Ayunda bangun dari tidurnya saat adzan subuh berkumandang, matanya terlihat masih sembab karena terlalu lama menangis. Dia duduk sambil mengumpulkan setengah nyawanya yang baru tersadar dari mimpi indah tentang papanya.
Ayunda turun dari tempat tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi, sudah jadi kesehariannya bangun diwaktu subuh membersihkan diri dan menjalankan kewajibanya sebagai seorang muslimah.
Ayunda mengirim doa untuk papanya agar tenang disana, walau tidak bisa melihat sang papa untuk terakhir kalinya dia cukup berbesar hati masih di kasih kesempatan bicara di akhir hayat sang papa.
Air mata Ayunda kembali mengalir jatuh saat terbayang kebersamaanya pada sang papa. Peluk cium sang papa yang dulu dia rasakan seakan memberikan kehangatan padanya saat ini.
"Yunda selalu mendoakan papa, agar papa bahagia disana" gumamnya.
Ayunda membereskan peralatan sholatnya dan mengambil handphonenya yang sudah dia isi daya sejak semalam. Dia kembali mencoba menghubungi nomor telepon milik papanya, namun tetap mendapatkan hasil yang sama kalau nomor itu tidak dapat dihubungi dan di luar jangkauan.
Mama Mira masuk ke kamar Ayunda dan mengajak putrinya itu untuk sarapan. Sejak kemarin siang putrinya itu belum memasukan apapun kedalam perutnya. Ayunda menuruti permintaan Mama Mira, dia tidak ingin membuat mamanya itu sedih.
Mama Mira dan Ayunda sama-sama diam menyantap makanan mereka, hanya suara sendok garpu dan piring yang beradu. Ayunda melirik kursi yang biasa diduduki Papa Richad, dia melihat Papa Richad ada disana menyantap makananya dengan tersenyum padanya.
"Yunda" suara Mama Mira mengagetkannya.
"Jangan melamun, habiskan makanmu" ucap Mama Mira menasehatinya.
Ayunda mengangguki perkataan Mama Mira, dihabiskannya segera sarapannya agar bisa kembali kekamarnya dan memberitahu Lisa sahabatnya kalau dia tidak masuk sekolah hari ini.
"Mama sudah mengabari sekolah kalau kamu hari ini tidak bisa kesekolah" ucap Mama Mira yang ternyata sudah mengabari pihak sekolah.
"Mereka turut berduka atas kepergian papa" lanjut Mama Mira kata-katanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Tadinya mereka akan melayat, tapi mama bilang kalau papa tidak di mahkamkan di kota ini" Mama Mira kembali diam setelah mengatakan semuanya pada Ayunda.
Tok... tok... tok...
Terdengar suara ketukan pintu depan kediaman mereka.
"Siapa ma pagi-pagi begini bertamu?" tanya Ayunda yang heran, tidak biasanya mereka menerima tamu sepagi ini.
Mama Mira hanya mengangkat bahunya tanda kalau dia juga tidak tahu. Ayunda segera berdiri dan berjalan kedepan untuk membukakan pintu.
"Mungkin orang yang akan memberikan kabar tentang papa" pikirnya.
Pintu terbuka saat tamu yang datang akan kembali mengetuk pintu, hampir saja kepala Ayunda akan menjadi korban kalau dia tidak segera menghindar.
"Maaf" ucap sang tamu yang menyadari kalau dia hampir mengetuk kepala Ayunda.
Ayunda hanya diam tidak menjawab permintaan maaf dari pria yang berdiri di hadapannya.
"Siapa Nda?" suara Mama Mira terdengar bertanya dari dalam.
"Ada keperluan apa om pagi-pagi sudah bertamu?" tanya Ayunda sambil memperhatikan pria yang ada di hadapannya.
"Apa saya kelihatan tua di panggil om?" Pria itu kembali bertanya mengingat dia yang masih berusia dua puluh tahun di panggil om.
Ayunda tertawa melihat pria yang ada didepannya itu tidak terima di panggil om olehnya.
"Cantik" pria itu mengagumi kecantikan Ayunda apa lagi pada saat dia tertawa.
"Kamu bilang apa?" tanya Ayunda sambil memasang wajah datarnya.
"Kamu terlihat lebih cantik kalau tertawa seperti tadi" pria itu kembali mengatakan sejujurnya seperti apa yang dilihatnya.
Ayunda hanya diam tidak menghiraukan apa yang dikatakan pria itu.
"Erick " ucap pria itu memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya.
"Dan kamu pasti Ayunda" lanjut Erick kata-katanya saat Ayunda akan membalas jabatan tangannya.
"Ayunda Tiara, nama yang cantik seperti orangnya" Erick mengatakan sambil tersenyum menggoda gadis yang di kaguminya ini, membuat Ayunda melepaskan jabatan tangan Erick.
"Aku diminta langsung oleh papaku untuk mengantarkan hadiah ulang tahun dari Om Richad untuk mu" Erick menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya.
"Hadiah papa" Ayunda mengatakannya dengan sangat pelan namun masih terdengar oleh Erick.
"Iya, Om Richad sudah lama memesannya, dia katakan kalau ini hadiah ulang tahun putri kesayangannya yang ke tujuh belas" Erick menjelaskan apa yang dia ketahui.
"Seharusnya kami mengantarkannya kemarin, maaf atas keterlambatannya" sambung Erick kata-katanya.
Ayunda melihat ke halaman rumahnya, ada dua mobil mewah terparkir disana. Dia menatap Erick, binggung dengan apa yang dilihatnya. Erick yang mengerti mengajak Ayunda untuk melihat hadiahnya.
"Ayo kalau kau ingin melihatnya" ajak Erick sambil menarik tangan Ayunda.
Ayunda mengikuti langkah Erick mendekat pada salah satu mobil yang terparkir. Dia menatap kagum pada interior mobil tersebut saat Erick mengajaknya masuk dan duduk di kursi penumpang.
"Bagaimana, kau suka?" tanya Erick melihat Ayunda yang hanya diam dengan tatapan kosong.
"Aku turut berduka" ucap Erick saat melihat mata Ayunda berkaca.
"Om Richad rencananya akan mengajakmu ke showroom untuk menyerahkan sendiri padamu, lalu dia ingin mengajakmu berkeliling dengan mobil ini" Erick mencoba menjelaskan pada Ayunda.
"Aku sempat marah pada papa karena dia tidak pulang merayakan hari kelahiranku seperti biasanya"
"Aku tidak tahu kalau papa sebenarnya sangat ingin bersamaku"
"Aku menyesal saat tahu kalau dia sedang dalam keadaan tidak baik" Terdengar suara isakan dari bibir Ayunda mengucapkan setiap kata-katanya. Erick mengusap punggung Ayunda mencoba menenangkannya.
"Bahkan aku hanya bisa mendengar suaranya tanpa bisa memeluk dan menciumnya disaat terakhir" tangisnya kini pecah. Erick mengeser duduknya mendekat dan memeluk gadis itu. Tangis Ayunda semakin kencang dalam pelukan Erick.
"Maaf" ucap Erick sambil melepaskan pelukannya saat Ayunda sudah terlihat tenang.
"Terima kasih kak" ucap Ayunda, pelukan Erick cukup membantunya melepaskan beban yang dari kemarin dia rasakan. Erick tersnyum senang saat Ayunda memanggilnya kakak dan menghargai apa yang dia lakukan.
"Kau ingin mencoba mengendarainya?" tawar Alex agar Ayunda senang.
"Aku tidak bisa mengemudi" jawab Ayunda jujur, selama ini dia ingin belajar tapi tidak di ijinkan papanya karena belum cukup usia.
"Aku akan mengajarkanmu kalau kau mau?" ucap Erick menawarkan dirinya.
Tok...tok...tok...
Mama Mira mengetuk kaca mobil dimana Ayunda dan Erick didalamnya. Ayunda yang melihat Mama Mira menurunkan kaca jendela.
"Ma, papa mengirim ini untuk Yunda" ucapnya dan mendapatkan senyuman bahagia sang mama.
Mama Mira sudah tahu rencana suaminya yang akan memberikan hadiah istimewah untuk putri mereka, bahkan suaminya sudah menyusun rencana untuk memberikan kejutan. Seketika dia merindukan suaminya yang dia kenal sejak mereka sekolah dulu.
"Ma" Ayunda keluar dari mobil begitu melihat mamanya menangis.
"Mama kenapa?" tanyanya lagi.
"Tidak apa-apa sayang, mama hanya terharu dengan apa yang papa lakukan" jawab Mama Mira.
Erick keluar dari mobil dan berjalan mendekati Ayunda dan Mama Mira. Dia memperkenalkan dirinya pada Mama Mira.
...*******...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments