Episode 4

3 minggu kemudian, dirumah sakit yang sedang ditempati oleh Haris sedang terjadi sesuatu di luar apa yang sedang dia pikirkan selama ini.

"Ada apa ini?" Tanya Haris menghentikan salah satu perawat.

"Dok, dokter harus segera keluar dari sini" Ucapnya.

"Maksud ya?".

"Saya tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan pada dokter" Ia pun segera pergi dari hadapan Haris. Sedangkan Haris yang masih bertanya-tanya masih berdiri di posisinya tampa mengetahui apa yang tengah terjadi.

BBBUUAAARRR..

"Aaakkkhhhhh" Dengan sangat mengenaskan tubuh Haris langsung tercampak disudut ruangan.

BBBUUAAARRR..

Tubuh yang sudah dibaluti semua darah itu, Haris langsung membayangkan wajah sang istri tercinta, "Ma-marisa ma-afkan aku" Saat Haris menutup kedua mata ia meneteskan sebutir air mata ya.

.

TTAAARRR..

"Risa" Teriak sang mama melihat Marisa. "Kamu kenapa sayang? kamu baik-baik saja".

"Mmmm.. Risa baik-baik saja ma" Angguk Marisa melihat gelas pecah tersebut. "Kenapa perasaan aku tidak enak yah?" Batin Marisa mengusap perutnya.

"Kenapa sayang?".

"Itu ma.. Risa kepikiran Haris terus".

"Jangan khawatir sayang, minggu depan Haris sudah pulang".

"Iya ma, tapi perasaan Marisa tidak enak".

"Mungkin karna kandungan kamu sudah mendekat bulan ya sayang, jadi kamu sedikit gelisah".

"Masa iya ma?".

"Iya sayang, mama dulu sama hal ya dengan kamu. Bahkan mama sering kali kepikiran hal yang aneh-aneh menimpa papa kamu".

"Mmmmmm" Angguk Marisa.

"Sekarang kita duduk saja sayang, biar bibi yang membersihkan ya".

"Iya ma".

"Bi" Panggil ya.

"Iya nyonya" Larinya dari belakang.

"Ini bi.. Tadi Marisa enggak sengaja pecahkan gelas ya, tolong di bersihin ya bi".

"Iya nyonya".

"Terima kasih bi, ayok sayang" Ajaknya kearah sofa yang ada di ruang tamu. "Duduk sayang" Kemudian sang mama menyalakan televisi untuk menenangkan pikiran Marisa.

Tin.. Tin..

"Suara mobil siapa itu, sebentar ya sayang mama lihat dulu" Perginya keluar.

"Iya ma".

Begitu ia keluar dari dalam rumah, "Papa.. Kok tumben pulang jam segini?".

"Marisa ada dimana ma?" Tanya ya dengan wajah serius.

"Ada apa pa? Marisa ada di dalam nonton televisi".

"Apa?".

"Ada apa pa?".

"Marisa tidak boleh menonton televisi ma" Jawabnya masuk kedalam rumah.

Deng..

"Ma-marisa" Lemas ya langsung ketika menemukan Marisa sedang menonton tayangan televisi.

"Haahhhh" Kejut sang mama ikut melihat apa yang sedang Marisa tonton. "Sa-sayang".

"Aaarrrkkhhhh" Teriak Marisa melemparkan remote televisi. "Aarrrrkkkhhhh".

"Sayang" Tahan sang mama memeluk tubuh Marisa. "Sayang".

"Lepasin ma.. Lepasin Risa" Teriak Marisa memberontak.

"Sayang.. Kamu harus tenang dulu, kita tidak tau apa yang terjadi disana" Bujuk sang mama.

"Aarrkkhhh.. Hiks. hiks.. Bagaimana Risa bisa tenang ma dengan apa yang baru saja Marisa lihat, hiks.. hikss" Tangis ya dipelukan sang mama.

"Tenang ya sayang, Haris pasti baik-baik saja".

"Iya Risa.. Papa yakin Haris pasti baik-baik saja".

.

Dirumah sakit Hermawan, Steven dan Agung sedang dilanda kekhawatiran yang sangat dalam.

DDDRRRTTTT.. DDDDRRRTTTT..

"Tuan agus" Beritahu Hermawan.

"Ayok angkat" Ujar Steven.

"Mmmmm" Angguk Hermawan langsung mengangkat ponsel ya. "Hallo tuan".

"Mawan.. Ha-haris".

"Ada apa tuan dengan dokter Haris?".

Sebelum menjawab Hermawan, Agus terlebih dahulu menarik nafas panjang. "Haris telah meninggal dunia saat ledakan bom itu terjadi".

"Apa?" Kejut mereka bertiga.

"Mmmmmm".

Setelah itu Hermawan mematikan ponselnya. Tidak menunggu beberapa lama, suara ribut pun langsung terjadi diluar pintu ruangan Hermawan.

BBBBRRRAAKKKK..

"Maafkan saya dok, tapi nona ini menerobos masuk kedalam" Ucap sang sekretaris.

"Tidak apa-apa, kamu bisa keluar".

"Baik dok" Perginya.

Kemudian Marisa menghampiri mereka bertiga dengan wajah sedih dan juga marah, "Kembalikan suami saya" Ucap Marisa meneteskan air matanya.

"Ha-haris" Gelagapan Hermawan mau jawab apa.

"Kembalikan suami saya" Teriak Marisa menarik kerah baju Hermawan.

"Maafkan kami" Tunduk Hermawan.

"Aaarrrrkkhhhhh.. Saya tidak butuh minta maaf kalian, yang saya mau hanya suami saya" Teriak ya diwajah Hermawan. "Cepat kembalikan suami say.. Aaakkhhhh" Sakit Marisa meremas perutnya.

"Nona" Tolong Hermawan.

"Aakkhhhh" Isak Marisa semakin kesakitan.

"Ayok bawa dia" Teriak Hermawan kepada Steven dan Agung. Setelah itu mereka bertiga langsung membawa Marisa keluar dari dalam ruangan ya menuju ruangan dokter kandungan, "Cepat tolong dia".

"Baik dok" Sang dokter kandungan segera memeriksa Marisa.

"Aarrkkhhh sakit" Teriak Marisa menahan ya.

"Bagaimana dok?" Tanya Steven.

"Sepertinya dia mau melahirkan".

"Dokter.. Air ketuban ya sudah pecah" Ucap sang suster.

"Apa?".

"Iya dok" Tunjuk ya.

"Siapkan ruang persalinan".

"Baik dok" Sang suster segera menyiapkan ruangan persalinan normal untuk Marisa.

"Tolong selamat kan dia dan juga bayi ya" Ucap Hermawan.

"Iya dok" Jawab ya memasuki ruangan persalinan Marisa. "Sudah?" Tanya ya melihat suster.

"Sudah dok".

Kemudian sang dokter melihat Marisa, "Ayok bunda semangat, air ketuban ya sudah pecah".

"Aaaarrrkkhhh" Teriak Marisa mengedan.

"Ayok bunda lagi".

"Aaarrrkkhhhh".

"Sedikit lagi bunda".

"Aaarrrkkhhhh" Teriak Marisa sekuat tenaganya.

Begitu bayi ya keluar, Marisa kembali menangis mengingat wajah Haris. "Hiks.. Hiks.. Haris" Teriak Marisa.

BBBRRAAAKKK..

"Risa" Tangis sang mama melihat putri tercinta.

"Mama.. Hiks. hiks" Dengan perasaan sangat terpukul Marisa melihat sang mama.

"Kamu bisa sayang, kamu adalah wanita terkuat di dunia ini".

"Hiks.. Hiks.."

Kemudian perawat membawa bayi mungil Marisa. "Bunda" Berikan ya ke tangan ya.

"Terima kasih sus" Terima Marisa.

"Ya ampun.. Bayi kamu sangat mirip sekali sayang dengan Haris".

"Iya ma" Angguk Marisa meneteskan air matanya.

"Lalu kamu menamainya siapa sayang?".

"Arkana Diralno ma" Jawab Marisa mengingat Haris. "Sayang.. Bisakah kamu melihat bayi kita, dia sangat mirip sekali dengan mu" Batin Marisa masih meneteskan air matanya lagi.

"Nama yang sangat indah sayang, semoga saja Arkana seperti papa ya Haris".

"Iya ma" Senyum Marisa.

.

1 tahun kemudian, "Ma..Pa.." Panggil Marisa.

"Iya sayang".

"Minggu depan Marisa memutuskan untuk tinggal di kampung halaman mertua Risa saja ma. pa".

"Loh kenapa sayang? kamu yakin mau tinggal disana?".

"Iya ma".

"Tidak apa-apa Risa, selagi pikiran kamu bisa tenang disana, papa dan mama tidak akan melarang mu".

"Iya pa, terima kasih banyak" Senyum Marisa.

"Yah.. Oma nanti jadi rindu sama cucu kesayangan oma ini" Sedih sang mama yang sedang menggendong Arkana.

"Hahahha.. Nantikan Arkana masih bisa ngobrol sama oma lewat video call. iyakan sayang?" Tawa Marisa melihat Arkana yang sangat menggemaskan sekali.

"Eemmkkkhhhh" Tawa Arkana melihat sang mama.

"Hahahha.. Lihat tuh ma, Arkana tertawa melihat mama".

"Hahahahah" Tawa sang mama dan juga papa melihat Arkana yang sedang menggigit jempolnya. "Kalau gitu papa besok akan memesan tiket pesawat untuk mu".

"Iya pa".

"Kalau Arkana jauh, oma sama opa akan sering mengunjungi Arkana disana".

"Iya dong oma, oma sama opa harus datang mengunjungi Arkana" Sahut Marisa tersenyum.

Terpopuler

Comments

neng citra

neng citra

memilukan sekali....

tapi hidup masih berlanjut..
tapi kamu punya penyemangat hidup mu, Risa..

2023-04-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!