Janda Semakin Di Depan
Tok … Tok ….
Palu hakim terdengar nyaring di telinga Liz, napasnya terhenti rasa sesak langsung menghantam dirinya. Air matanya berdesakkan meminta untuk keluar dari wadahnya, detik ini dia janda. Aurora Lunaira Julisha Wijaya, seorang anak dari salah satu pengusaha sukses di Indonesia menjadi seorang janda hanya dalam jangka waktu tiga bulan.
Liz melirik lelaki yang baru saja menceraikan dirinya. Lelaki yang sangat Liz cintai dari umurnya delapan belas tahun. Cinta, pelukkan, deesahan bahkan seluruh tubuhnya pernah di sentuh oleh tangan dan bibir lelaki itu.
“Sayang,” bisik lelaki itu lirih sambil menatap manik mata hitam Liz. Astaga … kenapa dia masih memanggil Liz sayang?
Dengan cepat Liz berjalan keluar dari ruangan persidangan, melewati beberapa orang wartawan dan orang-orang yang penasaran dengan berita perceraiannya yang sangat sensasional. Liz mengabaikan semua orang termasuk orang tuanya dan mantan mertuanya.
Saat sampai di suatu lorong tangan Liz ditarik oleh seseorang. “Liz, kamu belum jelasin ke Papih, kenapa kamu digugat cerai sama suami sialan kamu?” tanya Juan yang tidak terima anak kesayangannya diceraikan.
Liz menatap nanar mata ayahnya, ayah yang selalu menyayangi dan melindunginya dengan cara yang aneh dan absurd. Lelaki yang pertama kali mengatakan aku cinta dan sayang pada Liz.
“Nggak apa-apa, Pih. Mungkin, mungkin ini takdir Liz menjadi janda di usia dua puluh lima tahun,” ungkap Liz sambil menatap Juan.
“Nggak mungkin, Nak. Pernikahan itu sakral, kamu juga pacaran sama si semprul itu udah lama Liz. Dari kamu SMA!?” Juan benar-benar berang dengan kelakuan mantan suami Liz.
Deg ….
Kata-kata Juan benar-benar seperti pisau yang menancap dengan tajam di dada Liz. Apa yang dikatakan Juan ada benarnya, tidak mungkin suaminya menceraikan Liz bila tidak ada sebabnya. Liz tau apa sebabnya tapi, Liz memilih bungkam.
“Nggak tau Pih, Liz udah bilang mungkin ini cuman takdir Liz aja.” Liz berkata sambil berlalu dari hadapan Juan yang kesal dengan jawabannya.
“Liz … Liz!? Aurora Lunaira Julisha Wijaya!? Jawab Papih!?” bentak Juan.
“Mas, udah Mas. Nggak enak diliatin orang. Kalau mau kita obrolin di rumah,” pinta Iis, istri Juan.
“Nggak bisa gitu, Yang. Ini kurang ajar namanya, anak kita salah apa? Nggak bisa seenaknya gini!?” ucap Juan sambil berbalik dan mencari seseorang yang bisa dirinya maki-maki.
“Mas mau ke mana? Mas, tahan emosinya inget jantung kamu, Mas,” pinta Iis sambil berlari mengejar Juan yang sudah beralan ke ambang pintu untuk mencari mantan besannya.
•••
Langkah kaki Liz terus melangkah entah ke mana, Liz butuh tempat sepi dia ingin menangis dan menjerit. Nasibnya benar-benar nelangsa, ini terlalu pedih untuk Liz jalani.
Kring … Kring ….
Dengan cepat diambilnya ponsel miliknya, dilayarnya tertera nama sahabatnya.
“Iya Fany, kenapa?” tanya Liz.
“Kenapa? Astaga kok malah kamu yang nanya ke aku, Liz,” cerocos Fany saat mendengar kalimat pembuka dari Liz.
“Hahaha … lupa aku yang lagi sengsara di sini,” ucap Liz sambil mengusap hidungnya dengan tisu.
“Liz are you, oke?” tanya Fany dengan intonasi suara khawatir. Fany khawatir setengah mati dengan keadaan sahabatnya itu, bagaimana tidak baru tiga bulan menikah Liz harus menerima ditalak oleh suaminya. “Kamu jadi cerai?”
“I wish is just a dream (aku harap ini cuman mimpi),” bisik Liz sambil terus mengusap air matanya yang keluar. Dengan cepat dia berjalan ke mobil miliknya.
“Liz … cerita dong, kenapa suami kamu ceraiin kamu? Astaga … Liz dua minggu yang lalu kalian masih pergi ke Italy,” terang Fany yang bingung kenapa pasangan Romeo dan Juliet itu harus berpisah.
Pikiran Liz langsung melayang membayangkan betapa menyenangkannya liburan lima hari yang ia lakukan bersama suaminya. Liburan yang sangat hangat dan memabukkan, masih segar diingatan Liz wangi tubuh suaminya, setiap inci tubuhnya bahkan rasa manis juga menggairahkan dari bibirnya.
“Iya, mungkin udah takdir aku, Fan,” ucap Liz sambil mencari tempt duduk di sekitarnya. Kaki Liz kelelahan mungkin dia akan ambruk bila tidak duduk, mobilnya hanya beberapa langkah lagi. Tapi, dia tidak sanggup untuk menggapainya.
Dengan cepat Liz duduk disalah satu kursi panjang yang ada di sana. “Mungkin ini nasib aku jadi janda di usia dua puluh lima tahun.”
“Busllshit, kamu cinta suami kamu. Dan suami kamu bucin sama kamu!? Kalian kaya di ciptakan memang untuk hidup bersama. Kaya sendok dan garpu dan saling tarik kaya magnet,” ucap Fany kesal, ia benar-benar ingin mencakar suami Liz.
“Iya aku cinta banget sama dia, Fan. Aku sayang dia,” ungkap Liz sambil terisak keras, hatinya sakit saat mengungkapkan kejujuran kalau dia cinta dan sayang dengan suaminya.
“Terus kenapa dia ceraiin kamu?” tanya Fany.
“Aku nggak bisa jawab.”
“Suami kamu punya perempuan lain?” tanya Fany, “selingkuh dia?”
“Nggak, suami aku cinta dan sayang sama aku. Nggak pernah dia mikirin perempuan lain, dia nggak berani selingkuh,” ucap Liz.
“Yakin?”
“Yakin, Fan. Aku yang paling kenal dia luar dan dalam. Aku tau dia dari bayi, Fan.” Liz berkata sambi mengusap air matanya. Rasa sesak benar-benar mencengkeram Liz tanpa ampun. Ternyata, kehilangan orang yang dicintai itu sakit yah.
“Terus kenapa dia ceraiin kamu?” tanya Fany lagi geram.
“Aku nggak bisa jawab, aku nggak mau jawab.”
Fany menyerah, jangan harap Liz akan membuka mulutnya dan memberitahukan pada dunia kenapa suaminya menceraikan dirinya. Sekali Liz menyimpan rahasia jangan harap dia akan mengungkapkannya.
“Ya udahlah. Besok aku ke tempat kamu, bye Liz. Take care,” ucap Fany sambil menutup sambungan teleponnya.
Liz menatap nanar layar ponselnya, dia bingung apa yang harus dilakukannya. Badannya lelah bukan main, hatinya? Jangan ditanya sakit sampai ke tulang sumsum.
“Sayang.”
Liz mengangkat kepalanya dan menatap suaminya berdiri kokok di depannya. Gagah, ganteng, dan menggairahkan. Namun, raut wajahnya tampak lelah dan sedih.
“Apa? Kamu mau apa lagi?” tanya Liz sambil menghela napasnya berat.
“Sayang udah jangan nangis, aku mohon. Aku nggak sanggup liat kamu nangis.”
Liz melihat suaminya itu berlutut dihadapannya sambil mengusap bulir-bulir air mata yang bercucuran di pipi Liz.
“Jangan nangis Sayang, aku nggak tega liat kamu nangi. Maafin aku,” ucap suaminya sambil mengecupi mata Liz.
“Kamu tega, kamu nggak sayang sama aku,” isak Liz sambil mengcengkeram kerah baju suaminya geram.
“Maaf Sayang, aku sayang sama kamu. Aku cinta sama kamu. Aku mau kamu bahagia.”
“Aku bahagianya sama kamu, kenapa kamu ceraiin aku?” isak Liz sambil memeluk tubuh suaminya. Astaga … Liz rindu wangi tubuh suaminya, Liz rindu berbaring di atas tubuh suaminya.
“Aku tau, aku juga bahagiannya sama kamu Sayang. Kamu segalanya buat aku.”
“Terus kenapa kamu ceraiin aku? Kenapa kita nggak berjuang bersama? Kamu marah karena aku —“
“Nggak, Sayang aku nggak marah. Aku nggak bakal sanggup marah sama kamu, Sayang.”
Liz langsung merasakan bibir basah milik suaminya menciumnya, mengesap manisnya bibirnya. Rindu Liz rindu suaminya, Liz rindu Kama Trina Berutti.
••••
Xoxo Gallon yang Hobi Kellon
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KNP SI LIZ TUTUP2I ALASAN SUAMINYA MNTALAK DIA... SEGITUNYA LO LINDUNGI MANTAN SUAMI LOO...
2024-02-17
1
EndRu
part pertama aja udah bikin penasaran dan nangis. selanjut nya...
yuuk lanjutkan
2023-09-30
1
𝐙⃝🦜VeranitaBerusahaShaliha💫
klo gak selingkuh karna apa coba🤔apakah belok?belok kiri ato belok kanan?tapi kok ya msh nepsong ama mantan bininya.klo belok kn gk napsu ama lawan jenis kan.
impoten kah?bisa jadi
2023-09-26
0