Ke esokan harinya Nadhila sudah duduk di meja makan hendak sarapan.
Ibu Nadhila di buat kaget karena tak seperti biasanya dia Sepagi ini sudah bangun bahkan sudah duduk di meja makan.
"Dhila,, apa ibu tak salah lihat, ini beneran kamu nak?" Ibu Nadhila bertanya seraya menggoda sang anak.
"iya ini emang Dhila, ibu... emang ada apa?" Nadhila yang menatap sang ibu yang sedang bingung..
"ibu heran aja, apa yang membuat mu bangun sepagi ini?. padahal baru saja ibu ingin hendak masuk ke kamar mu,untuk ngebangunin kamu." Tanya sang ibu.
"Tentu ada alasan nya bu, tadi Nadhila sengaja pas abis shalat shubuh Dhila gak tidur lagi, langsung mandi dan ya sekarang Nadhila duduk di sini." Ujar Nadhila.
"Dan apa yang membuat mu semangat seperti ini,?" Tanya sang ibu lagi.
"Nadhila, mulai hari ini jadi sekretaris Direktur bu. jadi Nadhila sengaja gak mau telat ke kantor, kalau telat gak lucu kan bu.. ini hari pertama jadi Sekretaris masa iya udah terlambat.." Ujar Nadhila yang mulai menyuapkan Makanan ke dalam mulutnya.
Ibu nya tersenyum, dan bersyukur karena Nadhila naik jabatannya.
"Alhamdulillah ibu senang dengar nya,, terima kasih atas kerja keras mu nak," ibu Nadhila memeluk anak gadisnya dengan menangis haru.
"Maaf ya sayang, kamu harus menjadi tulang punggung keluarga. mungkin bila bapak kamu masih hidup, kamu gak akan seperti ini," Ucap Ibu Lagi dengan menangis.
"Ibu sudah, ini kewajiban Nadhila sebagai anak ibu. dan Nadhila hanya satu-satunya anak ibu, perihal meninggalnya bapak itu semua sudah takdir bu.." Nadhila yang memeluk erat sang ibu pun ikut menangis.
Mengingat Nadhila yang baru masuk sekolah SMA ia harus di tinggalkan sosok sang Ayah karena meninggal ketika mengalami kecelakaan kerja, namun perusahaannya tak memberikan tanggung jawab, perusahaan tempat Ayahnya mengelak menyalahkan bahwa penyebabnya karena Kecerobohan Ayah Nadhila sendiri.
Dari itulah Nadhila walaupun sekolah ia selalu membawa barang dagangan tetangganya untuk di jual, sedangkan Ibunya menjadi penjahit keliling dengan mengayuh sepeda.
Tapi atas kerja kerasnya, Nadhila bisa kuliah hingga lulus, dan bisa diterima bekerja di perusahaan ternama.
Dan sang ibu tidak perlu menjadi penjahit keliling lagi, sekarang ibu Nadhila membuka Usaha Jahitannya di rumah.
Nadhila mengelap air mata sang ibu. Nadhila mencoba tersenyum.
"Ibu sudah ya jangan sedih lagi, dari mulai sekarang lebih baik kita banyak bersyukur. kesusahan apapun itu bentuknya kita pasti akan di beri jalan kemudahan. Dan Alhamdulillah contoh nya kita bu, kita berjuang sama-sama untuk bisa bertahan hidup, sekarang kehidupan kita sudah bisa hidup selayaknya orang lain" Ucap Nadhila dengan tersenyum menyemangati sang ibu.
"Ibu bangga sayang sama kamu,," Ibu Nadhila kagum kepada Anaknya yang pemikirannya begitu dewasa.
Nadhila melirik Jam dinding, sudah menunjukan jam 06:30.
"Ibu,,, Nadhila pamit yaa. mumpung masih pagi takut jalanan nya macet, soalnya Nadhila hari ini gak bawa motor, kemaren ban motornya bocor. dan belum sempat Nadhila bawa ke bengkel." Nadhila tersenyum dan menyalami tangan ibunya.
"pantes aja ibu gak liat motor kamu,, Ya udah hati-hati ya nak" Ucap Sang ibu.
"Assalamu'alaikum..." Nadhila memberi salam dan berlalu pergi keluar rumah.
"Wa'alaikum salam.." Jawab ibu Nadhila.
Nadhila kini sedang berdiri menunggu angkutan kota, namun belum ada yang lewat.
"Nah ituu..." Nadhila berbicara sendiri dan memberikan isyarat agar angkot itu berhenti. tapi di lihat angkot itu penuh, yang tersisa hanya di depan pintunya saja.
Nadhila pun terpaksa menaikinya, di takutkan tidak ada angkot lagi.
Sekitar lima belas menit, Nadhila pun menyetop angkotnya,karena angkot sudah melintas di depan tempat Perusahaan kerja Nadhila.
Nadhila pun memberikan uang sebagai ongkosnya.
Setibanya di ruangan nya Nadhila duduk, dan memainkan ponselnya. di bukanya aplikasi instagram miliknya, sudah beberapa hari menurutnya belum di buka dan ternyata ada banyak followers masuk, di lihat satu persatu nama akunnya.
Tiba tiba Mata Nadhila melotot melihat Akun yang bernama Hessel W.J. memfollow nya.
Benarkah ini nama direkturnya yang baru,?
Nadhila berbicara sendiri.
Nadhila pun penasaran ia scrolling Postingan Direkturnya itu, tapi tidak bisa karena di kunci privasi.
Huh.... Dasar sombong.
Celetuk Nadhila di dalam hati.
