Setiap enam bulan sekali, Anthony selalu mengadakan tes untuk kedua anaknya, yang seperti biasanya ia selalu adakan di Rusia dikediaman pribadi utamanya.
Tidak lain adalah untuk melihat bakat dari kedua anak-anaknya, dalam hal bidang ilmu kemampuan beladiri, memanah, berkuda, berburu, menembak, dan cara menggunakan pedang.
Semua hal tentang kemampuan beladiri, ia ajarkan dengan sangat ketat kepada kedua anaknya, terutama putrinya, karna seorang wanita, menurutnya sangat rentan terhadap keselamatan mereka sendiri.
Tidak jarang pelajaran yang ia dapatkan lebih keras dari pada Andrean kakaknya.
Kali ini, Anthony mengambil sebuah keputusan besar, yaitu untuk mengijinkan Jesslyn keluar dari tekanannya sendiri, melihat Jesslyn yang sudah tumbuh dengan dewasa, ia perlu membiarkannya sedikit melihat-lihat luasnya dunia, dan kerasnya dunia ini kepada mereka, terutama kepada yang lemah, dan tidak memiliki kemampuan apapun, mereka hanya bisa menjadi mangsa yang kuat.
Karna itulah, slama ini Jesslyn tidak pernah diijinkan keluar dari kediamannya oleh Anthony, kecuali ke Universitasnya.
Hanya dengan lulus tes kali ini yang bisa membuat Jesslyn agak terbebas, untuk memiliki kelonggaran ketatnya hidup yang ia jalani.
Berbeda dengan kakaknya, Andrean sudah lolos beberapa kali tes terlebih dahulu, karna memang usia mereka terpaut empat tahun lebih tua.
Dan Andrean sedikitnya membuat Anthony berpikir bahwa anak lelakinya memiliki kedewasaan dalam memutuskan sebuah keputusannya sendiri.
Walau sedikit mendapatkan kelonggaran dalam hal lingkungan dan pergaulannya, tetapi tidak membuat Andrean berleha-leha dalam segala pendidikan dan pembelajaran yang ia dapatkan.
Bahkan sering sekali Andrean sangat bekerja dengan keras tentang pisiknya dan pelatihan-pelatihan beladirinya, sehingga membuat Anthony melonggarkan sedikit waktunya dan tekanannya terhadap Andrean.
Setelah ia mengalami sebuah guncangan hebat dalam hidupnya, ia baru sadar kemampuannya masih sangat jauh, kehidupan dunia keji yang tanpa sengaja pernah ia lihat, begitu sangat keras dan menakutkan baginya.
Hanya yang berkemampuan tinggi, yang bisa melindungi dirinya sendiri, tanpa menunggu bantuan dari orang lain, terutama ayahnya.
\*\*\*\*\*\*\*\*
Pagi hari, pukul 08.30 Kanada
Anthony yang sedang duduk diruangan kerja pribadi miliknya, yang ada dikediamannya, tengah terdiam merenung, dan sesekali ia mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja, ia sedang berpikir panjang untuk masa depan putrinya, takut-takut ia salah langkah dalam hal mengambil sebuah keputusan, berkali-kali ia menghela napas panjang yang sangat berat.
"Andrean, pulanglah besok ke Rusia.!"
Ucap Anthony yang seketika langsung melakukan panggilan telepon kepada Andrean, sementara Andrean saat itu memang tengah berada di Amerika.
"Ada apa, ayah.?"
Ia bertanya diujung telepon kepada Anthony dengan bingung.
Sebenernya Andrean sangat tahu dengan jelas, kalau lusa adalah, hari dimana diadakannya sebuah tes untuk adiknya, yang selalu diadakan setiap enam bulan sekali.
Akan tetapi Andrean berpikir, Itu adalah tes untuk adiknya, bukanlah untuk dirinya.
"Lalu untuk apa aku menghadiri acara itu, bukankah itu sudah hal yang biasa Ayah lakukan.?' Ucapnya dalam hati sedikit berfikir.
"Lusa adalah tes untuk adikmu." Sahut Anthony tegas.
"Aku tahu itu Ayah, memangnya semua itu apa hubungannya denganku.?" Jawab Andrean diujung teleponnya dengan sangat santai.
"Kamu akan pulang atau tidak.?"
Tanya Anthony tegas dengan sedikit nada suaranya yang agak kesal.
Mendengar suara ayahnya yang agak meninggi, Andrean malah berpikir ingin secara sengaja untuk membuat ayahnya jengkel dan kesal, menurutnya, itu hal yang menyenangkan ketika mendengar ayahnya yang frustasi dengan tingkah lakunya.
"Tidak, aku sedang sangat sibuk, di kantor sedang banyak sekali pekerjaan yang harus aku urus dan aku selesaikan secepatnya."
Ujar Andrean membantah ayahnya dengan menggerakkan dahinya sendiri.
"Haih...." Anthony sesaat menarik napas sangat panjang dan berat, "Apa menurutmu ayah tidak tahu.?" Ujar Anthony pada intinya.
Karna memang sebenarnya Anthony tahu, kalau pekerjaan Andrean di kantor sedang sangat longgar, secara Anthony selalu tahu apa yang dilakukan oleh anak-anaknya.
Ia secara khusus mengirimkan beberapa anak buah kepercayaannya untuk mengawasi gerak-gerik putranya yang sedikit bersikap playboy itu.
"Baiklah, baiklah, aku tahu ayah tahu segalanya."
Andrean sudah bisa menebak dengan kebiasaan Ayahnya sendiri, yang tidak akan melewatkan hal sekecil apapun.
"Aku tidak akan pulang, kecuali... ayah memberi tahukan aku ada apa.!" Tegas Andrean dengan nada ngeyelnya.
"Setelah tes awalnya Jesslyn selesai, kamu akan jadi lawan tanding adikmu, untuk penentuan tes.!" Ucap Anthony santai dengan nada memerintah.
"Apa.?"
Andrean kaget mendengar ucapan Ayahnya. "Yah, apa kau serius.?"
"Jesslyn itu perempuan, dia juga belum terlalu dewasa." Sambung Andrean menegaskan Ayahnya.
"Memangnya siapa yang bilang bahwa adikmu bukanlah perempuan."
Jawab Anthony dengan nada nyeleneh diujung teleponnya.
"Yah, bukan itu yang aku maksud."
Jawab Andrean dengan suara ngegasnya yang meninggi.
"Apa kamu meragukan kemampuan Adikmu.?"
Jawab Anthony cepat dengan nada suara sinis dan meremehkan dirinya.
Sebenernya Anthony melihat kemampuan putrinya meningkat pesat selama satu tahun terakhir ini, dan Jesslyn ia slalu merengek kepada Ibunya, kalau dia ingin mendapatkan sedikit kebebasan seperti layaknya anak muda seusianya.
"Baiklah, baiklah."
Andrean menjawab sambil menarik napas panjang, ia hanya bisa pasrah dengan keputusan ayahnya sendiri, kemudian ia menutup sambungan teleponnya.
\*\*\*\*\*\*
Malam hari
Tok, tok, tok.
Jesslyn mengetuk pintu ruangan kerja pribadi ayahnya. "Yah, ini Jesslyn."
"Masuklah.!" Ujar Anthony menjawab dari dalam ruangannya.
Pintu terbuka, Jesslyn melangkah masuk mendekati arah tempat duduk dimana ayahnya berada.
"Duduklah.!"
"Yah, ada apa? tadi ibu bilang ayah memanggilku.?" Tanya Jesslyn kepada ayahnya, ia bertanya-tanya didalam hatinya sendiri dengan gundah.
"Ini pasti tentang tes lusa, atau, apakah aku membuat sebuah kesalahan *dimata a*yah.?"
Sebenernya Anthony bukanlah tipe ayah yang sangat galak, mungkin bisa dibilang lebih tepatnya tegas saja, hanya saja, saat itu jesslyn melihat raut wajah ayahnya yang sedang serius, membuat ia berpikir yang tidak-tidak.
"Lusa adalah tes seperti biasa untukmu.! " Ucap Anthony dengan nada serius.
"Ya, aku tahu."
Ujar Jesslyn menjawab dengan cepat.
"Memangnya apa bedanya? lulus tes juga, tetep saja aku tidak bisa kemana-mana." Pungkasnya dalam hati Jesslyn.
Sebenernya Jesslyn sudah lulus tes dari ayahnya 2x, akan tetapi, menurutnya, kemampuannya masih kurang, karna antara latihan dan pertarungan yang sesungguhnya sangatlah jauh berbeda.
"Kalau kamu lulus tes kali ini, Ayah akan mengijinkanmu melakukan apapun yang kau mau, tapi---" Sebelum Anthony selesai bicara, Jesslyn sudah terlebih dahulu berteriak dan memeluk erat tubuh ayahnya.
"A A A A A H H H H, ye, benarkah.?" Jesslyn dengan raut wajahnya yang sumbringah.
"Hem... dengarkan dulu ayah sampai selesai bicara.!" Ujar Anthony menjawab dengan nada memerintah, sembari memicingkan ujung bibir dan matanya.
"Hehe, baiklah."
Jesslyn segera kembali ketempat duduknya, dan bersikap patuh, seperti seekor kucing yang akan mendapatkan ikan.
"Asal, kamu tidak melebihi batas.!" Sambung ucapan Anthony.
"Iya Ayah, aku tahu, aku bisa menjaga diriku sendiri." Ucap jesslyn menjawab dengan sangat yakin.
"Baiklah, kembalilah kekamar kamu.!" Ujar Anthony
Jesslyn hanya menganggukkan kepalanya.
ia berjalan keluar dari ruangan ayahnya, akan tetapi, sebelum ia melangkah jauh, ayahnya berbicara kembali. "Oh iya Jesslyn, tes kali ini agak berbeda, ayah hanya mengingatkan kamu saja."
Sambung Anthony dengan suara dan wajahnya yang mengejek putrinya.
Jesslyn menatap ayahnya seraya mendengus kecil, dan memicingkan ujung bibirnya. "Berbeda? memang apanya yang berbeda, aku ini sudah terbiasa ditindas oleh ayah, Huh."
Jesslyn menjawab dan berbicara sendiri sambil berjalan semakin menjauh dari ruangan ayahnya tersebut, akan tetapi ayahnya masih bisa mendengar ucapan putrinya itu.
Sementara Anthony hanya bisa tersenyum tipis, dan menggelengkan kepalanya, mendengar ucapan dari putrinya yang samar-samar.
.......
.......
.......
.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Johnson Kapantow
wajar dan pantas...👌
2021-10-31
0