akan bahagia bersamanya. Dia gadis yang baik, sedikit cuek namun penuh kasih sayang...," puji Rekso sambil menatap foto Ghaliza.

" Aku ingin pernikahanku dipercepat Eyang...," pinta Raja.

Rekso tertawa mendengar ucapan Raja. Ia tak menyangka jika Raja demikian tak sabar untuk menikahi Ghaliza.

" Baik. Kau duduk manis saja. Biar Aku yang akan mengatur semuanya...," sahut Rekso sambil tertawa.

" Tanpa pesta dan hanya keluarga inti Eyang...," kata Raja menegaskan sebelum berlalu.

" Tanpa pesta dan hanya keluarga inti. Hah, Anak itu selalu semaunya sendiri. Apa dia ga tau pentingnya pesta pernikahan bagi seorang gadis...," gumam Rekso sambil menggelengkan kepalanya.

Namun tak lama kemudian Rekso pun keluar dari ruang kerjanya dan minta asistennya mengatur pertemuan dengan kedua orangtua Ghaliza.

bersambung

Terpopuler

Comments

Guntar Nugraha

Guntar Nugraha

Tetap semangat optimis dan yakin Thor... 💪💪💪🙏

2024-05-31

1

Regita Regita

Regita Regita

ceritanya bagus,tapi yg baca masih sedikit.aku mampir kesini dulu...langsung fav.semangat Author...semoga selalu sehat dan diberkahi rizki yang melimpah Aamiin.

2022-10-26

1

abu😻acii

abu😻acii

bagus cerita nya

2022-10-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!