Nadhila setelah mengantarkan makanan dan minuman untuk Direkturnya, kini Nadhila sedang duduk di meja kerjanya dengan terus mengambil napas untuk mengurangi rasa jengkelnya.
Nadhila sabar
pekiknya di dalam hati.
Jam istirahat kantor pun tiba, Nadhila ingin bergegas menuju kantin dan berniat akan megajak Rere, namun Rere sudah tidak ada di ruangannya.
Nadhila pun kembali dengan langkah gontai.
Akhirnya Nadhila pergi sendiri ke kantin, tiba -tiba karyawan laki-laki lain melihat Nadhila dengan terus tersenyum, yang tak lain mereka mengagumi Nadhila.
Nadhila kini duduk makan sendiri di meja nya. tiba-tiba Ricky duduk di depan Nadhila.
"Dhila, kamu maka sendiri?" Tanya Ricky.
"Ya tentu aku makan sendiri, aku dah Gede Rick.." Jawab Nadhila dengan menyendok makanannya.
Ricky malah tertawa mendengarnya.
"Ada yang lucu?" Nadhila bingung dengan Ricky yang tertawa.
Ricky mengangguk.
"Dhila maksud aku, kamu makan gak ada teman nya gitu?"
Nadhila pun menggeleng.
"Tapi sekarang kamu mau temenin aku makan kan?" Ucap Nadhila polos.
"Kalau kamu tak keberatan." Ricky mengatakan nya takutnya Nadhila lagi pengen sendiri.
"iya silahkan aja Rick.." Ucap Nadhila yang mulai menyedot minum nya.
Ricky pun tersenyum.
Bagi Ricky ini baru pertama Ricky memberanikan diri mendekati Nadhila.
"Eh iya Rere di sebelah mana ya Rick..?" Tanya Nadhila. Dengan Mata Nadhila beredar mencari keberadaan Rere.
"Kirain kamu lebih tahu Dil..." Ucap Ricky. yang membuat Nadhila bertanya-tanya.
"Lebih tahu apa maksudnya?" Tanya Nadhila lagi.
"Tadi pas mau masuk waktunya kerja, Rere pamit ke pak Gilang manager kita. Rere ijin pulang karena Nyokapnya tiba-tiba Masuk Rumah sakit." Jelas Ricky.
"Aku hari ini sibuk banget Rick, sampai gak liat ponsel.." Nadhila berucap dengan Lirih.
"Gimana kerja pertama kamu sebagai Sekretaris pak Hessel, Dhil.. Lancar kan?" Tanya Ricky.
"iya Lancar Rick.." Nadhila tersenyum kecut.
Tidak Mungkin Nadhila menyebutkan baru saja mulai kerja Pak Hessel sudah membuat Nadhila menangis.
Terdengar Suara Adzan Dzuhur.
"Rick maaf ya Aku duluan,,, aku mau ke mushola dulu." Nadhila sambil berlalu.
Seperti biasa jika seorang Muslim ketika mendengar adzan, ia akan Langsung bergegas berwudhu dan melaksanakan shalat. Karena lebih besar pahalanya jika seorang Muslim mengerjakan tepat pada waktunya.
Begitu pun dengan Nadhila ia selalu mengerjakan kewajiban nya tepat pada awal waktunya.
Hessel sedang Berjalan di Lorong lantai lima ia sengaja ingin melihat sendiri bagaimana tata letak ruangan kerja di lantai itu, Hessel mulai memeriksa dari ruang OB dan Pantry, Hessel memanggil ketua OB dan berbicara kepadanya untuk meletakan alat alat kebersihan dengan rapi, dan sesuai tempatnya.
Kini Hessel berdiri di depan Ruangan yang merupakan Ruangan Divisi keuangan. Hessel melihat dan menilai baginya ruangan itu sudah rapi dan menurutnya pas, Hessel pun berlalu.
Kini ia berjalan akan mendekati Ruangan HRD, namun langkahnya sedikit pelan. Hessel pandangan nya beralih ke arah Depan yang ternyata Nadhila sedang berjalan dan terlihat Tio di belakangnya.
Hessel Melihat Nadhila dengan pandangan yang susah di artikan. Hessel pun memutuskan memanggil Tio.
"Tio..." Panggil Hessel.
Tio pun yang masih berjalan, langsung cepat mengambil langkahnya.
Dengan gerak yang seperti menyapa Nadhila yang didepan ingin di laluinya.
"Iya pak. " ucap Tio setelah sampai di hadapan Hessel.
Tapi pandangan Hessel, terarah ke arah Nadhila yang berjalan menunduk.
"Ruangan mu dimana?" Tanya nya.
"Oh ya kebetulan itu.. Ruangan saya. yang baru saja Nadhila masuk.." Tunjuk Tio sopan.
Hesselpun bergegas masuk ke dalam ruangan yang di tunjukan Tio, di lihatnya Nadhila yang sedang fokus pada komputernya tanpa tahu ada dua makhluk sedang memperhatikannya.
"Ekhemmm...." Hessel Berdehem.
Tapi Nadhila masih dengan fokusnya.
"Nadhila..." Kini Tio yang bicara.
"Iya pak Tio.." Dengan Wajah Nadhila yang masih lurus ke komputernya.
Tio pun bingung untuk bicara, karena Hessel pun tidak memberikan perintahnya.
"Pindahkan Meja dia, ke dalam ruangan Saya" Ucap Hessel.
Yang Membuat Nadhila mendongak dan melihat ternyata sudah ada Duo manusia kaku menurutnya.
"Maaf pak, saya tidak tahu kedatangan bapak ke ruangan ini." Nadhila berdiri dengan sedikit membungkukan Badannya.
Hessel hanya memberi sedikit anggukan.
"Maksud bapak, Ruangan Nadhila di pindahkan?" Tanya Tio memastikan.
Dan membuat Nadhila sedikit melotot kan matanya.
"Iya pindahkan ke ruangan saya," Hessel sambil berbalik berlalu menuju ke ruangannya.
"Iya pak",jawab Tio.
Seperginya Hessel, kini Nadhila menatap Tio.
"Maksud pak Hessel tadi apa pak Tio, meja saya di pindahkan?" Tanya Nadhila
"Iya Dhila, kamu seruangan dengan beliau" Ucap Tio datar.
"Hah... kenapa coba harus di ruangannya?" Nadhila bingung.
"Saya kurang tahu Nadhila, Semoga kamu betah ya. dan jangan nangis seperti tadi pagi" Ucap Tio dengan senyum mengejek Nadhila.
Nadhila menjawab dengan memberengutkan wajahnya, seakan menambah kelucuan pada wajah Nadhila.
Tio pun keluar, dengan mengacak rambut Nadhila dulu dengan gemas tanpa Tio sadari.
Setelah itu datang dua orang OB untuk menggotong meja Nadhila. dan Tio mengambil Alat komputer Nadhila. Nadhila pun mengikuti dengan berkas berkas di tangannya.
Setelah siap, dan semua selesai Nadhila pun duduk untuk melanjutkan pekerjaannya yang tadi.
Hessel Melihat meja Nadhila di sudut ruangan nya,sedikit tersenyum. namun buru-buru berubah ke wajah yang datar dan dingin kembali.
Nadhila mengecek jadwal Hessel, yang tadi pagi di berikan oleh Tio, di lihatnya ada meeting bersama klien di luar gedung kantor.
"Permisi pak, satu jam lagi jadwal bapak bertemu klien di luar gedung perusahaan" Ucap Nadhila Sopan.
Hessel pun hanya menganggukan kepalanya.
"Persiapkan saja berkasnya, dan bahan persentasi nya" Perintah Hessel dengan wajah Datar.
"Baik pak"Jawab Nadhila.
Nadhila pun kembali ke Mejanya yang hanya beberapa meter dari Meja Hessel, hanya di sekat dinding kaca.
Satu jam pun berakhir, kini Nadhila sedang menelpon Sekretaris Klien nya dengan ponsel milik kantor.
Sekretaris klien nya mengatakan akan mengadakan pertemuannya di sebuah Resto, dan Nadhila pun di beritahukan lokasinya dimana.
Nadhila pun memberitahukan nya kepada Hessel.
Hessel pun bergegas bangun dari duduknya,.
"Pak Maaf ini berkasnya,!" Nadhila menyerahkan Sebuah map.
"Kamu ikut juga!" Perintah Hessel.
"Maaf bukan nya yang seharusnya pergi bersama bapak, adalah Pak Tio?" Tanya Nadhila.
Namun Hessel memberikan jawabannya dengan menatap tajam Nadhila, sontak saja Nadhila langsung tertunduk karena takut.
"Tio ikut. Kamu juga ikut, Agar kamu bisa belajar bagaimana bertemu Klien." Hessel berkata dengan wajah datar. dan berlalu pergi melangkah.
Nadhila pun buru-buru mengekori Hessel.
Hessel langkah nya begitu cepat, Nadhila yang di belakangnya susah untuk menyusulnya.
Terlihat Tio sudah berdiri di ambang pintu Lift, Namun dahinya mengernyit melihat Nadhila yang berjalan di belakang Hessel.
Tio buru-buru memencet lantai satu, seketika pintu terbuka Hessel pun cepat-cepat masuk. Namun Nadhila malah tertegun di ambang pintu lift, dan di tatap Tio seolah bertanya.
"Dia ikut juga"Ucap Hessel tiba-tiba.
Tio pun sekarang mengerti,"Ayo Dhila masuk.."
Nadhila pun menurut, di susul Tio juga masuk ke Lift.
Sesampainya di Loby Kantor, Tio Sudah membuka kan Pintu belakang untuk Hessel.
Namun Nadhila bingung harus duduk dimana, Tio pun seperti mengerti apa yang tengah Nadhila pikirkan.
"Kamu, duduk di depan di samping saya" Ucap Tio dengan pelan hanya Nadhila saja yang bisa mendengarnya.
Nadhila pun masuk, dan Tio juga masuk dibalik kemudinya.
"Dhila, apa Klien memberitahukan mu akan bertemu di mana? Tanya Tio yang sedang Menyetir.
"Iya Pak Tio, Klien meminta Kita bertemu di Resto Sinar Food." Jawab Nadhila Lembut.
"Ok.."Ucap Tio.
Hessel yang sedari tadi memainkan ponselnya, mengernyitkan dahinya setelah membaca pesan dari Rebbeca mantan kekasih Hessel.
Pesan itu mengatakan kalau Rebbeca akan datang ke Indonesia untuk bertemu dengannya.
Bahkan Rebbeca akan tinggal di Indonesia bersama salah satu tante nya.
Bukannya harusnya Hessel senang dengan kedatangan Rebbeca, namun merasa tidak siap karena Rebbeca, Hessel menjadi sosok yang dingin terhadap wanita. Rebbeca meninggalkannya demi Pacar selingkuhannya, dan Hessel sampai saat ini masih merasakan sakit atas Rebbeca.
walaupun masih saja Rebbeca mengirim pesan kepada Hessel. Dan Hessel tidak pernah membalasnya.
Kini Tio memarkirkan Mobilnya tepatnya di Parkiran Resto yang akan bertemu Klien.
Tio cepat keluar, dan membuka kan pintu untuk Hessel.
Nadhila pun sudah berada di luar.
Kini mereka bergegas berjalan yang Tentunya Hessel berjalan di depan Tio dan Nadhila.
Sesuai tempat yang sudah di reservasi, Tio membuka Ruang Resto Vip yang terlihat sudah duduk Salah satu lelaki muda, dan Wanita.
Mereka pun kini sudah duduk. dengan Nadhila di sebelah kiri Hessel, dan Tio sebelah kanan Hessel.
"Mohon maaf jika sudah lama menunggu," Ucap Tio.
"Tidak apa apa pak, kami baru saja di sini." Ucap seorang wanita yang merupakan sekretaris klien nya.
"Bagaimana bila memesan minum terdahulu," Tawar Sekretaris Klien.
"Boleh saja" ucap Tio
Dan di panggil seorang pelayan untuk mencatat pesanan minuman dan cemilan.
"Perkenalkan saya Aldi",Ucap Klien itu Ramah
"Tio, dan ini Direktur kami"Tio mengucapkan serta memperkenalkan sang Direktur.
"Saya Hessel" Hessel menyalami Klien.
Kini Aldi sang Klien menatap Ke Arah Nadhila,
"Dia Nadhila sekretaris Saya" Ucap Hessel.
dan Nadhila pun menyapa, dengan Menangkupkan kedua tangannya di dada ciri khas muslim wanita yang tidak menyentuh lawan jenis.
"Aldi.." Aldi pun mengikuti Cara Nadhila.
Kini Meeting itu di mulai dengan di jelaskan perusahaan Aldi yang di bidang Fashion meminta Hessel untuk bergabung, tentu akan ada keuntungan bagi perusahaan jika saling bekerja sama.
Nadhila kini berpersentasi di depan semuanya.
Dengan Lincah Nadhila menjelaskan jika kerja sama ini tiba tiba batal sebelum tanggal kontrak yang tertera, maka pihak perusahaan Aldi harus memberikan Uang Sansi. Karena Perusahaan Hessel akan memberikan merk brand ternama di perusahaan nya, sesuai yang di gandrungi pasaran saat ini.
Aldi terus menatap ke arah Nadhila tanpa berkedip.
Begitupun Hessel, kini melihat sosok Nadhila yang baginya Beda dari wanita lain yang tidak mau bersentuhan dengan lawan jenis.
Nadhila pun kini selesai dengan persentasi nya. dan di sambut tepukan dari Tio, Aldi,Hessel, dan Sekretaris Aldi.
"Bagaimana pak Aldi,?" Tanya Tio.
"Ya Saya setuju, pak Tio. Pak Hessel." Ucap Aldi. kini melirik ke arah Nadhila dengan tersenyum.
Hessel ternyata memperhatikan Aldi yang terus tersenyum menatap Nadhila.
Sedangkan Nadhila sedang mendengarkan apa yang sekretaris Aldi sampaikan.
"Terima kasih, pak Hessel telah berkenan menjalin kerja sama dengan perusahaan saya," Ucap Aldi berjabat tangan.
Kini Hessel, Tio dan Nadhila berjalan ke arah dimana Tio memarkirkan mobilnya.
Seperti biasa Tio membukakan pintu untuk Hessel, namun ketika Nadhila hendak membuka pintu depan.
"Kamu duduk di belakang, bersama saya.." Perintah nya.
Dengan terpaksa Nadhila menurut duduk di belakang di samping Hessel.
Tio pun merasa heran dengan Direkturnya.
Tapi Tio tidak bisa menanyakannya.
Tio cepat masuk dan menancapkan gas nya.
Nadhila yang duduk di belakang merasa keringat dingin, padahal ac mobil sudah begitu sejuk sedari tadi di nyalakan.
Benar-benar Pak Hessel orang yang menyebalkan sekali. Duduk Saja aku di atur-atur.
Umpat Nadhila di dalam hatinya.
Bersambung.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments