Nira kaget melihat Gusdy yang memegang tangannya, ia pun dengan cepat menarik tangannya dan melotot ke arah Gusdy. "Maaf, jangan pulang duluan, tunggu aku di luar ya!" kata Gusdy dengan nada suara penuh penyesalan, ia tahu kalau Nira kesal padanya. Dengan muka cemberut Nira meninggalkan kelas, ia berlari kecil menyusul sahabatnya yang sudah keluar duluan.
Tak lama kemudian jemputan Ira sudah datang, rumah Ira berlawanan arah dengan rumah tantenya Nira sehingga mereka tidak bisa pulang bareng. ''Duluan ya", kata Ira sambil melambaikan tangannya kepada Nira yang dibalas dengan anggukan. Dengan langkah gontai ia menuju ke seberang jalan, hendak menunggu bus, namun tiba-tiba Gusdy sudah berada di sampingnya. ''Sekali lagi aku minta maaf ya, aku tidak bermaksud lain tadi, maaf kalau aku lancang", kata Gusdy. "Iya, tidak apa-apa Gus tapi tolong jangan diulangi lagi". kata Nira sambil berlalu hendak naik bus."Nira, bukannya tadi kamu sudah janji mau pulang bareng aku? Ayo naik!" teriak Gusdy sambil mendekatkan kendaraannya. Deg...deg...deg "aduh kenapa aku begitu gugup" desis Nira dalam hati, sampai-sampai ia tidak berani untuk bertemu pandang dengan Gusdy.Ia pun lalu duduk di belakang Gusdy dengan sangat hati-hati. Kemudian Gusdy mulai menjalankan kendaraannya dengan hati yang berbunga-bunga.Sudah lama ia ingin pulang bareng dengan Nira, sejak ia pertama kali bertemu di kelas yang sama, Gusdy selalu merasa ada yang aneh dalam dirinya setiap ia berpapasan dengan Nira, namun ia tidak berani untuk mendekatinya.
Teman-teman sangat heran melihat Gusdy dan Nira berboncengan, selama Gusdy pindah ke sekolah mereka, belum ada cewek yang berani mendekatinya karena Gusdy adalah cowok pendiam yang sangat cuek sehingga mereka segan. Teman-teman hanya mengagumi ketampanan yang dimiliki Gusdy, dan penampilannya yang aduhai karena didukung oleh barang-barang yang dikenakannya tergolong mewah. "Kenapa ya, Gusdy mau berteman sama Si Mira yang miskin yang kampungan itu?" kata Fitri kepada teman-temannya yang langsung disambut dengan gelak tawa. Namun ada juga sebagian teman-teman Nira yang kesal mendengar perkataan Fitri itu yang menghina keadaan Nira. Beruntung Nira tidak dengar karena sudah berlalu dari hadapan mereka.
Gusdy mengendarai motor kesayangannya dengan santai, Nira yang berada diboncengan pun merasa nyaman. Selama perjalanan mereka asyik dengan pikiran masing-masing hingga tidak terasa sudah tiba di depan rumah Nira. "Terima kasih tumpangannya Gus" Nira sangat senang mendapat tumpangan gratis karena tidak keluar biaya untuk ongkos bus. Itu atrtinya bisa digunakan untuk keperluan lain.
"Nira, kamu ke mana saja, pergi tanpa pamit, pulang bareng cowok lagi, dasar anak tidak tau malu". Teriak tantenya. "Maaf tante, tadi aku pamit sama Om karena kebetulan Om duduk di teras saat Nira mau berangkat ke sekolah untuk les", jawab Nira dengan ketakutan melihat tantenya sangat marah. Dengan cepat Nira masuk ke dalam rumah, ia menyadari kalau Gusdy telah menyaksikan perlakuan tantenya yang sangat kasar. Gusdy pun berlalu meneruskan perjalanan ke rumahnya, setibanya di rumah pikirannya terus melayang-layang, rasa penasarannya selama ini terhadap Nira yang sepertinya punya beban hidup mulai terjawab. Gusdy ingin banyak tahu tentang Nira, segudang pertanyaan dalam benaknya mulai muncul, ia ingin bertanya langsung kepada Nira.
^^^" Nak, tuh makanan sudah siap, Ayo makan dulu!" kata ibu dengan lembutnya membuyarkan lamunannya. " Iya Bu, terima kasih". Gusdy pun bergegas ke meja makan ditemani sang Ibu. Sambil makan ia terus kepikiran sama Nira, ingin rasanya waktu berlalu dengan cepat biar bisa ketemu lagi dengan Nira di sekolah.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments