"Sebenarnya lo dapet info kerjaan ini dari mana?" ucap Ghina.
"Dari internet di branda gue," ucap Kanaya santai.
Setelah berdiri sebentar di Lobi yang terbuka
Petugas keamanan yang berjalan menghampiri Kanaya dan Azmita setelah melihat wajah mereka berdua. Lalu ada Ghina dan Bulan di belakang Azmita.
"Ada yang bisa saya bantu," ucapan ramah petugas tersebut.
Sebenarnya petugas keamanan itu adalah orangnya Taris yang sengaja di perintahkan Taris untuk menyambut ke empat gadis yang Taris perlihatkan wajahnya melalui foto sebelumnya.
Ghina, Bulan, Azmita dan Kanaya. Mereka tidak tahu jika Nyonya besar pemilik perusahaan sudah mengecap mereka berempat untuk menjadi menantu keluarganya. Carla tidak akan salah pilih dan salah menilai. Keempat gadis itu akan sangat cocok dengan keempat putranya.
"Ehm.. Gini pak. Saya dan teman-teman saya. Ingin menitip lamaran pekerjaan. Boleh pak," ucap Bulan.
Kanaya dan Azima mundur kebelakang dan menarik Bulan untuk bicara.
Petugas keamanan itu rasanya ingin tertawa karena mereka juga terlihat lucu karena takut. Di tutupi dengan wajah tegas dan sangarnya. Petugas keamanan itu mengangguk.
"Bisa-bisa. Sudah di bawa." Suara tegas petugas itu.
"Oh iya.. Pak ini punya saya," jawab Bulan dengan sopan.
Kanaya, Ghina dan Azmita langsung mengikuti Bulan.
"Ah.. terimakasih bu.. eh Pak Maaf," ucap Ghina. Seketika Azmita menyikut bulan.
Mata Kanaya menajam menusuk Ghina. Bisa-bisanya Ghina salah menyebut. Karena saking gugupnya.
"Ya nanti saya sampaikan keatasan saya."
"Iya pak Terimakasih Kami pamit," ucap Kanaya.
Mereka berempat kembali melanjutkan mencari pekerjaan tempat pertama Bulan yang bicara lalu bergantian lainnya.
"Kita tadi ngelamar kerja di SC?" ucap Azmita yang sekarang duduk di boncengan dan menyetir motor adalah Kanaya. Kanaya mengangguk dengan santai. Mengemudikan motornya yang melaju santi di jalanan.
"Iya.. Kayaknya kemungkinan kita masuk. Itu. nol koma lima persen atau enggak ada harapan," ucap Bulan. Menyahuti ucapan Azmita. Kanaya yang mendengar itu berdecak kesal.
"Jangan jelek lah Doanya. Doa yang baik-baik kali," ucap Azmita. Bulan menatap Azmita dengan tersenyum lebar.
"Yaah. Abis noh Kanaya. Ada-ada aja. Masa ngelamar di perusahaan bergengsi seasia. Termasuk golongan prusahaan termansyur, belum lagi cabangnya di mana-mana," jelas Ghina.
"Loh kok lo bisa tahu kalo itu perusahaan itu paling bergengsi dan paling populer juga terkenal banget..." ucap Bulan. Menepuk bahu Ghina.
"Nyontek info dari dunia tak kasat mata," jawab Ghina ngasal. Seketika Kanaya berpikir.
"Gila lo nanya ama setan ama Jin," jawab Kanaya. Membuat Ghina berdecak dan Bulan menggeleng malas.
"Enggak Kanaya yang pinter. Pake ini nih benda kotak tipis dan mahal nyak gue," jelas Ghina dengan memamerkan ponselnya.
"Dahlah Laper. Melipir dulu." Bulan menyela obrolan mereka seketika semua terdiam.
"Siap Jendral." Sahut ketiganya kompak tiba-tiba, karena Bulan mengajak mereka untuk singgah sebentar.
"Sholat dulu kali ya. Belom zuhuran nih," ucap Kanaya. Ketika melihat Masjid.
"Okay teman," sahut Azmita.
Mereka berempat memasuki parkiran Masjid lalu segera mengambil wudhu masing-masing.
Setelah beberapa menit menunaikan ibadah.
Mereka mengambil nafas lega sejenak dan melangkah keluar dari Masjid.
Menaiki motor mereka.
Mereka berangkat dari Masjid untuk mengisi perut mereka yang kelaparan.
Sampai di penjual makanan kaki lima.
"Akhirnya makan." Seru Bulan dengan semangat empat limanya.
Duduk di kursi yang mereka tempati. Lalu memesan. Ketika penjual menghampiri mereka.
"Tadi enggak sengaja ketemu cowok gue," ucap Azmita tiba-tiba ketika makanan mereka tiba.
Sambil mengaduk makanan dihadapannya. Azmita melanjutkan ceritanya tentang lelaki yang dia temui di Masjid tersebut.
"Kirain ketemu pocica lo," sahut Kanaya. Bulan dan Ghina terkekeh dan menggeleng.
"Yah. Enggak enak banget," kesal Azmita. Azmita menyenggol lengan Kanaya.
...****************...
Hari ke dua terlewat dan sekarang hari ketiga pencarian kerja.
"Ini udah hari ketiga kita nyari. Kita harus terus usaha," ucap Kanaya.
Hingga beberapa hari berikutnya hingga Hari ke delepan dengan jarak waktunya. Mereka juga berusaha meletakan lamaran di setiap lowongan yang sedang menerima pekerjaan.
Dan di hari ke sembilan dan sepuluh mereka berempat sekarang sedang duduk di depan mini market menikmati jajanan yang baru mereka beli.
"Jam berapa Nay?"
