Istri Rahasia

Istri Rahasia

1 ( Hari Apa Sih )

Nama gadis itu Ghalisa Maulida. Anak pertama dari pasangan suami istri bernama Harun dan Suci. Karena lahir saat perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw sedang diselenggarakan di rumah kakeknya, makanya diselipkan nama Maulida untuk mengingat moment indah kelahirannya.

Ghaliza memiliki dua adik laki-laki bernama Gifari dan Gaza. Mereka kini sedang menempuh pendidikan di Jogjakarta dan tinggal bersama eyang mereka dari pihak ibu.

Ghaliza seorang gadis yang cerdas, ramah dan pekerja keras, namun sedikit cuek. Memiliki kulit sawo matang, dengan tinggi badan 160cm, wajah bulat telur dan rambut yang bergelombang, Ghaliza cukup menawan. Apalagi saat ia tersenyum, jangan ditanya manisnya seperti apa. Itu seperti dodol manis yang masuk ke dalam kubangan caramel. Manis banget kan !.

Dan saking manisnya bisa membuat para pria terpana saat melihat senyumnya. ( lebay dikit ya authornya )

Usia Ghaliza saat ini mendekati kepala tiga dan itu membuatnya panik. Tapi berbeda dengan orangtua kebanyakan yang khawatir akan nasib percintaan anak gadisnya yang berusia matang. Harun dan Suci terlihat santai menanggapi pertanyaan yang datang untuk mereka. Pertanyaan berupa sindiran atau spontan sudah sering mereka dengar, seperti berikut :

" Kapan nih Kita diundang ke pernikahan Ghaliza...?" atau

" Mana nih calonnya Ghaliza...?" atau

" Siapa sih calonnya Ghaliza, kerja dimana, lulusan apa...?" atau

" Wah, kapan nih ngeliat janur kuning berkibar di depan rumah Bu Harun...?".

Dan ribuan pertanyaan lain yang intinya sama yaitu 'kapan Ghaliza menikah'.

Biasanya Harun dan Suci akan menjawab dengan senyum saja tanpa sepatah kata pun yang keluar. Karena toh percuma menjawab. Sebab sekali menjawab, akan ada pertanyaan lanjutan. Harun dan Suci tak ingin anak gadis mereka menjadi bahan ghibahan orang lain.

Ghaliza adalah seorang tenaga pengajar di sebuah SMP swasta, masih sebagai guru honorer. Mata pelajaran yang diajar adalah matematika. Entah mengapa, di saat kebanyakan wanita menghindari pelajaran rumit itu, Ghaliza malah menekuninya hingga ia mengajar khusus di mata pelajaran tersebut.

\=====

Hari itu Ghaliza kembali bersiap untuk pergi mengajar. Saat sarapan bersama, terdengar Suci membicarakan undangan tetangga yang akan mengadakan hajatan.

" Hajatan apa sih Mi...?" tanya Ghaliza.

" Itu Kak, hajatan pernikahan si Mahdi. Katanya sih dapat jodoh orang Sumatra gitu...," sahut Suci sambil tersenyum.

" Mahdi yang dekil dan gendut itu Mi...?" tanya Ghaliza terkejut.

" Ssstt, Kakak. Ga boleh menghina penampilan orang. Ga baik. Gitu-gitu kan ciptaan Allah juga lho...!" tegur Harun tak suka.

" Iya, maaf Bah. Astaghfirullah aladziim...," sahut Ghaliza malu.

" Terus gimana Mi...?" tanya Harun pada istrinya.

" Iya, katanya sih ini acara ngunduh mantu Bah. Nikahnya udah di Sumatra bulan lalu...," sahut Suci

" Oh gitu. Insya Allah Kita datangnya sore aja ya Mi. Abah masih ada janji sama supliyer dari Kalimantan...," kata Harun.

" Iya, gapapa Bah. Kakak mau ikut ga...?" tanya Suci

" Ga ah Mi. Malas, ntar paling kaya biasanya ditanyain mulu kapan nikah...," sahut Ghaliza sambil menekuk wajahnya.

" Lho emang kenapa. Jawab aja belum datang jodohnya, kan gampang. Masa mau marah-marah...," kata Suci santai.

" Ck, Ummi gimana sih. Kaya ga tau aja, orang sini kan rempong banget kalo soal Kakak. Udah jawab gitu, ntar masih ada komen atau pertanyaan lain lagi. Mending variatif tuh pertanyaan. Wong masih muter-muter aja di situ kaya gangsing...," kata Ghaliza sebal.

" Muter-muter gimana sih maksudnya...?" tanya Harun.

" Iya muter-muter Bah. Padahal intinya cuma mau ngeledekin Kakak kapan nikahnyaaaa...?!" sahut Ghaliza gemas hingga membuat Harun dan Suci tertawa geli melihat tingkah Ghaliza.

" Ga usah emosi, tanggapi dengan senyum aja. Ntar lama-lama mereka juga capek sendiri...," kata Harun.

" Iya Bah. Lagian kenapa cuma Aku sih yang didesak. Kan ga cuma Aku yang jomblo, ada si Rara, Dewi, Maria. Tapi mereka ga pernah dicecar pertanyaan kaya gitu...," sungut Ghaliza.

" Ya pasti juga mereka dapat pertanyaan yang sama Kak. Cuma karena mereka santai, jadi orang ga nanya lagi. Tapi kalo Kamu kan ditanyain gitu langsung emosi, makanya mereka sengaja nanya kaya gitu biar Kamu marah...," kata Suci sambil menahan tawa.

" Emang gitu Mi. Jadi Aku harus santai ya jawabnya...," kata Ghaliza dan diangguki oleh Suci

" Santai tapi tanggung jawab. Yang penting Kamu tunjukin sama mereka kalo Kamu ga terbebani sama hal itu. Kamu masih bisa berkarir dan menikmati hidup. Ga usah ngoyo. Ntar kalo udah saatnya, jodohmu pasti datang sendiri kok...," kata Harun bijak.

" Iya Bah, makasih...," sahut Ghaliza sambil tersenyum.

\=====

Ghaliza tiba di sekolah saat bel telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Setelah memarkir motornya, Ghaliza masuk ke ruang guru untuk mempersiapkan materi pelajaran di jam kedua nanti.

" Selamat pagi Bu Ghaliz...," sapa Anton seorang guru Fisika.

" Pagi Pak Anton...," sahut Ghaliza sambil tersenyum.

" Duh, ngeliat senyum manis Bu Ghaliza jadi bikin semangat Saya bangkit lho...," gurau Anton.

" Ah, Pak Anton bisa aja...," sahut Ghaliza malu.

Anton adalah seorang duda yang ditinggal wafat istrinya beberapa bulan yang lalu. Entah mengapa kini ia sering menggoda Ghaliza. Mungkin karena status dudanya hingga membuat dia ingin segera mencari pendamping baru. Dan sasarannya adalah Ghaliza, gadis lajang tanpa pacar.

" Ehm, hati-hati lho Bu Ghaliz. Keliatannya Pak Anton lagi cari Ibu sambung buat Anak-anaknya...," goda Hera sambil tersenyum.

" Eh, masa sih Bu. Terus hubungannya sama Saya apa ya...?" tanya Ghaliza.

" Lho, gimana sih. Bu Ghaliza kan lajang, Pak Anton duda. Jadi klop lah kalo emang berjodoh. Iya ga...," kata Hera sambil mengedipkan matanya.

" Apa...?!" kata Ghaliza terkejut hingga terbangun dari kursinya.

" Ga usah kaget gitu lah Bu Ghaliz. Santai aja. Emang kenapa kalo Bu Ghaliz berjodoh sama Pak Anton. Orangnya kan baik, ramah lagi...," kata Hera menambahkan.

" Gapapa sih. Eh, Bu Hera bukannya ditunggu di kelas delapan C ya...," kata Ghaliza mengingatkan.

" Ya Allah, Saya lupa. Iya bener Bu, Saya ke sini niatnya mau ngambil pianika, kok malah duduk. Hadeehhh, dasar pikun...," sungut Hera sambil bergegas keluar dari ruang guru.

Ghaliza pun tertawa melihat tingkah Hera si guru seni suara. Wanita paruh baya seusia Sukma yang masih terlihat energik di usianya yang tak lagi muda. Hera seringkali menjadi tempat curhat para guru karena sikap keibuannya itu.

" Ya Allah, kalo boleh milih jangan jodohkan Aku sama Pak Anton. Tapi jika kehendakMu Aku harus berjodoh dengannya, Aku terima ya Allah...," batin Ghaliza pasrah lalu mengusap wajahnya.

Ghaliza memang tak menyukai Anton. Meski pun dewasa dan cukup tampan, tapi ada sesuatu yang membuat Ghaliza tak nyaman berada di dekatnya. Apalagi statusnya yang duda membuat Anton terlihat 'centil' terhadap sesama rekan guru terutama wanita. Dan Ghaliza tak suka itu.

Saat sedang menunggu jam pelajaran kedua, Ghaliza mulai membuka ponselnya. Ia melihat beberapa berita selebritis di ponselnya. Sesekali ia tersenyum, namun tak jarang ia mengomel melihat berita yang tak sesuai fakta.

" Lebay banget sih. Mentang-mentang artis, berita sepele gini aja heboh. Wajar kan kalo cewek bisa masak, kan artis manusia juga, pasti butuh makan. Sebelum tajir juga dia masuk ke dapur buat masak. Sekarang aja belagu, mau ke dapur aja pake helm biar ga kecipratan minyak goreng. Ish, bikin emosi jiwa aja nih berita...," omel Ghaliza lalu menutup ponselnya.

Ghaliza lalu berjalan kearah jendela. Ia melihat kepala sekolah yang bernama Hengki, sedang berbincang dengan seorang pria di depan ruangannya. Dilihat dari tampak belakang sepertinya pria itu masih muda, gagah dan tampan. Ghaliza pun tersenyum.

" Dari belakang kayanya sih keren. Nengok kek, hitungan ke tiga ya. Satu, dua, tiga. Eh, pas nengok mukanya kaya monster kadal...," gumam Ghaliza sambil cekikikan sendiri.

Namun Ghaliza tersadar dan segera memperbaiki sikapnya. Ia menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan bahwa dia sendiri di ruang guru saat itu dan tak ada yang melihat tingkahnya. Ghaliza pun kembali memperhatikan tamu kepala sekolah itu. Kali ini Ghaliza mencoba peruntungannya.

" Ok, sekarang serius. Kita itung ya. Satu, dua, ti...," hitungan Ghaliza belum selesai tapi pria itu sudah menoleh kearah Ghaliza hingga membuat Ghaliza terkejut.

Pria itu ternyata sangat tampan, persis seperti pria impian Ghaliza selama ini. Ghaliza serasa terbang di atas awan saat pria itu tersenyum padanya. Pria itu pun melangkah mendekat kearah Ghaliza yang masih terpana oleh ketampanannya.

" Selamat pagi Bu. Bisa Saya ketemu dengan guru matematika yang bernama Bu Ghaliza...?" tanya pria itu.

Ghaliza tak menjawab. Ia masih menatap pria di hadapannya dengan tatapan kagum dan mulut setengah terbuka. Pria itu nampak salah tingkah. Ia kembali bertanya namun tak jua beroleh jawaban. Akhirnya pria itu mendekatkan wajahnya dan membisikkan sesuatu ke telinga Ghaliza.

" Mau jawab atau Aku cium...?" bisik pria itu.

" What, mimpi apa Gue semalam. Kok ada cowok ganteng mau cium Gue. Eh, tunggu. Cium, itu kan ga boleh...," batin Ghaliza lalu tersadar dan langsung menampar pria di hadapannya.

Plakk !

" Bu Ghaliza...!" jerit Hengki dengan suara tertahan karena terkejut akan sikap Ghaliza.

" Ehm, gapapa Pak...," sahut pria itu sambil berdehem dan memegangi pipinya yang baru saja ditampar oleh Ghaliza.

" Maafin Bu Ghaliza ya Pak, dia ga sengaja. Bu Ghaliza ayo minta maaf...," kata Hengki sambil memberi kode kepada Ghaliza.

" Kok Saya, kan dia yang kurang ajar sama Saya Pak...!" sahut Ghaliza tak terima.

" Bu Ghaliza salah paham. Kenalin dulu ini Pak Raja, donatur terbesar sekolah Kita...," kata Hengki dengan suara rendah.

Gantian Ghaliza yang terkejut. Ia pernah mendengar jika donatur utama sekolah itu adalah seorang pria arogan yang tak kenal rasa belas kasihan. Diam-diam Ghaliza menelan salivanya karena sudah bisa menduga apa yang akan terjadi padanya.

Lalu Ghaliza memasang senyum manisnya kearah Raja yang tengah menatap tajam kearahya. Tapi Raja tak membalas senyum Ghaliza yang terkenal manis dan memabukkan itu.

" Duh, sial banget sih. Ini hari apa ya, kok pagi-pagi udah harus nemu orang ini...," batin Ghaliza sambil meremas ujung blousenya.

" Saya mau bicara dengan Anda, berdua saja...!" kata Raja tegas.

" Baik, maafkan Saya Pak. Saya...," ucapan Ghaliza menggantung di udara karena Raja sudah membalikkan badannya menuju ke ruangan kepala sekolah.

" Gapapa Bu Ghaliz, ikuti aja ya. Silakan...," kata Hengki sambil tersenyum.

Dengan langkah berat, Ghaliza pun masuk ke dalam ruang kepala sekolah.

bersambung

Terpopuler

Comments

May Yadi

May Yadi

ternyata udh panjaaanngggg

2021-08-19

2

May Yadi

May Yadi

mampir jg,, v ini bukan sogokan akan tanda2 yayank akooh end kan 😭😭😭

2021-08-19

1

Asih Yusneni

Asih Yusneni

kok gak bilang2 ada novel baru sih Thor?Kan jadi auto favorit deh😁😁😁

2021-08-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!