Mobil keluarga Mc. Millan melaju menuju taman kota RedRose, auncle Tom bilang kalau tante Jade punya toko bunga di sekitar situ.
Parish melayangkan pandangan keluar jendela. Banyak yang sedang dia pikirkan. Dia harus menyapa bagaimana, dia harus bersikap bagaimana, bagaimana kalau ada Marsha disana.
"Ah tidak mungkin ketemu sekarang. Dia kan lagi rapat sama kak Spanish" gumamnya.
Auncle Tom yang berada dibalik kemudi melihat dari kaca, "Iya non..." jawabnya.
Parish tersentak, "Tidak apa auncle... aku hanya bicara sendiri" katanya seraya tersenyum.
Auncle Tom tersenyum maklum, "Kita hampir sampai non" ucapnya.
*
Parish turun dari mobil, memandang toko bunga 'Pretty flower garden' di depannya. Toko bunga dengan desain klasik eropa ini sangat indah. Dia selalu suka tipe model seperti ini. Minimalis tapi tetap berkesan elegan dan mewah.
"Sepertinya aku pernah mengingat bentuk bangunan ini. Tapi dimana ya" Parish mencoba mengingat. Tapi semakin dia mencoba, ada rasa seperti sengatan listrik di kepalanya.
"Ahhhh" dia meringis kesakitan memegang kepalanya.
Auncle Tom yang baru saja keluar dari mobil segera menghampiri, "Nona kenapa ? nona baik-baik saja ?" tanya auncle Tom khawatir.
"iya auncle... Aku baik-baik saja. Aku hanya mencoba mengingat" ucap Parish seraya memijit pelipisnya.
"Nona kan sudah di larang untuk berpikir keras. Perlahan saja mengingatnya" terang auncle Tom.
Parish mengangguk. Dia mengerti auncle Tom khawatir dengan dirinya. Trauma kejadian di masa lalu, membuat dia kehilangan sebagian memory ingatannya. Kejadian yang membuat Ayah selalu merasa bersalah karena kehilangan istri. Parish dan Spanish kehilangan Ibu.
*
"Parish ayo masuk.. maaf ya, tante selesaikan pesanan dulu baru kita pergi" ucap tante Jade ramah menyambutnya.
"Iya tidak apa tante" katanya seraya melihat-lihat suasana toko bunga milik tante Jade.
Penataannya rapi, bunga-bunganya segar, tokonya semerbak dan terdapat sebuah tempat duduk serasa berada di taman lengkap dengan ayunannya.
Tanpa disadari Parish berjalan menuju ayunan dan duduk disana.
"Kamu suka ? disitu juga tempat ternyaman untuk Marsha. Kalo kesini, dia sering duduk dsitu" tante Jade menjelaskan.
Parish hanya tersenyum. Dia terus menperhatikan tante Jade merangkai bunga untuk dua pesanan.
Di toko ini tante Jade memiliki tiga orang pegawai. Yang satu berada di meja kasir, yang satu berada di teras toko mengawasi bunga-bunga yang dipajang disana, dan yang satu lagi membantu tante Jade menyiapkan bunga yang dibutuhkan.
"tante merangkai semua pesanan sendiri ?" tanya Parish.
"iya, tante suka melakukannya. Jadi sebanyak apapun, tante lakukan dengan senang hati. Karena tante suka" Jawab tante Jade seraya tersenyum kearahnya.
Parish mengangguk setuju.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Dari Ayah, "iya Yah" jawabnya.
"kamu sudah dimana ?" tanya Ayahnya.
"sudah di toko Yah" jawab Parish.
"baiklah, tunggu ya.. Ayah menuju kesitu" ucap Ayahnya.
Setelah itu Ayah mematikan telfon.
"Ayahmu sudah kesini ?" tanya tante Jade menoleh kearah Parish.
"iya" jawabnya.
"jadi merepotkan ayahmu harus menjemput Venus. Tante sibuk, Marsha juga, kasian Venus menunggu lama" jelas tante Jade tanpa di minta.
"kenapa tidak Parish jemput saja tante ? kan bisa sekalian kesini" ujar Parish.
"Ayahmu bilang beliau yang akan jemput Venus" ujar tante Jade merasa tidak enak.
Parish hanya mangut-mangut. Tidak ingin membahasnya lebih jauh.
*
Parish duduk di kursi belakang bersama Venus. Mark Mc. Millan mengemudikan mobil, tante Jade ada disebelahnya. Ayah sudah menyuruh Auncle Tom pulang duluan.
"mau coklat ?" tawar Venus. Dia menyodorkan dua batang coklat ternama kepada Parish.
Parish menggeleng.
"Kak Parish tidak bisa makan coklat Ven" ujar Ayah dari balik kemudi.
"kenapa ?" tanya Venus.
"Parish bisa sakit gigi lama sembuhnya" Jawab tante Jade. Dia tersenyum.
Pasti Ayah yang memberi tahu. Ucap Parish dalam hati.
"ooo maaf kak" ucap Venus.
"tidak apa" jawab Parish seraya tersenyum pada Venus.
"kalo permen ?" katanya lagi seraya merogoh saku tas ransel sekolahnya.
"boleh.. terima kasih ya" ucap Parish seraya mengambil permen dari tangan Venus.
"kamu juga harus hati-hati ya. Jangan memberi Parish kacang, apapun jenis olahannya. Dia bisa sesak nafas" Ayah menimpali.
"siap boss" seru Venus
*
Setengah jam sampai di restorant, Spanish datang bersama Marsha. Ternyata mereka agak sedikit terlambat karena mobil Spanish tiba-tiba tidak bisa dinyalakan begitu hendak kesini. Dia meninggalkan mobilnya di parkiran kampus dan memutuskan ikut Marsha naik motor.
"Aku masih tamvan kan dek" bisiknya pada Parish.
Parish menoleh dan mengerutkan dahi.
"hmmmm sedikit berminyak, dan ada titik-titik hitam di muka kakak" Parish mengamati wajah kakaknya.
"ah masaaaaa" Spanish merogoh tas Parish. Dy mencari sesuatu.
"tidak ada.. baik-baik saja" katanya mengamati wajahnya di cermin kecil milik Parish yang selalu dia bawa kemana-mana.
Parish menjulurkan lidahnya. Spanish mencubit pipi adiknya gemas karena sudah berhasil mengerjai dia.
"begitulah mereka... kalo akur ya manis sekali. Kalo lagi perang..... Ayah yang jadi juru damai" terang Ayah.
Parish dan Spanish memandang Ayah mereka. Tante Jade dan Venus tersenyum. Sedangkan Marsha, dia datar sambil terus menikmati makanannya. Begitulah dia, ucap Parish dalam hati.
"jadi bagaimana pertandingan selanjutnya ?" tanya Ayah menoleh pada Spanish.
"Ayah tanyakan pada kapten baru kita" seru Spanish seraya memberi kode pada Ayah untuk melihat kearah Marsha.
"waaaaaaahhhh kakak kapten !!" seru Venus girang.
"selamat ya Mars" ucap Ayah.
"terima kasih... tapi aku masih berharap kapten tetap kamu Nish" kata Marsha memandang Spanish.
"saatnya aku di ganti, aku tau kamu mampu" tegas Spanish.
Parish memandang Spanish. Dia memang sudah lama jadi kapten Meteorclub. Bukan karena Ayah, tapi memang karena kemampuannya. Spanish cerdas dalam bidang akademik, kemampuan bermain bolanya salah satu yang terbaik, dan kerjasama teamnya juga sangat baik. Tapi Marsha juga tidak kalah sama Spanish. Dia juga pintar, tehniknya bagus dan ramah ya walaupun kadang bersikap dingin pada cewek-cewek yang jadi fansnya. Bahkan Marsha bisa menjauh berdiam diri menjauh dari kerumunan keramaian fans.
"kaka.. nanti ajarkan Venus menggambar ya" bocah delapan tahun itu memeluk tangan Parish manja.
Parish menoleh. Sudah lama dia tidak melukis bahkan main piano pun dia sudah mulai lupa notnya.
Spanish dan Mark Mc. Millan memandang kearah Venus.
"nanti saja ya.. kita makan dulu" ujar Ayah.
"iya.. mari makan" sahut Spanish mencoba mengalihkan pembicaraan.
Mereka semua menurut. Mereka mulai fokus menghabiskan makanan di piring masing-masing.
*
Dari restorant mereka menuju ke lantai tiga mall ternama kota RedRose. Kata Ayah, beliau sudah buat janji dengan desainer untuk membuatkan baju pengantin dan baju seragam pesta. Parish berjalan malas mengikut langkah yang lain.
"ayo kak... cepat sedikit" Venus menggandeng tangan Parish. Bocah delapan tahun itu terlihat mencoba mengakrabkan diri.
"iya pelan-pelan" jawab Parish.
Mereka berdua berjalan menerobos yang lain. Sekarang mereka pimpinan jalan.
"kalian mau kemana ? ke tempat madam Vian sayang" kata Ayah melihat kearah Parish.
"ooo... salah, kita seharusnya belok kanan" kata Parish pada Venus. Venus cuma ketawa.
*
Madam Vian mulai mengukur tante Jade. Parish ada di sebelahnya. Sedangkan para cowok dewasa dan satu anak kecil memilih duduk di sofa tamu sambil menikmati suguhan kopi dan sirup cocopandan nata de coco yang disuguhkan asisten madam Vian.
"aku pikir kamu yang mau nikah Nish" ujar madam.
"kalo aku gampang madam, kalo Parish sudah menikah.. baru aku" seru Spanish.
"ihhh kenapa begitu ?" sahut Parish.
"aku harus yakin kamu bersama orang yang tepat" jawab Spanish.
"trus kamu sudah punya pacar ?" tanya madam Vian gantian mengukur Parish.
"blum madam" jawab Parish.
"pasti kamu banyak yang suka ya cuma takut saja" lanjut madam.
"iya madam. Bodyguardnya galak" bisik Parish.
"iya" madam mengangguk setuju.
"aku dengarrrrrrrrrrr" teriak Spanish.
Semua tertawa. Spanish memonyongkan mulut kearah adiknya. Sementara Parish membalas dengan menjulurkan lidahnya.
"sekarang giliran para cowok" seru madam Vian.
Parish dan tante Jade berjalan menuju sofa tamu. Venus tidak ikut berdiri. Dia malah tetap duduk dan menyandarkan kepalanya di bahu Parish. Parish tersenyum. Dia serasa mempunyai adik. Lagipula Venus anaknya baik, sopan dan santun. Tidak seperti anak-anak seusianya yang biasanya rusuh dan bikin gaduh.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments