Sakit

Malam ini keluarga Alatas sedang berkumpul di ruang keluarga. Bercanda bersama dan saling bertukar pikiran. Karui Alatas, si bungsu bercerita tentang kuliah dan usaha fashion pria yang baru dia rintis 6 bulan terakhir. Bisnis yang Rui bangun dengan modal sendiri dan usaha sendiri itu, kini mulai banyak digemari dan diminati. Keiko Alatas, satu-satunya putri dikeluarga Alatas, bercerita tentang pekerjaannya sebagai Model dan Aktris yang kian sukses. Entah sudah berapa brand yang sudah mengontraknya sebagai brand ambasador. Lalu, anak pertama mereka Kenzhou, sedari tadi hanya diam dan nampak merenung memikirkan sesuatu.

"Ken sayang, kamu baik-baik saja?? Mama lihat kamu seperti memikirkan sesuatu. Apa ada sesuatu yang sedang terjadi?" Rena, mengelus pundak Ken lembut. Dia merasa penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan oleh putra sulungnya itu. Pasanlnya, sudah sejak pulang kuliah tadi siang dia tidak mau berbicara apapun.

"Ken baik-baik aja kok mah. Hanya..." menggantungkan ucapannya.

"Hanya???"kini giliran sang Ayah, Malik, yang bertanya pada putra sulungnya itu.

"Aku...aku ingin papa dan mama melamarkan seseorang untukku. Untuk ku jadikan pendamping hidupku." Setelah mengatakan itu, pundak Ken yang tadi tegang kini lebih rileks.

"Apa??"semua keluarga terkejut dengan ungkapan Ken yang terbilang mendadak dan tiba-tiba.

"Melamar? Melamar siapa?" Malik terlihat kaget dan tergagap. Pasalnya Malik tidak pernah tahu anaknya memiliki teman wanita atau dekat dengan seorang wanita kecuali Arin. mereka sudah bersahabat sejak usia 16 th.

"Dia pacar Ken, Pa"

"Pacar?? Emang sejak kapan kakak punya pacar? Perasaan cewek yang deket sama kakak itu cuma Kak Arin. Oh... apa jangan-jangan pacar kakak itu Kak Arin ya???" Kei menebak dengan antusias.

"Apakah itu benar Ken?? Pacar kamu itu Arin??" Rena memastikan. Wanita blasteran Jepang dengan 3 orang anak itu terdengar bersemangat. Suaranya terdengar antusias.

"Bukan ma, bukan Arin. Lagian aku sama Arin itu udah temenan lama, nggak mungkin lah aku pacaran sama dia. Namanya, Maira. Dia pacarku selama setahun belakangan ini. Aku cinta banget sama dia mah. Dan aku mau dia jadi pendamping hidupku." Ken kembali mengungkapkan niatnya kepada kedua orang tuanya yang masih terlihat shock, makin shock tepatnya. Bahkan Rui hanya bisa diam dengan tatapan dan rahang mengeras. Seolah tak setuju dengan niat sang kakak.

"Teman kuliahmu?" Ken menggeleng,

"Lalu??"

"Usianya baru 18th pa. Dia baru akan menyelesaikan SMA nya bulan depan ."

"Apa??" Ken kembali menggejutkan keluarganya. Malik tanpa mengurut keningnya, wajahnya terlihat lelah dan pusing. Rena apalagi, dia hanya memgelus dadanya pasrah

"Ya ampun kak... Kakak kenal dimana anak usia 18 tahun?? Kakak nggak nguntit cewek-cewek abg di sekolah mereka kan??" Kei begidik membayangkan kakaknya menguntit anak dibawah umur.

"Kakak masih normal Kei. Lagian cinta tidak mengenal usia." Jawab Ken

"Iya.. aku tahu kak, kalo cinta nggak mandang usia. Tapi yang bener aja, masa' kakak pacaran sama cewek 7 th lebih muda dari kakak. Kakak udah 25 th, dia 18 th. Cowok dewasa kayak kakak, pacaran sama cewek labil. Haduhh kak... . kenal dimana sih??? Perasaan tiap hari kakak itu kemana-mana cuma sama Bang Ares sama Kak Arin. Mana tu cewek lebih muda dari aku, masa' iya aku harus panggil kakak juga nanti??" Kei mulai nyerocos panjang lebar.

"Kakak kenal dia setahun yang lalu, pas di acara reunian. Kebetulan dia sekolah disekolah yang sama sama kakak. Dan kebetulan dia salah satu panitia, sedangkan aku adalah perwakilan para alumni, jadi kami sering berinteraksi. Dari perkenalan dan interaksi itu kami berdua dekat, saling bercerita, nyaman satu sama lain dan akhirnya kami memutuskan berpacaran. Setahun kami berpacaran,kemarin dia justru memutuskan untuk mengakhiri hubungan kamu. Dia akan menempuh pendidikan di Perancis dan juga menjalani karir disana. Dan aku tidak ingin kehilangan dia, aku ingin mengikatnya dalam ikatan pertunangan jika tidak bisa menikah sekarang" Jelas Ken

"Kalian sudah putus dan kakak masih punya niat untuk melamar dia. Kakak ini memang terlalu cinta atau malah terlalu bodoh" Rui berkata sarkatis dan terdengar meremehkan niat Ken.

"KARUI..!! Jaga ucapan kamu!!!" Malik menegur ucapan putra bungsunya. Rui memang pria yang cuek dan suka berbicara seenaknya. Bahkan dia sudah meninggalkan ruangan tanpa permisi. Rena hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Rui.

"Ken, melamar anak gadis orang itu tidak sembarangan. Kamu belum bekerja dan masih kuliah. Anak orang mau kamu hidupi pakai apa?? Biarpun hanya melamar dan bertunangan, kamu memiliki tanggung jawab besar kepada putri mereka. Itu kalau kamu diterima, kalau ditolak bagaimana? Ada satu resiko lagi yang harus kamu terima, yaitu Kecewa. Apa kamu siap untuk semua itu??Siap untuk ditolak dan kecewa? Apalagi kamu sudah putus dengannya, itu artinya dia tidak ingin memiliki hubungan lagi dengamu. Kenapa kamu punya keinginan nekad seperti itu?" Nasehat Rena

"Aku mencintainya Mah, aku nggak bisa hidup tanpa dia"

"Apa menurutmu menikah itu hanya soal Cinta, Ken?" tanya Malik. "Salah, jika itu yang ada di fikiranmu. Menikah itu artinya kamu memiliki tanggung jawab penuh atas calon istrimu nantinya. Jangankan bertanggung jawab atas gadis itu, lihatlah dirimu, mengurus dirimu sendiri saja kamu belum mampu. Uang bahkan kamu masih minta ke Papa. Maaf.. Ken. Untuk kali ini papa benar-benar tidak bisa membantumu." Ken tersentak, kepalanya mendadak sakit, ucapan papanya mendadak berputar dikepalanya. Seperti dejavu, Ken merasa papanya pernah berkata demikian.

"Akhhh...." Ken merintih merasakan sakit yang teramat sangat di kepalanya.

"Ken, kamu kenapa nak?"Nada bicara Rena nampak khawatir, sedang Ken terus saja memegang kepalanya yang berasa mau pecah.

"Akh...s...sakit.."

"Kei, ambilkan obat kakakmu. Cepat!" perintah Rena

"I... iya mah"

"Pah... cepat telpon dokter Firza!"

"Sabar mah... ini papah juga sedang menghubungi Firza.!" Malik sama paniknya, dia terus mencoba menghubungi Firza, dokter yang menangani Kenzhou.

"Mah...to..long..sakit..sakit mah" Ken terus merintih kesakitan didalam pelukan Rena.

"Sabar ya Ken. Sebentar lagi Firza pasti sampai. Keii... CEPATT DIMANA OBATNYAA!!" Rena berteriak memanggil Kei, yang sedari tadi belum juga turun.

"Iya mah... i.. ini mah!" Kei menyerahkan obatnya pada Rianti

"Minum dulu sayang" Ken meminum obatnya dengan bantuan Rena.

"Mah.. sakit." Airmata Ken menetes, rasa sakit dikepalanya membuat dia benar-benar ingin menangis.

"Pa gimana?? Sudah belum?? Kenapa lama sekali?"

"Firza nggak angkat telponnya ma. Kita bawa saja Ken ke Rumah Sakit ma. Biar papa siapkan mobil, mama sama Kei bantu Ken ya." Malik langsung bergegas menuju garasi untuk menyiapkan mobilnya.

"Ayo sayang.. kita kerumah sakit. Mama nggak tega liat kamu kesakitan kaya gini." Ken hanya pasrah, dia sudah tak sanggup berkata-kata. Meski sudah tak sesakit tadi, tapi kepalanya masih terasa berat.

...#########...

Bakal ada banyak kejutan dipart-part selanjutnya.

Vote, Like dan Commentnya..

Selamat menikmati..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!