3 ( Sah..., Sah.... )

Harun dan Suci baru saja tiba di depan gedung kantor PT. Reksa Utama. Mereka datang ke sana memenuhi undangan pemilik perusahaan yaitu Raden Mas Rekso. Saat tiba di loby mereka disambut oleh Agus, asisten pribadi Rekso.

" Selamat datang Pak Harun, Ibu Suci. Mari silakan lewat sini...," sambut Agus sopan.

" Terima kasih...," sahut Harun dan Suci bersamaan dan diangguki oleh Agus.

Agus membawa Harun dan Suci naik ke lantai dua puluh lima dengan menggunakan lift khusus. Setiba di sana Agus mengarahkan Harun dan Suci masuk ke dalam ruangan yang besar.

" Ndoro akan segera ke sini. Silakan Bapak dan Ibu menunggu di sini...," kata Agus sambil mempersilakan Harun dan Suci untuk duduk.

" Ini ada apa sih Bah. Kok, Ummi jadi deg-degan kaya gini. Ada masalah apa sebenarnya. Apa Abah pernah nyinggung orang besar...?" tanya Suci cemas.

" Ummi tenang aja. Ini ga kaya yang Ummi kira. Abah juga ga tau. Tapi insya Allah mereka orang baik dan ga akan menyakiti Kita...," sahut Harun menenangkan istrinya.

Tak lama kemudian pintu kembali terbuka. Nampaklah Rahmat dan Sendini masuk sambil tersenyum. Saat bertatapan Rahmat dan Harun pun terkejut.

" Harun...!" panggil Rahmat.

" Rahmat...!" kata Harun sambil tertawa.

Keduanya pun berpelukan erat sambil tertawa gembira.

" Jadi Kau pemilik perusahaan besar ini Mat. Wah ga nyangka. Aku dan Istriku dapat kesempatan istimewa diundang ke sini...," kata Harun.

" Bukan Aku pemilik perusahaan ini, tapi Romoku. Jadi Kalian orang yang diundang sama Romo. Wah, kalo tau itu Kamu ya Aku ga bakal nolak lah besanan sama Kamu...," sahut Rahmat sambil tertawa.

Harun dan Sukma saling menatap bingung. Namun mereka mencoba bersikap biasa saja. Rahmat dan Harun pun saling memperkenalkan istri masing-masing. Mereka berbincang dengan akrab. Saat Rekso masuk ke dalam ruangan ia nampak tersenyum melihat keakraban anak dan menantunya dengan calon besan mereka.

" Kalian sudah saling kenal rupanya...," kata Rekso.

" Iya Romo. Harun ini dulu teman sekampus Aku di Jogja. Kami sempat tinggal satu kamar bareng karena ga punya uang buat bayar kost...," sahut Rahmat sambil tertawa.

" Kalo begitu semuanya jadi lebih mudah kan...," kata Rekso sambil tersenyum.

" Maaf sebelumnya. Saya belum paham isi pembicaraan ini dan tujuan Pak Rekso mengundang Kami ke sini...," kata Harun sopan.

" Biar Aku jelasin. Begini Run. Aku punya Anak lelaki, sudah matang usianya tapi belum menikah. Dan saat Romo memperlihatkan foto gadis pilihan Kami, rupanya Anak Kami itu tertarik sama putrimu. Jadi Kami berniat membicarakan perjodohan Anak-anak Kita. Lagi pula Anakmu juga belum punya calon Suami kan. Yah, Aku sih berharap Kita bisa jadi keluarga Run...," kata Rahmat.

" Wah, satu kehormatan bisa besanan dengan keluargamu Mat. Tapi tau darimana Kamu tau kalo Anak perempuanku belum punya calon Suami...?" tanya Harun.

" Harun, Harun, masa masih bingung sih. Kau liat, Romoku itu orang kaya yang punya perusahaan besar. Urusan cari info calon menantu itu soal sepele. Yang penting sekarang Kalian setuju atau ga...?" tanya Rahmat tak sabar.

