Kuping Liz sakit bukan main saat mendengar omelan Papihnya yang seperti gerbong kereta. Diliriknya Khalid yang mengap-mengap karena kelelahan mendengar ocehan Papihnya. Sedangkan, Kak Andi tampak asik memijati dahinya.
“Liz pokoknya Papih nggak terima, mending Papih tarung sama Om Adipati daripada ngeliat kamu kaya gini. Masa anak Papih jadi Janda gara-gara anak si semprul Adipati!?”
“Pih, ini keputusan bersama Liz dan Kama. Bukan keputusan sepihak,” ucap Liz sambil menatap Juan.
“Tapi, kenapa?” tanya Juan geram sambil menendang-nendang angin dihadapannya. “Kenapa Liz?”
Sudah sebulan Liz bercerai dengan Kama dan obrolan Papihnya pasti hanya berputar-putar di pertanyaan yang sama. Dan seperti biasa Liz tidak bisa menjawabnya. “Keputusan bersama, Pih.”
“Keputusan bersama gimana!? Nggak masuk akal, pasti ada sebabnya. Andi,” panggil Juan pada anak angkatnya.
“Apa Pih?” tanya Andi pasrah, ia pasrah bila Papih sudah memberikan titah. Walau usinya sudah kepala tiga tapi Andi tetap nurut pada Juan.
“Kamu urus semuanya, Papih nggak mau tau. Cabut semua investasi di perusahaan Kama. Semuanya!?”
*“*Papih.” Liz panik mendengarkan perkataan Juan. Perusahaan Kama yang baru saja Kama dirikan lima tahun yang lalu pasti goyah bila investasi dari Juan dicabut. Perusahaan yang bergerak di keamanan software technology itu pasti akan ambruk. “Papih jangan, bisa bangkrut Kama.”
“Bodo amat, masih untung nggak Papih tarik itu investasi semuanya di perusahaan punya Om Adipati.”
“Tapikan itu perusahaan Papih juga.” Liz mencoba mengingatkan Juan.
“Beda, Kalau Papih bikin perusahaan Adipati bangkrut, Adipati pasti habis. Sedangkan, Papih masih punya perusahaan lain dari Kakek kamu!?” Juan berkata sambil melipat tangan di dadanya.
“Papih kok gitu sih sama Om Adipati,” ucap Liz.
“Abis anaknya yang namanya Kama bikin anak Papih jadi janda!? Kan kurang ajar, tau gitu nggak bakal Papih kasih restu kalian nikah. Dasar anak kurang ajar!?” maki Juan.
“Pih.”
“Tapi, untungnya Papih masi waras. Papih nggak mungkin bikin bangkrut perusahaan Om Adipati.” Juan berkata sambil mengenang kebaikkan sahabat sehidup sematinya itu. Astaga … kenapa dia harus menikahkan Liz dengan Kama dulu. Argh … kacau semuanya.
“Eh … Khalid jangan makan mulu kamu!?” hardik Juan sambil menatap Khalid yang tertahan gerakkannya saat akan memasukkan kue nastar ke mulutnya.
“Lapar, Pih.” Khalid berkata sambil menatap Juan dengan tangan yang menahan kue nastarnya di depan mulutnya.
“Lapar … lapar … mikir kamu tuh harusnya. Liat Kakak kamu!? Dia jadi janda, kamu malah makan,” cerocos Juan.
Khalid langsung menurunkan kue nastarnya kemudian menatap kesal kearah Liz. Gara-gara Liz bercerai dengan Kama sebulan ini suasana rumah seperti senggol bacok. Apalagi Juan, jangan ditanya sepertinya Khalid bersin pun bisa di maki.
“Iya, Pih.” Khalid mengalah.
“Andi pokoknya urus semuanya, nggak mau tau. Kalau bisa bikin bangkrut itu perusahaan Kama,” ucap Juan kesal. Entah kenapa dia ingin melihat anak kurang ajar itu sengsara.
“Iya Pih,” jawab Andi sekenangnya. Menurut adalah jalan satu-satunya. Astaga, dia rindu istri dan anak-anaknya di rumah. Rasanya Andi ingin pulang dan menenangkan dirinya setelah dicerocosi Juan.
“Kak Andi, jangan. Kasian Kama Kak, itu perusahaan bener-bener Kama buat dari nol.” Liz menatap Kakak angkatnya itu dengan tatapan gusar. Bukan kabar baru yang mengatakan betapa licik dan hebatnya Kak Andy dalam memimpin dan menjatuhkan lawan-lawannya.
“Bodo amat, mau dari nol juga. Papih nggak peduli!? Andi pokoknya bikin kolaps,” peritah Juan.
“Papih, nggak boleh gitu. Jangan Pih, Liz mohon,” ucap Liz sambil menatap Juan dengan tatapan memelas.
Juan hanya bisa diam saat melihat tatapan anaknya yang sangat mirip dengan tatapan Iis. Anak perempuannya ini benar-benar copy-an istrinya waktu muda, itulah yang membuat Juan terkadang tidak tega untuk memarahi atau menghukum Liz.
“Nggak, pokoknya bikin kolaps.” Juan tidak mau mengalah kali ini.
“Iya Pih,” jawab Andi pelan sambil melayangkan tatapan meminta maaf pada Liz yang menatapnya.
“Papih jahat!?” ucap Liz sambil beranjak dari kursinya.
“Lah, kok jahat. Ini Papih bikin mantan suami kamu sengsara loh. Biasanya semua wanita di muka bumi ini bakal bahagia banget kalau mantan suaminya dibikin sengsara kaya di drama sinetron ikan terbang.”
“Ya itu orang lain, kalau Liz nggak Pih.”
“Kenapa?” pancing Juan cepat.
“Karena Liz cinta Kama,Pih,” ceplos Liz tanpa sadar.
“Kalau kamu cinta terus kenapa kamu tanda tangan itu surat cerai? Ini ada apa sih sama hubungan kalian?” bentak Juan kesal. Mumpung tidak ada istrinya dia ingin puas membentakki ketiga anak-anak kurang ajarnya ini.
Tangan Liz langsung menutup mulutnya, dia kaget dengan perkataannya sendiri. Sepertinya perasaannya yang paling dalam menyeruak keluar berusaha untuk menunjukkan perasaan Liz yang sebenarnya.
“Maksud Liz—“
“Ini ada apa sih?” potong suara wanita dengan logat sunda yang kental membuat mereka mencari sumber suara.
“Mamih.”
“Mamih, mau Khalid bantu? Belanjaan di mobilkan?” tanya Khalid sambil beranjak dari kursinya dan berlari keluar. Lebih baik dia mengangkat semua belanjaan Iis daripada mendengarkan ocehan Juan yang membuat kepalanya sakit.
“Teh Iis, Andi bantuin juga yah.” Andi bergerak dari kursinya dan mengejar Khalid, “Khalid tunggu.”
Iis hanya bisa menatap Andi dan Khalid maklum, dua manusia itu akan melarikan diri begitu ada kesempatan sekecil apa pun dari ocehan Juan.
“Ada apa ini, Mas?” tanya Iis sambil berjalan ke arah Juan.
“Anak kamu bikin kesel.”
“Lah, anak aku juga anak kamu, Mas.” Iis mencoba mengingatkan Juan yang sedang menatapnya kesal.
“Ngapain coba, anak kamu itu cerai sama suaminya. Tapi, tadi dia ngaku kalau dia masih cinta. Berarti mereka cerai gara-gara apa? Ini mereka nikah baru tiga bulan loh.”
“Mas, udah. Aku udah bilang ini keputusan mereka. Kita nggak bisa ngapa-ngapain, ditambah Liz itu udah gede,” terang Iis mencoba menenangkan suaminya itu. Iis dengan tenang meminta Juan untuk duduk di sampingnya.
Liz bersyukur memiliki Mamih sebaik dan seterbuka Iis. Pada saat Liz bercerai kemarin, hanya Iis yang tidak bertanya macam-macam, Iis hanya bertanya kamu yakin? Setelahnya Iis menyerahkan semuanya pada Liz dan mendukung Liz dengan cara memeluknya setiap malam saat Liz rindu suaminya.
“Tapi—“
“Liz kamu bantuin Khalid sama Andi di luar sana,” pinta Iis sambil menunjuk pintu.
Liz dengan cepat pergi meninggalkan Juan dan Iis, Liz tau satu-satunya yang bisa menenangkan cerocosan Juan hanya Iis. Entah menggunakan ilmu apa.
“Mas, kamu kenapa marah-marah. Udah atuh, kasian Liz nanti dia stres gimana?” ucap Iis sambil mengusapi kening Juan.
“Aku kesel, kalau masih cinta kenapa cerai?” ujar Juan sambil menikmati pijatan di kepalanya.
“Mas itu sudah keputusan Liz dan Kama. Kita nggak bisa ngapa-ngapain,” ucap Iis yang sebenarnya sudah tau kalau Liz masih sangat mencintai Kama. Setiap malam Iis menemani Liz menangis di kamar dan Iis selalu mendengar Liz mengigo memanggil nama Kama.
“Apa jangan-jangan Kama selingkuh!?” ucap Juan sambil menatap Iis.
“Lah … jangan mikir aneh-aneh nggak mungkin Kama selingkuh.”
“Tau dari mana?”
“Dari Taca, Taca bilang tiap malam dia tidur di belakang pintu kamar Kama dan selalu denger Kama nangis dan bilang rindu, maaf dan cinta sama Liz.” Iis akhirnya mengatakan rahasia kecilnya dengan Taca, Mamihnya Kama.
“Terus kenapa?”
Liz melirik ke kanan dan ke kiri melihat situasi, setelah aman dia mencium bibir suaminya dengan cepat.
“Itu urusan mereka Mas.” Iis berkata sambil mengurai ciuman mereka.
“Yang.”
“Apa?” tanya Iis.
“Kok udahan, lagi,” pinta Juan sambil memajukan bibirnya dan mencium dengan lembut bibir Iis.
Juan langsung meminta akses tanpa batas di bibir Iis, mendorong-dorong dan menggoda lidah Iis. Sedangkan, tangannya sudah menyusup kebalik rok istrinya mengusap ceruk kenikmatan milik Iis pelan.
“Astaga Mamih Papih!?”
Juan dan Iis mengurai ciumannya dan melihat Khalid yang sedang memeluk belanjaan dan menatap mereka dengan sorot mata kesal bukan main.
“Khalid, simpen di meja aja,” ucap Iis sambil mendorong badan Juan. Tapi, Juan menahan tubuh Iis.
“Khalid, kamu mending beli korek api di Grand Indonesia, ajak Andi sama Liz sekalian.” Juan berkata sambil melemparkan kunci mobil Tesla milik Iis.
“Hah!?” Iis dan Khalid kaget dengan perkataan Juan.
“Ngapain, Pih. Korek api macam apa yang ada di Grand Indonesia?” tanya Khalid bingung.
“Udah sana pergi yang lama, pulang jam sembilan malem. Atau nggak usah pulang sekalian.”
“Hah?” Khalid bingung mendengar perkataan Juan. “Emang Papih mau ngapain?”
“Papih mau kuda-kudaan sama Mamih di setiap sudut rumah. Mengenang masa lalu, dah sana pergi jauh-jauh semuanya!?” usir Juan sambil menarik Iis ke dalam kamar untuk meneruskan kegiatan mereka yang terpotong Khalid. Iis dengan pasrah hanya bisa mengikuti Juan.
“Astaga … Papih, masih hot aja sama Mamih. Udah tua juga, inget umur Papih udah enam puluh lima tahun,” ucap Khalid yang keki karena melihat adegan mesra Juan dan Iis.
Ini bukan kali pertama Khalid atau Liz juga Andi mendapati kemesraan Juan dan Iis. Orang tuanya itu benar-benar masih saling cinta dan bergairah, membuat jiwa-jiwa jomblo yang melihatnya terguncang. Termasuk, jiwa jomblo Khalid.
•••
Dor … pasti bingung kenapa bab 1 sampai 3 Gallon nggak ngomong apa-apa hahaha ….
Biar dapet feelnya kakak, biar euh … gitu.
Selamat datang di kisah Gallon tentang anak-anak Juan-Iis dan Taca-Adipati (Water Teapot)
Buat yang baru baca jangan sedih, kalian masih bisa menikmati karya ini tanpa membaca Water Teapot. Kenapa? Karena Gallon akan menuliskan cerita yang terpisah jauh dari mereka.
Bagi para fans berat pasangan Juan-Iis dan Taca-Adipati kalian bakal disuguhkan adegan 65+ yah. 🤣🤣
Ah bagi pembaca water teapot pasti bingung siapa Andi. Andi itu Bernard yah aku ganti namanya. Abis aneh namanya bernard kaya beruang wkwkwk.
Siap-siap menerima hempasan manisnya pasangan baru di karya Gallon ini
Ingat Gallon ingat Janda semakin di depan!?
🤣🤣🤣
Xoxo Gallon yang hobi kellon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
May Keisya
ya ampun papih marahnya bisa seumur hdp ini gara2 anak cewenya jd janda😭😂...senggol bacok😂
2025-01-30
0
EndRu
hahaha udah 65 tahun aja sih
.
dan Tetep panas.waaah
2023-09-30
1
Iponk
kbanyakan...50+ lah thor, nego dikit
2022-12-07
0