Hari ini minggu, pagi-pagi sekali Ken telah berada didepan sebuah rumah mewah namun minimalis dikawasan Bintaro, Jakarta Selatan. Setelah pulang dari rumah sakit semalam, dia memang berencana untuk menemui Arin.
Rumah Arin masih tampak lenggang, tidak banyak aktivitas yang terlihat. Selain karena ini masih pukul setengah tujuh pagi, penghuni rumah besar ini hanya 4 orang. 1 tuan rumah, 1 juru masak, 1 tukang bersih-bersih dan 1 orang security. Rumah yang terlalu besar untuk 4 orang.
tinn...
Ken menekan klackson sepeda motornya, membuat seorang security langsung membuka pintu gerbang. Sigap dan Tanggap.
"Silahkan, Den" Security tersebut, Agus, menunduk hormat mempersilahkan Kenzhou masuk.
"Makasih pak Agus" Security itu hanya mengangguk tanda hormat. Ken melajukan motornya memasuki pelataran. Baru terlihat oleh matanya, Lastri, istri Agus terlihat mengelap kaca luar rumah tersebut. Kenzhou mematikan sepeda motornya sebelum mencapai teras. Entah kenapa dia merasa ingin mengisengi salah satu ART Arin tersebut.
Ares berjalan mengendap-endap begitu turun dari sepeda motonya "Selamat pagi bik Lastriiii!" Wanita setengah baya itu terkejut melihat Ken yang tiba-tiba berdiri dibelakangnya.
"Kodok bunting.. Ikan kembung... digoreng dadakan eh tahu bulet." latahnya bi Lastri yang absurb membuat Kenzhou tertawa ngakak. "Ahh .. Den Kenzhou. Bikin bibi kaget aja. Kan bibi jadi latah lagi"
"Haha... maafin ya bi. Eh iya.. belum di jawab. Selamat pagi bi Lastri." kali ini Kenzhou berucap halus sambil masih cengengesan.
"Selamat pagi juga den. Bibi sampai nggak tahu kalo aden dateng, suara mobilnya tumben nggak kedengeran" bukan marah, bi Lastri langsung berubah mode senyum ramah .
"Masak sih bi. Bibi ngelamun kayaknya, sampai nggak denger suara si Merah." Jawab Ken, si Merah adalah nama sepeda motor sport milik Ken.
"Biasa atuh den, bibi mah kalo lagi beberes pasti sambil nyanyii jadi sering nggak dengernya" Bi Lastri tertawa pelan. Memang saat Kenzhou datang tadi wanita setengah baya ini memang sedang membersihkan kaca sambil nyanyi dan bergoyang. Dan baru disadari oleh Ken juga, tak jauh dari tempatnya berdiri bi Lastri menyalakan musik dangdut untuk menemaninya bekerja.
"Oya bik, Arin ada??"tanya Ken, ya.. saat ini dia sedang ada dirumah Arin.
"Oh..ada den. Non Arin lagi renang dibelakang"
"Oke.. makasih bi. Saya masuk ya. Bibi lanjutin aja kerjanya" Ken langsung berlari masuk kedalam rumah untuk mencari keberadaan Arin. Dia keluar lagi lewat pintu samping dapur dan menuju kolam renang.
Iris mata Ken menangkap pemandangan seorang gadis tengah memakai bikini motif bunga keluaran terbaru victoria secret duduk santai diatas floating pool lounge chairs miliknya. Menikmati semilir angin pagi yang begitu segar. Rambut hitam bergelombangnya dibiarkan tergerai indah, kacamata hitam bertengger di atar hidungnya.
"Lagi santai buk??" Arin tersentak mendengar seseorang mengintrupsi kegiatannya. Kepalanya menoleh kearah sumber suara, dilihatnya Ken berdiri dan bersedekap, dia nampak gagah dengan kaos v neck berwarna hitam dan celana jeans hitam miliknya. Jaket kulit coklatnya berada digenggaman tangan kirinya.
"Ken?? Sejak kapan elo disitu?" Arin langsung menepikan floating pool miliknya dan menghampiri Ken. Ken dengan sigap mengulurkan tangannya membantu Arin bangun dari duduknya, dan menyerahkan bathrobe milik Arin yang tadi tergeletak diatas pool chair yang tersedia disamping kolam renang. "Udah lama???"
"Belum kok. Baru juga masuk."
"Ada apa elo pagi-pagi kesini." Setelah memakai bathrobe nya, Arin berjalan menuju dapur, membuat Kenzhou berjalan mengekor di belakangnya.
Ken mendudukkan diri dimeja ruang makan rumah Arin, memperhatikan gadis didepannya tampak cekatan membuat minuman. "Emang kenapa kalo gue pagi-pagi kesini?? Emang gue nggak boleh maen kerumah elo??? Lagian kayaknya udah hampir sebulanan lebih gue nggak kesini."
"Emang siapa sih yang ngelarang elo buat maen kesini????Gue cuma nanya, kenapa elo tumben pagi-pagi gini datengnya!" Arin menghidangkan segelas Coklat panas rendah lemak dihadapan Ken, minuman kesukaan Ken. "Minumlah"
Ken menyesap coklat panasnya sedikit "Thank you! Rasanya masih tetap sama" tanpa sadar Kenzhou mengucapkan kata itu membuat Arin menatapnya penuh.
"Kenapa elo ngeliatin gue kayak gitu sih Rin??? Sueerr.. gue kesini cuma mau maen doang"
"Hegh...gue bukan cewek bodoh ya Ken. Kalau elo udah dateng kerumah gue dengan pakaian kayak gini" Arin memperhatikan Ken dari atas kebawah lalu dari bawah ke atas dengan seksama, Ken bahkan mengikuti arah gerak mata Arin "Elo pasti memiliki tujuan tertentu. mau kemana?"
"Hehe..." Ken menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Dari mana elo tahu gue mau ngajakin elo pergi"
"Astaga, Ken. Gue kenal elo itu udah lama, bukan sehari atau dura hari. Gue kenal elo itu udah 9th. Gue udah hapal sama kebiasaan elo. Cepet bilang, elo mau ngajak gue kemana?" Arin bersandar di meja makan, dan menatap Ken.
"Tiffany & Co. store"
Tubuh Arin mendadak lemas dan langsung terduduk dikursi. Dirinya menatap Ken dengan tatapan tak percaya.
"Astaga Kenzhouuuuuu... elo udah nggak waras???" Arin berbicara dengan lantang, gemas pada kelakuan Kenzhou.
"Apa? Kenapa elo malah teriak sih??" Ken justru menatap Arin heran.
"Ken ini masih jam 7 pagi. Dan elo mau ngajakin gue ke Tiffany and Co.?" Ken mengangguk polos. "Kenzhou, Tiffany & Co. buka jam 10 pagi. Kalau elo jam segini ngajak gue kesana, elo mau buka tokonya??" Sungut Arin
"Elo 'kan kalau mandi lama Rin. Lagian gue juga mau numpang sarapan dulu keleuss..." Ken mencoba membela diri, padahal aslinya dia terlalu bersemangat hingga jam segitu sudah sampai di rumah Arin.
"Anjirrr.... Cari kesempatan banget elo"
"Sekali-sekali Rin."
"By the way, elo mau ngapain ke Tiffany and Co??" tanya Arin
"Ya cari perhiasan lah. Masa' cari kolor. mana ada?" Jawab Kenzhou.
"Elo jadi mau ngelamar si Maira" Ken menatap Arin penuh tanya.
"Darimana elo tahu gue mau ngelamar Maira??"
"Feeling aja. Soalnya elo jarang ke toko perhiasan. By the way, elo udah yakin mau ngelamar Maira??" Ken mengangguk mantap.
"Aku sudah mantap dan yakin Rin."
Arin menghela nafas pelan "Oke... tapi resiko elo tanggung sendiri ya"
"Pasti. Gue nggak peduli diterima ataupun di tolak. Seenggaknya gue berusaha buat pertahanin dia 'kan??" Ken mengacungkan jempolnya pada Arin yang melangkah menaiki tangga rumahnya. "Mau kemana?"
"Mandi. Mau ikut?"Arin tersenyum jahil pada Ken.
"Aishh... Ogah... lebih baik gue nikmatin coklat hangat gue ini. Yang terasa lebih Hot ketimbang harus ngeliat cewek body rata kaya elo mandi" Ken mencebikkan bibirnya pertanda mengejek, bukan marah Arin justru tertawa semakin terbahak.
"Biar rata begini, gue bisa bikin elo tegang dari sore sampe subuh loh Ken" Arin senang bisa menggoda Ken dan melihat tubuh Ken benar-benar menegang adalah sebuah kesenangan untuk Arin.
"Karenina Sebastiannnn... buruann mandiiiiiii" teriak Ken yang mukanya kini memerah.
"Hahahahahaha" Arin tertawa terbahak dan berlari menuju kamar tidurnya, untuk mandi.
"Dasar anak nakal" gerutu Ken, jujur sebenarnya dia gerah melihat godaan Arin. Bohong kalau Ken bilang body Arin rata. Body Arin justru adalah impian tiap wanita. Kulit putih mulus, tinggi 170 cm, rambut hitam bergelombang, bibir pink alami, dengan mata berwarna coklat. Tidak heran ketika karirnya sebagai model memang begitu melesat..
...#########...
Hai..Hai...part 3 sudah dirilis...hehehe...
maaf kalau bahsa dan ceritanya nggak jelas dan kurang menarik.
Vote dan Comment ya.. jangan lupa kritik dan sarannya. TERIMA KASIH.. DANKE!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments