"Tuan Azzam, sedang apa di rumah bibik!" sapa bik Siti. Seketika Azzam menoleh, dia melihat Siti yang baru pulang dari mushola. Azzam menghentikan langkahnya. Dia menghampiri Siti yang berdiri tepat di depan pintu rumahnya. Vira berjalan melewati ibunya dan Azzam. Vira datang hanya untuk membersihkan meja. Vira mengambil cangkir bekas teh yang diminum Azza. Sekilas Azzam mencuri pandang ke arah Vira. Ketika Vira berjalan sembari menunduk melewatinya.
"Bik Siti, sebenarnya mama memintaku menjemput bibik. Besok pagi di rumah akan ada tamu. Sedangkan bik Yam tiba-tiba sakit. Mama meminta bantuan bibik untuk memasak. Maka dari itu, mama meminta bibik menginap. Jika bibik berangkat ke rumah besok pagi. Takutnya tidak sempat membuatkan sarapan untuk para tamu!" tutur Azzam ramah, bik Siti mengangguk ragu. Azzam melihat raut wajah bik Siti yang sedikit bingung. Sesaat setelah mendengar perkataannya. Meski Azzam orang yang dingin dan kaku. Dia sangat menghargai bik Siti. Sebab bik Siti pribadi yang rajin dan pekerja keras.
"Sebenarnya kondisi bibik juga tidak baik. Sejak tadi pagi kepala bibik pusing. Tapi tuan Azzam tidak perlu khawatir. Bibik akan ikut tuan Azzam!" ujar bik Siti, lalu berjalan ke dalam rumah. Dia meletakkan peralatan sholat di kamarnya. Vira yang baru saja membersihkan peralatan makan. Keluar dari dapur bersamaan dengan sang ibu. Vira mengeryitkan dahinya heran. Saat melihat ibunya membawa pakaian ganti. Vira tahu jika kedatangan putra majikan ibunya untuk menjemput Siti. Namun Vira tidak menduga, jika harus menginap.
"Vira, ibu akan menginap. Sebab besok ada tamu penting. Jadi ibu harus membantu membuat sarapan. Kamu jaga rumah dan adikmu. Setelah dia pulang, langsung kunci pintu!" ujar Siti, Vira mengangguk pelan. Dia tidak bisa meminta sang ibu tinggal. Meski Vira tahu kondisi ibunya tidak baik-baik saja. Azzam melihat interaksi antara ibu dan anak. Dalam hati Azzam mengagumi sosok Vira yang penurut. Meski dia tidak setuju dengan keputusan ibunya. Vira tetap menyimpan dalam hati. Tak ada niat Vira membantah perkataan sang ibu.
"Bik Siti, tidak perlu ikut denganku. Aku akan meminta mama memesan makanan dari hotel. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada bibik. Aku pulang dulu!" ujar Azzam lalu berbalik menjauh. Siti bukan pribadi yang lepas tangan. Memang benar kondisinya tidak baik-baik saja. Akan sangat fatal bila dia memaksa bekerja.
"Tunggu tuan Azzam, jika tidak keberatan. Vira bisa menggantikan saya. Dia bisa sekadar membantu di dapur. Saya kenal nyonya, beliau paling tidak suka pesan makanan bila ada tamu penting!" ujar bik Siti lantang, seketika Azzam menoleh. Tanpa sengaja dia melihat raut wajah Vira yang terkejut. Sejujurnya apa yang dikatakan bik Siti benar. Mamanya sangat tidak suka bila harus memesan makanan. Keluarga Azzam selalu menghormati tamu. Sehingga mereka selalu menyiapkan makanan dengan tangan mereka sendiri.
Vira terbelalak terkejut mendengar perkataan ibunya. Vira tidak pernah berpikir ingin datang ke rumah keluarga Atmaja tanpa ibunya. Bukan ingin membantah ibunya, tapi pergi dan berada di tempat asing sendirian. Vira takut tidak leluasa bekerja. Namun Vira pribadi yang patuh. Dia akan melakukan permintaan ibunya. Meski hatinya tidak setuju. Vira tidak ingin melihat ibunya kecewa. Terlalu berat beban yang ditanggung ibunya. Tidak pantas bila Vira menolak, saat ibunya sedikit meminta tolong.
"Vira, kemari sebentar!" panggil Siti, Vira segera berjalan menghampiri ibunya. Dengan menunduk Vira berdiri di samping ibunya. Azzam mengamati gadis yang seusia dengan adiknya. Sikap santun Vira menggetarkan hati Azzam. Hati yang dingin tanpa ada kasih sayang untuk orang lain termasuk pada adiknya sendiri. Dingin Azzam tak lebih dari benteng dirinya. Agar tak ada yang melihat kesepian dalam hidupnya.