"Jam setengah sembilan malem."
"Eh.. Balik lah dah malem nih nanti gue kena omel Nenek lagi," ucap Bulan.
"Oh ok... yups kita balik." Seru Ghina. Semua bergerak bangkit pergi dari mini market menaiki motor menggunakan helm lalu menjalankan motor meninggalkan mini market tersebut.
Setelah mengantarkan Bulan Ghina juga kembali ke kostannya yang jaraknya tidak jauh dari Kostan Azmita dan Kanaya.
...****************...
Kediaman Satria.
Carla baru selesai menyiapkan tempat agar calon menantunya betah bekerja di tempatnya.
Carla juga sengaja tidak langsung menerima lamaran pekerjaan itu agar tidak curiga keempat gadis itu.
"Bu Dewi. Sudah menyiapkan semua pakaian untuk mereka berempat?" tanya Carla. Sedang menatap dan memeriksa ruangan yang Carla siapkan meriksanya bersama dengan Dewi.
"Sudah Nyonya."
"Daftar peraturan?"
"Sudah nyonya."
"Daftar kata yang harus mereka ucapkan ketika berada di rumah ini dan ketika bersama para putraku?"
"Sudah nyonya."
"Dan bebrapa hal privasi menyangkut para putraku yang harus mereka ketahui?"
"Sudah nyonya."
"Baiklah sepertinya semua lengkap dan sudah tertata rapi. Sepertinya warna ini cukup nyaman bukan?"
"Iya nyonya. Warnya tidak terlalu terang juga gelap atau meriah. Pilihan warna kamar ini adalah terbaik dari beberapa warna, karena anda yang memilihnya."
"Ah.. iya aku lupa. Tahukah Bu Dewi. saya mencocokkan warna cantik ini untuk mereka. Setelah beberapa hari lalu aku melihat biodata dan juga keluarga mereka sepertinya kepribadian mereka sebelas duabelas dengan ku."
"Iyaa.. Nyonya semoga mereka adalah perempuan terbaik yang bisa bersanding dengan para Tuan Muda."
"Iya. Bu Dewi benar. Mereka juga harus di pastikan jika mereka bukanlah perempuan yang hanya mengincar kekayaan. Tapi, itu semua sudah aku lakukan aku tinggal melihatnya sendiri ketika beberapa waktu kedepan mereka akan datang kerumah ini dan akan tinggal disini. Di rumah utama dan kamar yang sudah aku siapkan untuk mereka berempat." Carla tersenyum menghela nafasnya dan membalik badannya menatap Bu Dewi.
...****************...
Di pagi cerah, hari ini.
Ghina, Kanaya dan Azmita. Sudah menunggu Bulan di teras rumahnya sambil menyapa nenek Bulan.
Pagi ini mereka mendapat telepon juga pesan dari SC untuk datang keperusahaan untuk tes.
"Udah semua ayo kita jalan," ucap Bulan.
"Ah iya Nek. Kita Berangkat dulu nek," ucap Bulan menyalimi neneknya lalu disusul ketiga temannya.
Pergi meninggalkan halaman rumah Bulan.
"Gue enggak nyaka kalo kita bener-bener keterima di SC." Sahut Kanaya dengan bangganya.
"Hem bener banget. Tadinya gue udah down karena itu bukan perusahaan sembarangan," ucap Ghina.
"Berdoa aja semoga sekali tes kita masuk," ucap Kanaya membuka mereka malu. Berteriak diatas motor masih dengan keadaan ramai dan sambil menyetir.
"Enggak apa-apa lah.. Kanaya yang percaya diri. Gue seneng karena temen optimis kita pembawa berkah rezeki," ucap Ghina.
"Iya Bener Banget." Sahut Bulan dan Azmita bersamaan.
Saat ini, SC (Satria Corporation).
"Ini pertama kalinya setelah lama Nyonya berkunjung kali ini adalah kunjungannya lagi."
"Yaa.. berarti bukan pertama kalinya tapi keberapa kalinya dan karena enggak kunjungan lagi setelah sekian lama. Jadi kalian menganggapnya ini kunjungan pertamanya, gitukan perasaan kalian."
Semua Karyawan dan Karyawati mengangguk setuju. Dengan ucapan seorang Karyawan.
Baru saja Carla dan mobilnya sampai bersama asisten suaminya.
"Silakan Nyonya." Sambut petugas keamanan dengan membuka pintu mobilnya. Carla keluar dengan pakaian formalnya dan juga dandanan yang tidak terlalu berlebihan.
Berjalan bersama dengan petugas keaaman.
Memasuki ruangan yang sudah di siapkan untuk pertemuan Carla dan keempat gadis itu.
"Jo. Kamu tahu harus apa dengan para wartawan di depan." Carla membuka kacamatanya sebelum menaiki Lift. Menatap kesamping.
Jo Asisten suaminya. Mengangguk mengerti. Kedatang Carla di perusahaan suaminya biasanya membuat para wartaman selalu berkumpul tiba-tiba. Walaupun informasi kedatangannya keperusahaan suaminya atau ke perusahaan keempat putranya selalu tertutup rapat tapi, selalu bisa bocor hingga membuat kerumunan wartawan di depan perusahaan.
"Para wartawan itu selalu saja membuat heboh. Aku jadi lebih sering di rumah karena mereka."
Di depan dua motor dan keempat gadis cap menantu keluarga Bagas Aditiya baru saja sampai.
"Wuih.. banyak amat ya. Wartawan ada artis apa ya," ucap Azmita.
Melangkah semakin dekat kearah kerumunan wartawan seketika mereka di panggil salah satu petugas keamanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
zenara
hmmm nyimak moga cerita nya bagus dan bikin candu
2021-11-01
0