LENTERA CINTA
Ayunda Tiara gadis cantik putri pasangan Richad Wirayudha dan Mira Lestari. Keluarga kecil ini di penuhi kebahagiaan, walau hari-hari Ayunda bersama sang papa sering terlewati karena jarak dan waktu, namun kasih sayang yang berlimpah yang diberikan kedua orang tuanya membuatnya menjadi sosok yang ceria, penyayang dan mandiri.
Walau Papa Richad mengatakan kalau dia tidak memiliki pekerjaan tetap pada putrinya, namun hidup keluarganya tidak pernah kekurangan bahkan bisa dikatakan lebih dari cukup.
Bila Papa Richad pergi bekerja, maka tidak bisa ditentukan kapan waktu dia akan kembali. Sampai saat ini Ayunda tidak pernah tahu apa pekerjaan Papa Richad sebenarnya. Setiap bertanya selalu mendapat jawaban yang sama
"Tidak perlu tahu apa pekerjaan papa, yang penting hidup kita tercukupi" itu yang selalu di ucapkan Papa Richad.
Disaat jauh dari sang papa seperti saat ini Ayunda akan menjadi gadis yang kuat dan mandiri. Keadan akan terbalik bila sang papa ada dintara dia dan mamanya, Ayunda akan menjadi sosok putri yang manja dan selalu ingin berada disisi sang papa.
Papa Richad berjanji akan menghadiri peringatan hari lahir putrinya yang ke 17 saat dia pergi bekerja. Setiap hari Ayunda melingkari kalender yang ada di kamarnya menghitung hari sejak keberangkatan sang papa sampai hari ini.
"Tiga bulan" Ayunda menghitung papanya sudah pergi bekerja selama tiga bulan.
Sampai saat ini belum ada tanda-tanda kalau sang papa akan kembali. Dia menghela nafasnya dan pergi menemui Mama Mira yang sudah menunggunya di meja makan untuk sarapan.
"Ma, kenapa kali ini papa pergi lama sekali?" Tanya Ayunda pada sang mama saat mereka sudah selesai sarapan sebelum pergi sekolah.
"Yunda sabar yaa, papa masih ada pekerjaan yang harus di selesaikan" Mama Mira meminta putrinya itu bersabar.
"Satu minggu lagi Yunda ulang tahun ma" ucapnya dengan nada yang sedih.
"Papa janji akan pulang saat Yunda ulang tahun" lanjutnya sambil menghabiskan minuman hangat yang disiapkan sang mama.
Walau tidak pernah dirayakan dengan pesta namun kehadiran kedua orang tuanya cukup membuat Ayunda bahagia. Selama ini Papa Richad tidak pernah melewatkan peringatan hari lahirnya.
Mama Mira meminta Ayunda berdoa semoga Papa Richad bisa kembali saat memperingati hari lahirnya. Hanya itu yang bisa dia katakan pada putri satu-satunya ini.
"Sekarang Yunda berangkat sekolah ya!" perintah Mama Mira.
"Belajar yang baik dan buat papa bangga padamu" nasehat sang mama saat dia mencium tangan sang mama berpamitan akan berangkat sekolah.
Mama Mira duduk di kursi teras setelah kepergian Ayunda. Air mata yang di bendungnya sejak tadi tidak bisa tertahan lagi, kristal bening itu mengalir deras membasahi pipinya.
"Maafkan mama dan papa Yunda" ucap nya lirih.
Satu minggu berlalu, hari ini tepat tanggal kelahiran seorang Ayunda Tiara yang ke 17 tahun. Mama Mira membuatkan kue untuknya seperti biasa namun tidak membuat dia bahagia. Baru kali ini Papa Richad melewati hari bagianya.
"Yunda, lihat apa yang mama buat" ucap Mama Mira memperlihatkan kue ulang tahun buatannya begitu sang putri sudah sampai di rumah sepulang sekolah.
"Berikan pada orang lain saja ma" jawab Ayunda saat dia melihat kue itu dan berlalu masuk kekamarnya.
Mama Mira yang mendengar ucapan Ayunda hanya bisa diam dan meneteskan air matanya.
"Bagaimana keadaanmu sekarang pa" ucapnya lirih. Dia juga merindukan suaminya.
Ayunda tidak keluar dari kamarnya sejak pulang sekolah, bahkan dia melewatkan makan siangnya. Mama Mira yang khawatir mengetuk pintu kamar sang putri.
"Yunda, boleh mama masuk?" tanya Mama Mira sambil mengetuk pintu kamar sang putri.
"Masuk saja ma" terdengar suara Ayunda menyahuti mamanya.
Mama Mira masuk dan melihat Ayunda yang sedang melukis wajah papanya. Sejak kecil Ayunda sudah berbakat menggambar dan melukis. Dia bercita-cita suatu saat memiliki galery sendiri untuk lukisannya.
"Kamu tidak ingin memakan sesuatu?" tanya Mama Mira sambil merapikan rambut panjang sang putri yang hanya diikat asal.
"Ma, apa papa belum memberikan kabar?" Mama Mira hanya menggelengkan kepala.
"Maafkan papamu sayang" ucap Mama Mira yang tidak ingin sang putri membenci papanya.
drettt... dretttt
Suara getar handphone di atas tempat tidur berbunyi menandakan ada panggilan masuk.
"Papa" ucap Ayunda senang.
"Halo pa, papa dimana? Yunda kangen. Papa baik-baik sajakan?" kata-katanya mengalir begitu saja begitu senang melihat sang papa yang menghubunginya.
"Yunda, papa minta maaf tidak bisa menemani mu di hari bahagia mu nak" terdengar suara Papa Richad yang lemah.
"Pa, papa baik-baik sajakan? Kenapa suara papa sangat lemah?" suaranya bergetar menahan tangis, papanya tidak seperti biasanya seperti ini bila bicara dengannya.
"Papa baik-baik saja" jawab Papa Richad dengan suara yang terbata-bata.
"Yunda papa minta maaf, jadilah putri papa yang cantik, baik dan kuat. Maafkan kesalahan papa selama ini dan jaga mama mu baik-baik" Ayunda mendengar ucapan Papa Richad membuatnya merasa sesak, dia takut terjadi sesuatu pada papanya.
"Papa selalu menyayangimu Ayunda Tiara" ucap Papa Richad pelan hampir tak terdengar.
Tidak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulut sang papa. Teriakan seseorang mengagetkan Ayunda yang masih terhubung dengan telepon genggam papanya.
"Dokter denyut jantung melemah" teriak seorang wanita dari seberang sana yang dia yakini adalah seorang suster.
Suara berisik dari sambungan telepon yang di dengarnya membuatnya terduduk lemas bersama Mama Mira. Mereka hanya bisa mendengarkan keributan di sana tanpa bisa melihat apa yang terjadi.
"Halo" suara seseorang yang berbicara diseberang mengagetkan Ayunda.
"Iya halo, bagaimana papa saya?" tanyanya sambil terisak.
"Maaf kami tidak bisa menyelamatkan Tuan Richad" ucap pria yang ada di seberang sana dan seketika telepon terputus.
Ayunda dan Mama Mira hanya bisa menangis dan berpelukan saling menguatkan. Tidak ada kata-kata yang bisa mereka ucapkan.
Ayunda kembali mengusap layar handphonenya melakukan panggilan ke nomor Papa Richad. Namun tidak bisa tersambung, berulang-ulang kali dia lakukan dan hasilnya sama.
"Mama, kita cari rumah sakit yang merawat papa" ucapnya mengajak Mama Mira menemui papanya.
"Tidak sayang, kita tidak bisa mencari papa"
"Papa tidak di negara ini" jawab Mama Mira menghentikan langkah Ayunda.
Ayunda kembali duduk di lantai dan matanya kembali mengeluarkan kristal bening.
"Mengapa disaat papa pergi meninggalkanku selamaya aku tidak bisa bertemu dan memeluknya untuk terakhir kali" lirih nya.
"Sayang maafkan papa mu" Mama mira mendekat pada Ayunda ikut duduk di lantai dan memeluk sang putri erat.
Putrinya pasti sangat terpukul dengan kepergian papanya untuk selamanya. Berbeda dengan dirinya yang sudah menyiapkan jiwanya sejak diberikan kabar oleh suaminya kalau kondisinya memburuk sejak dua minggu yang lalu.
Sebagai istri kedua yang tidak mendapat restu dari orang tua suaminya, Mama Mira tidak bisa berbuat apa-apa. Dia harus mengalah dan menahan diri untuk tidak mengunjungi suaminya. Mama Mira tidak ingin Ayunda mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang dia dan papanya.
...*******...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Pendak Wah
Assalamualaikum Nyimak dulu Thorr
2024-06-22
0
Yan Wariustingang
nyimak
2021-11-23
1
Taehyung
nyimak
2021-10-27
2