"Ikut tuan Azzam ke rumahnya. Kamu bantu nyonya Atmaja memasak. Sekalian kamu bawa baju ganti. Besok kamu berangkat dari sana ke kampusnya!" titah sang ibu, Vira hanya mengangguk lemah. Dia berjalan dengan langkah gontai menuju kamarnya. Vira membawa pakaian ganti dan beberapa buku. Azzam hanya bisa tertegun melihat sikap santun Vira. Meski Azzam melihat jelas keterpaksaan Vira. Namun entah kenapa Azzam merasa senang? Ketika Vira setuju pergi dengannya.
Setelah berpamitan pada ibunya, serta mencium tangannya. Vira berjalan mengikuti langkah kaki lebar Azzam. Vira membuka pintu belakang mobil Azzam. Mobil mewah CEO perusahaan Atmaja. Salah satu pewaris keluarga Atmaja. Vira meletakkan tas dan bukunya, lalu dia hendak duduk di jok belakang.
"Kamu pikir aku supir, duduk di depan!" ujar Azzam lantang, seketika Vira mendongak kaget mendengar suara Azzam. "Kakak dan adik sama saja. Selalu membentak bila berbicara. Kenapa aku harus berurusan dengan dua orang ini? Seandainya bukan demi ibu, aku tidak akan ikut dengannya. Apalagi duduk berdua di dalam mobilnya. Kemarin adiknya yang memaksa dan demi Nadya aku bersedia. Kapan aku lepas dari kakak dan adik yang arogant ini?" batin Vira sembari mengelus dadanya. Azzam hanya melihat sikap Vira yang terkejut mendengar perkataannya. Dengan santai Azzam duduk di balik kemudi. Vira masuk ke dalam mobil dan duduk di depan.
"Pakai sabuk pengamanmu, aku tidak ingin ditilang. Kita akan mampir di supermarket. Mama meminta membeli beberapa bahan makanan!" ujar Azzam dingin, Vira hanya diam tak menanggapi perkataan Azzam. Vira terlanjur tidak suka dengan cara bicara Azzam.
Lama keduanya terdiam, tak ada yang berniat membuka percakapan. Azzam fokus mengemudi, sedangkan Vira membaca buku yang dibawanya. Sekilas Azzam melirik Vira yang tidak tertarik padanya. Baik Vira dan Azzam hanyut dalam pikiran masing-masing.
Sekitar setengah jam lebih mengemudi. Azzam sampai di supermarket 24 jam di wilayahnya. Azzam mencari tempat parkir, lalu meminta Vira mengikuti langkahnya. Tepat di depan supermarket, Azzam memberikan ponselnya pada Vira. Dengan ragu Vira menerima ponsel Azzam.
"Daftar belanja ada di ponselku. Kamu masuk ke dalam sendirian. Aku belum sholat isya, setelah selesai aku akan mencarimu di dalam. Beli semua yang tertulis, jangan ada yang terlewat!" ujar Azzam dingin, Vira mengangguk mengerti. Azzam berjalan menjauh mencari masjid terdekat. Sedangkan Vira masuk ke dalam supermarket. Tanpa sadar, Vira menoleh memutar tubuhnya 180° menatap punggung Azzam yang berjalan menjauh darinya.
"Dibalik sikap dingin dan arogantnya, ternyata dia laki-laki yang teguh memegang imannya. Aku telah salah menilainya, penampilan dan kekayaannya tidak membuatnya lupa akan agamanya. Maafkan aku tuan! Aku tidak mengenalmu, tapi aku telah berburuk sangka padamu. Laki-laki sepertimu, pantas mendapatkan makmum dunia akhirat. Semoga tuan mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat!" batin Vira sembari menunduk. Tangannya meremas ponsel milik Azzam. Vira kagum akan sosok Azzam. Bukan karena harta, tapi imannya.
Agghhhmmm
Terdengar suara deheman Azzam. Seketika Vira mendongak, dia mundur beberapa langkah ke belakang. Vira terkejut saat melihat Azzam berdiri di depannya. Azzam merebut ponsel dari Vira. Tanpa sengaja tangan Vira tersentuh oleh Azzam.
"Bukannya belanja, malah melamun. Seharusnya kamu memanggilku, jika tidak bisa membuka ponselku. Malah kamu diam saja!" ujar Azzam kesal dan ketus, lalu mengubah pengaturan ponselnya dan memberikannya pada Vira.
"Tidak pantas bila aku mengganggu orang yang akan beribadah. Aku bisa menunggu sampai tuan datang, tapi belum tentu sholat bisa menunggu tuan!" sahut Vira, lalu masuk ke dalam supermarket.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Beci Luna
Vira anak yg cerdas,lg soleha...semoga dpt jodoh yg baik ya ...
2022-03-05
0
pie2t@26
suka suka suka🌺🌺🌺🌺🌺
2021-08-17
1