Panas Dingin

"Aish..Arin ngapain aja sih dikamar, lama amat? Perasaan tadi dia bilang cuma mau mandi aja?? Mandi apaan sampai butuh waktu 3 jam?? Berendem di kali Ciliwung??" Kenzhou kembali menggerutu, pasalnya sudah 3 jam dirinya menunggu Arin mandi. Sampai-sampai coklat panas yang disediakan Arin tadi sudah habis. Nggak hanya itu, bahkan Kenzhou sudah menghabiskan sepiring nasi goreng spesial buatan Bik Sun. Kopi hitam yang dia pesan pun sudah berkurang separuh. Tapi Arin belum juga keluar dari kamarnya.

"Kenapa sih cewek kalau apa-apa itu harus lama?? Udah 3 jam masih aja nggak kelar-kelar. "

"ARINNNNN BURUANNNN.... ELO MANDI APA TAPA SIH? LAMA BANGET" Kenzhou berteriak keras tanpa memandang ke lantai atas.

"Bawell... banget sih. Kalo elo nggak sabar nungguin, kenapa elo nggak cari sendiri aja perhiasannya?? " Ken menoleh dan bersiap untuk meluapkan rasa kesalnya. Namun, ucapannya tertahan ditenggorokan ketika melihat Arin yang berdiri cantik disamping belakangnya. Gadis itu mengenakan shift mini dress bernuansa warna putih, padukan dengan boots hitam  tak lupa dengan tas dari merk ternama dengan warna serupa. Benar-benar perfect dan seksi.

"Ya, Tuhan.. kenapa hati gue deg-deg an? Penampilan Arin kenapa nggak slow banget sih. Kenapa dia jadi cantik banget sih?? Pakai baju itu dia terkesan sangat Seksi. Tuhan, semoga hatiku tidak berpaling dari Maira ke Arin. Mudah-mudahan elo tahan godaan ya Ken.. sabar cuma 7 tahun"

"Ken... Kenzhou?? Ken... Heii.." Arin yang jengkel akhirnya memukul pundak Ken keras, membuat pria itu kembali kealam sadarnya.

"Ahh.. iya kenapa Rin?? elo nanya apa tadi??" Ken tergagap, dia merasa malu karena pasti dirinya tertangkap basah memandangi Arin tanpa berkedip.

"Gue lagi nggak nanya apa-apa. Lagian elo ngapain sih ngeliatin gue sampai segitunya??Apa gue secantik itu sampai elo ngeliat gue kayak Singa kelaparan?? Jangan bilang elo horny ngelihat penampilan gue??" Arin tersenyum jahil menggoda pria dihadapannya ini. Dia bahkan duduk di tepian kursi dan menumpangkan kaki kanannya keatas kaki kirinya, sehingga paha mulusnya terekspos indah. Tangan kirinya ia gunakan untuk merangkul pundak Ken, dan tangan kanannya ia gunakan bermain-main kecil diatas pahanya. Niatnya, HANYA menggoda Ken. Dan ingin tahu bagaimana reaksi Ken. Pasalnya pria itu kerap menggodanya berdada rata dan tidak menarik.. Padahal di dunia modelling, bodynya adalah salah satu yang paling bagus dan indah.

"Eghh.. Ri..Rin.. e.. elo mau ngapain??" wajah Ken memerah, dan Arin senang bisa melihat itu. Arin tahu, ia telah membangkitkan hasrat terpendam dan terliar dalam diri seorang Kenzhou. Tawa yang sedari tadi ia tahan akhirnya meledak juga.

"Hahahha... Elo harus liat gimana wajah horny elo tadi Ken. Hahaha.. bahkan cewek yang elo bilang berbody rata kayak gue ini justru bisa bikin elo keringetan pagi-pagi. Emang gue segitu hot dan seksi ya, sampai elo mupeng gini?" Arin bertanya lirih dan seduktif di telinga Ken.

"****.. gue malah jadi panas dingin gini"

Demi menghilangkan rasa gugupnya, tangan Ken secara reflek mendorong Arin hingga jatuh terduduk di lantai.

brukk

"Uanjiirrr bangsayyy.. Kenzhouuu... kenapa elo dorong gueee... sakittt monyettt..." Arin meringis kesakitan, karena tulang ekornya mendarat kasar dilantai dan punggungnya menabrak buvet kecil yang ada dibelakangnya.

"Arin.. " Ken yang baru saja menyadari tindakan spontannya lantas membantu Arin bangun dan mendudukannya di sofa. "Elo nggak apa-apa kan Rin?"

"Menurut elo?? Apa muka gue menandakan gue baik-baik aja?? Sakit bege. Lagian elo ngapain sih pake dorong gue segala!" Arin mengaduh manja sambil menggerutu, sedangkan Ken dengan telaten memijat punggung Arin yang dikeluhkan sakit.

"Sorry Rin, gue bener-bener reflek. Nggak sengaja. Maaf ya. Lagian elo juga sih, pake acara nempel-nempel kaya gitu. Kalau ada setan lewat trus gue khilaf gimana??" Ken khawatir sekaligus menggerutu, nggak terima sepenuhnya disalahkan.

"Cuma iseng aja. Habisnya, elo hobi banget bilang gue dada rata. Hiks.. sakit Ken." air mata Arin keluar begitu saja. Rasanya benar-benar sangat sakit.

"Sakit banget ya?" Arin mengangguk pelan, dari raut wajah dan matanya terlihat dia memang menahan rasa sakit. "Kalo gitu kita kerumah sakit aja ya. Gue takut pinggang kebawah kenapa-napa, takut tadi yang kena buvet retak atau gimana-gimana." bujuk Ken, namun dijawab Arin dengan gelengan kepala.

"Nggak usah Ken. Bawa gue ke kamar aja. Gue pengen tiduran. Entar sore pasti sembuh kok."

"Ya jangan gitu dong Rin, elo kebentur keras banget. Gue khawatir itu tadi lukanya parah."

"Gue nggak apa-apa Ken, sakitnya perlahan menghilang kok. Please bawa gue ke kamar aja ya."

"Elo yakin??" Arin mengangguk. Kenzhou menghela nafasnya pelan, lalu mengendong Arin ala bridal style menuju ke kamarnya yang ada dilantai 2.

"Aw.. pelan-pelan Ken." Kenzhou mengangguk saja tanpa menyahuti. Entah kenapa perasaannya jadi rasa khawatir. Sesampainya dikamar, Kenzhou langsung merebahkan Arin di ranjang Queen Size nya.

"Beneran ini nggak perlu kerumah sakit??" Arin mengangguk.

"Beneran Ken, gue tidur aja. Dan maaf ya Ken gue nggak bisa nemenin elo nyari perhiasan."

"Astaga Rin... elo masih mikirin itu disaat elo kesakitan karena gue. Udahlah... sekarang yang penting elo istirahat. Urusan perhiasan nanti juga bisa gue berangkat sendiri"

"Ya udah.. elo berangkat sekarang aja. Nanti tambah siang" bukan niat mengusir, tapi sekarang sudah hampir jam 11 siang.

"Ntar aja... "

"Ken... gue nggak apa2.. berangkat sana!"

"Gue tinggal nggak apa-apa ni?? Entar kalau elo butuh sesuatu gimana?"

"Kan ada bik Lastri sama bik Sun. Elo nggak usah khawatir. Udah sana! Ntar makin siang, model yang bagus-bagus udah diambil orang"

"Oke.. tapi kalau ada apa-apa elo langsung hubungin gue ya!" pesan Ken

"Iya Ken pasti." Arin tersenyum begitu cantik, membuat hati Ken tiba-tiba menghangat. Ken seperti menemukan kepingan puzzle yang hilang dalam dirinya saat melihat senyum itu.

Ken akhirnya pamit, belum rapat pintu ditutup. Arin mengambil hp nya di nakas dan menghubungi Ares. Setelah beberapa saat, akhirnya tersambug.

"Hai honey... kenapa? Tumben jam segini nelpon"

"dimana??"

"Lagi habis jogging."

"Jogging apaan jam 11 baru kelar??"

"Udah kelar dari tadi. Cuma mampir bentar cari makanan. Kenapa telpon??"

"Bisa kesini nggak??"

"Ada apa hem?? Tumben pagi-pagi minta gue kesitu"

"Anter gue kedokter ya"

"Dokter? elo kenapa sakit???" ada nada cemas dari pertanyaan Ares untuk Arin

"Tadi gue jatuh. Trus pinggang gue kena buvet. Nyeri sakit banget. Mau nyetir sendiri nggak bisa."

"Awas aja kalau sampai nyetir sendiri. Bisa tahan 15 menit lagi nggak???"

"Kenapa harus nunggu 15 menit sih?? Sakit banget Res"

"*Pokoknya tunggu 15 menit lagi. Jangan kemana-mana dan jangan bawe**l. Gue segera meluncur*."

"Okeyy... gue tunggu"

"Ya... jangan kemana-mana pokoknya."

"Emang mau kemana sih Res??? buat bangun aja susah.. "

"Pokoknya jangan kemana-mana, lagian ngapain sih pake acara jatuh segala"

"Baweelll... nggak usah banyak nanya buruan kesinii. Nanti gue ceritain kenapa gue bisa jatuh"

"Ya udah. tunggu bentar."

Arin menakhiri telponnya dan kembali meringis merasakan pinggang nya. Tanpa ia tahu, Kenzhou masih berdiri di depan pintu. Dan dia mendengar semua percakapan Arin dan Ares..

"Entah kenapa, kok gue merasa sakit ya disini, dihati gue. Apa iya gue jatuh cinta sama Arin?"

...#########...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!