" Rahmat, beri waktu tamu Kita untuk santai sejenak. Kamu mencecarnya dengan pertanyaan yang malah bikin dia curiga nanti...," sela Rekso sambil menatap Rahmat.

" He he he, iya Romo. Maaf. Aku ga sabar besanan sama si Harun ini...," sahut Rahmat sambil tertawa.

" Tau nih Papa. Ajak makan dulu dong Pa. Masa tamunya diajak ngomong terus daritadi...," gerutu Sendini sambil tersenyum kearah Suci.

Akhirnya mereka menikmati makan siang dengan santai diselingi percakapan ringan. Sendini dan Suci pun terlihat akrab seperti teman lama. Setelah makan siang usai, Rekso meminta Raja untuk datang menemui calon mertuanya.

" Nah, ini Cucuku yang akan Kami jodohkan dengan putrimu Nak Harun...," kata Rekso.

Raja pun menghampiri Harun dan Suci lalu mencium punggung tangan keduanya. Harun dan Suci nampak kagum dengan sikap Raja. Selain tampan, berwibawa, Raja juga sangat rendah hati. Padahal dilihat dari penampilannya Raja adalah orang penting di perusahaan itu.

" Duduklah Nak...," pinta Sendini yang diangguki oleh Raja.

" Saya memang tertarik dengan putri Bapak dan Ibu. Saya berniat menikahinya dalam waktu dekat. Hanya saja Saya mohon pernikahan Kami disembunyikan dari publik sementara waktu meski pun pernikahan tetap tercatat di KUA...," kata Raja.

" Kok disembunyikan, memangnya Anak Kami tak pantas dinikahi. Kalo memang tak layak untukmu, kenapa Kalian memilihnya...?" tanya Harun tak suka.

" Ehm, bukan begitu Pak. Saat ini Saya sedang merintis bisnis baru. Persaingan sangat ketat. Dan saingan bisnis akan mencari hal sekecil apa pun untuk menjadikannya sasaran guna menjatuhkan Saya. Saya khawatir mereka akan membuat Istri Saya terluka nanti karena mereka tau titik kelemahan Saya adalah Istri Saya. Jadi mohon pengertian Bapak dan Ibu. Demi Allah Saya serius ingin menikahi Ghaliza dan menjadikannya Istri Saya satu-satunya...," kata Raja dengan mimik serius.

Suasana mendadak hening di dalam ruangan itu. Rekso, Rahmat dan Sendini tak menyangka jika Raja bisa bicara seperti itu. Padahal selama ini Raja selalu menolak gadis yang dijodohkan dengannya. Namun yang terjadi saat ini justru Raja sendiri yang terlihat tak sabar untuk menikahi Ghaliza. Sedangkan Harun dan Suci nampak saling menatap. Sesaat kemudian Harun pun mengangguk mengiyakan permintaan Raja. Harun berpikir Raja tak mungkin mempermainkan mereka karena ada nama besar Kakek dan ayahnya yang menjadi taruhan.

" Baiklah Nak. Karena Aku sudah kenal Ayahmu sejak muda, maka Aku tak keberatan Kau menikahi Anakku dengan cara yang Kau tetapkan...," sahut Harun.

" Alhamdulillah, makasih Pak...," kata Raja lalu mencium punggung tangan Harun dan Suci dengan khidmat.

Harun pun menepuk punggung Raja mendapati sikap Raja yang berkali-kali mengucapkan terima kasih.

" Kalo begitu apakah Saya boleh pergi sekarang. Maaf, bukan ga sopan. Tapi ada klien penting yang harus segera Saya temui...," tanya Raja sambil menatap semua orang di dalam ruangan itu penuh harap.

Semua mata menatap kearah Harun seolah minta persetujuan darinya. Menyadari semua orang sedang menatapnya, Harun pun salah tingkah.

" Oh, gapapa. Pergi lah Nak. Bisnismu juga sama pentingnya kan. Lagi pula sudah ada Kami yang akan mengatur pernikahanmu dengan Anakku di sini, itu pun jika Kamu setuju Kami yang mengatur semuanya...," kata Harun sambil tersenyum.

" Tentu saja. Saya setuju. Terima kasih Pak...," sahut Raja sambil tersenyum dan diangguki Harun.

Lalu Raja bergegas keluar dari ruangan itu untuk menemui kliennya.

" Maafkan Raja ya Bu...," kata Sendini sambil menggenggam tangan Suci.

" Iya, gapapa Bu. Kami maklum kok...," sahut Suci sambil tersenyum.

Perbincangan kedua keluarga itu pun berlanjut. Meski pun tak akan menggelar pesta mewah dalam waktu dekat, tapi persiapan tetap dilakukan. Sendini dan Suci tampak bicara santai di pojok ruangan. Mereka sengaja memisahkan diri dari para pria yang asyik menceritakan masa lalu. Keduanya terlihat membicarakan sifat dan karakter Raja dan Ghaliza.

\=\=\=\=\=

Kebahagiaan nampak melingkupi keluarga besar Rekso dan Harun. Bagaimana tidak. Anak yang selama ini selalu mendapat pertanyaan 'kapan menikah' akan segera naik ke pelaminan dan membungkam mulut nyinyir para penggosip di luar sana.

" Belum pernah Mama sebahagia ini saat mau besanan Pa. Biasanya kan nervous, ragu-ragu. Tapi ini mah beda. Kita malah ikutan ga sabar kaya si Raja ya Pa...," kata Sendini sambil tertawa.

" Iya Ma. Kirain Aku doang yang ngerasa gitu. Ga taunya Mama juga ya. Apalagi Romo, keliatan banget bahagianya saat tau Raja setuju menikahi gadis pilihannya...," sahut Rahmat.

Sementara itu Ghaliza tak tahu apa pun mengenai rencana pernikahannya dengan Raja. Ghaliza masih asyik menikmati hidupnya. Mengajar, bersepeda, ke perpustakaan juga berkebun. Hingga saat Suci mengajaknya ke butik untuk memilih kebaya yang akan dipakainya saat akad nikah nanti.

" Kenapa kebaya ini Mi. Ini terlalu bagus kalo cuma buat acara keluarga aja. Ini malah kaya orang mau nikahan tau ga sih Mi...," protes Ghaliza saat Suci memintanya ke kamar pas untuk mencoba kebaya berwarna putih itu.

" Kamu berisik banget sih Kak. Udah coba dulu sana...!" sahut Suci sambil menahan senyum.

Sepuluh menit kemudian Ghaliza keluar dengan memakai kebaya itu. Suci pun memotret Ghaliza dan mengirimkannya kepada Sendini yang langsung membalas dengan kalimat pujian.

" Masya Allah cantiknya calon Mantuku. Itu belum didandani ya Bu. Apalagi kalo udah didandani dan pake mahkota di atas kepalanya, pasti bikin Anakku langsung jatuh cinta...," kata Sendini.

" Ah, Ibu bisa aja. Ketinggian mujinya. Kalo Ghaliza tau bisa marah dia...," sahut Suci sambil berbisik

Tapi telephon Suci harus berakhir karena Ghaliza sudah tak sabar ingin melepas kebaya itu. Setelah selesai mencoba kebaya itu, Suci pun mengajak Ghaliza ke salon.

" Duh Ummi Sayang. Emang bakal ada acara apaan sih Mi. Segitu hebohnya. Pake beli kebaya, sekarang harus ke salon lagi. Aku capek Mi, ngantuk. Kita balik aja ya Mi...," rengek Ghaliza.

Tapi Suci mengabaikan Ghaliza dan masuk ke dalam salon. Ghaliza terpaksa mengikuti Suci dengan wajah cemberut. Setelah menghabiskan waktu selama dua jam untuk melakukan perawatan tubuh, Suci pun membawa Ghaliza pulang ke rumah.

\=\=\=\=\=

Pernikahan yang awalnya akan digelar di rumah Harun pun batal. Karena tak ingin tercium media, pernikahan pun dipindahkan ke villa milik Rekso di daerah puncak.

Namun lagi-lagi terjadi kendala teknis. Raja sang mempelai pria harus pergi mengurus bisnisnya di Turki. Dengan terpaksa ijab kabul dilakukan sebelum Ghaliza selesai berhias di salon.

Saat itu Harun dan Raja sudah duduk berhadapan untuk mengucapkan ijab kabul disaksikan Rekso, Rahmat dan ketiga menantu laki-laki Rahmat.

" Ananda Raja Rahadian bin Rahmat, Saya nikahkan dan kawinkan Engkau dangan putri kandung Saya yang bernama Ghaliza binti Harun dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan satu set perhiasan berlian dibayar tunai...," kata Harun.

" Saya terima nikah dan kawinnya Ghaliza binti Harun dengan mas kawin tersebut dibayar tunai...!" sahut Raja dengan lantang.

" Sah, sah...!" seru para saksi yang juga merupakan menantu Rahmat.

" Alhamdulillah...!" sahut para hadirin yang hanya berjumlah dua puluh lima orang itu.

Setelah mengaminkan doa yag dipimpin seorang ustadz yang juga bertindak sebagai penghulu, Raja pun menandatangani dokumen pernikahannya. Kemudian Raja pun pamit dan segera pergi ke bandara. Sedangkan Rekso dan keluarganya memilih segera kembali ke Jakarta tanpa menunggu kedatangan Ghaliza sang mempelai wanita.

Setengah jam kemudian Ghaliza tiba di villa itu bersama istri pengurus villa. Suasana villa masih sama seperti saat Ghaliza tinggalkan tadi. Namun sang penghulu masih menunggu kedatangan Ghaliza.

" Nah, ini mempelai wanitanya Pak Ustadz...," kata Suci sambil tersenyum.

" Mari sini Nak. Tolong tanda tangani dulu berkas pernikahanmu ya. Setelah itu Saya bisa pulang dan istirahat...," gurau sang penghulu.

" Berkas pernikahan apa. Abah, Ummi, apa maksudnya ini...?!" tanya Ghaliza panik.

" Tanda tangan dulu Kak. Ntar Abah jelasin...," sahut Harun santai.

Ghaliza pun menanda tangani dokumen pernikahannya dengan cepat. Ia bahkan tak memperhatikan foto pria yang kini resmi menjadi suaminya. Kemudian Suci membantu Ghaliza mengenakan cincin di jari manisnya. Tak lupa pengurus villa mengabadikan moment tersebut dengan kamera ponselnya. Setelah buku nikah diserahkan kepada Harun untuk disimpan. Sang penghulu pun pamit sambil mengucapkan pesan singkat.

" Semoga sakinah mawwaddah warohmah. Aamiin...," kata sang penghulu.

" Aamiin...," sahut Harun dan Suci bersamaan.

Ghaliza tak sabar untuk bertanya.

" Apa yang sebenarnya terjadi Ummi, Abah...?" tanya Ghaliza.

" Hari ini Kamu resmi menikah Nak. Dan Kamu punya status Istri sekarang, sah secara agama dan hukum. Selamat ya, sekarang Kamu ga jomblo lagi. Ga akan ada seorang pun yang berhak ngatain Kamu lagi. Kalo masih ada, tunjukin aja cincin di jari manismu ini...," sahut Harun sambil mengecup kening Ghaliza.

Ghaliza terpaku mendengar ucapan ayahnya. Ghaliza bingung sekaligus bahagia. Namun rasa penasaran lebih mendominasi. Siapa pria yang telah menikahinya ?.

bersambung

Terpopuler

Comments

Guntar Nugraha

Guntar Nugraha

Lach coba itu...😊😊😊

2024-05-31

1

Regita Regita

Regita Regita

Buat Author aku cuma bisa kasih kopi dan bunga....

2022-10-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!