Tak lama Teman Seruangan nya Rere, Bu Siska, dan juga Ricky datang.
"Wah, yang mau jadi Sekretaris udah di sini aja, dari kapan ni Lu berangkat Dhil,?" Ucap Rere si mulut lemes.
"Gue dari subuh udah di sini Re, Puas,!!" Nadhila sedikit ketus sengaja menjawabnya.
"Haha... gak sekalian aja Lu dari waktu Sahur... atau pas sepertiga malam" Celetuk Rere lagi, yang membuat semua tertawa.
Sementara di ambang pintu ruangan terlihat Tio masuk,
"Pagi..." sapanya.
"Pagi juga pak Tio" Ucap semua serempak.
"Saya ke sini ingin mengajak Nadhila pindah ruangan, apa kemarin pak Gilang sudah memberitahukan tentang sekretaris baru,?" Ucap Tio. menoleh Nadhila.
Nadhila yang di tanyapun menjawab, "Iya pak saya sudah di beritahu.."
"Ya udah sekarang kamu ikut saya," Ucap Tio.
Dan Nadhila pun ikut mengekori Tio dari belakang.
Tio pun sudah sampai di ruangannya, yang mana Nadhila pun akan seruangan dengannya.
"Nadhila ini meja kamu,,, dan itu meja saya," Ucap Tio menunjukan tempat kerja masing-masing.
Nadhila pun mengangguk.
"Apa kamu sudah mengerti, atau sudah tahu apa tugas pekerjaanmu sebagai sekretaris pak Hessel,,?" Tanya Tio.
Nadhila menggeleng,"Saya belum tahu pak, Tolong kasih tahu saya apa saja tugas saya sebagai sekretaris beliau,?"
"Ya sudah, ini sebuah SK tentang tugas kerja kamu. tolong kamu pelajari atau bila kamu tidak mengerti tentang pekerjaan kamu, tanyakan kepada saya,!" Ucap Tio menjelaskan.
Nadhila pun mengangguk seraya bergegas duduk di meja tempat kerjanya.
Di lihat Kertas yang berupa SK itu tentang tugas kerjanya Nadhila,dan mulai ia baca.
Pertama, Nadhila harus menyiapkan bahan untuk persentase jika bertemu klien.
Kedua, Nadhila harus menyiapkan makanan dan minuman untuk Direktur sebelum masuk.
Ketiga, Nadhila harus bersedia ikut serta jika ada meeting mendadak ke luar kota atau luar negeri.
Ke empat, Nadhila harus selalu siap jika bekerja di luar jam kerja untuk menggantikan tugas sekretaris pertama.
Ke Lima, Nadhila harus membuat shedule kerja Direktur.
Nadhila pun selesai membacanya dengan sedikit menghela nafas, menurut Nadhila ada point yang menurutnya tidak paham.
Nadhila bergegas duduk di depan Meja Tio, Tio pun menoleh bahkan menatap Wajah Nadhila yang matanya masih melihat kertas yang habis ia baca.
"Pak Tio, mohon maaf. ini ada yang saya kurang paham tentang point ke tiga,?" Jelas Nadhila.
"Coba saya lihat, oh ini iya saya juga tidak tahu kenapa harus ada point seperti ini, tapi mungkin beliau bertujuan meminta bantuan sekretarisnya jika beliau berada di luar kota atau luar negeri." Tio menjelaskan kepada Nadhila.
"Tapi saya keberatan pak, walaupun itu tujuan beliau untuk meminta bantuan, karena saya seorang wanita tidak terbiasa bepergian dengan lawan jenis," Nadhila mengatakan apa yang Nadhila sedari tadi sampaikan.
Tio pun tersenyum, menanggapi apa yang di sampaikan Nadhila.
"Ya udah nanti saya sampaikan kepada beliau, tentang point yang membuat kamu keberatan,"
"Lebih baik kamu sekarang pelajari ini, saya akan turun ke loby untuk menyambut kedatangan beliau," Ucap Tio Lagi, dan berlalu pergi.
Huhhhh.... Nadhila menghela nafas berat,
Di ambilah berkas yang tadi Tio tugaskan, untuk di kerjakannya.
"Bismillahirrohmanirrohiim..." ucap Nadhila dengan memulai aktivitasnya.
Tio yang sampai di Loby , sedikit membungkukan badannya menyambut sang Direktur.
"Selamat pagi, pak.."
"Pagi.." jawab Hessel.
Dan Hessel pun berjalan di depan Tio, begitupun Tio berjalan di belakangnya.
Di pencetkan Nomor Lantai 5 oleh Tio ketika di depan pintu lift.
ting. . . Dan pintu lift pun terbuka ketika sampai lantai 5.
Hessel pun berjalan, ketika sampai depan ruangannya, dengan cepat Tio membukakannya pintu untuk Hessel masuk.
Mata Hessel melihat sekeliling ruangannya, menatap semua dekorasi ruangannya, Hessel berjalan ke depan pintu yang berada di ruangan nya, di buka nya pintu itu, ternyata itu sebuah ruang kamar tidur.
Kini Hessel sudah duduk di Kursi kebesarannya, Tio pun masih setia tetap berdiri takut Hessel masih membutuhkannya.
"Apa Sekretaris Wanita itu sudah menempati ruangannya?" Tanya Hessel.
" sudah pak," Jawab Tio.
"Suruh dia datang kemari," Perintah Hessel.
"Baik" Ucap Tio, dan berlalu pergi.
Tio pun Hendak masuk ke ruangannya, dan melihat Nadhila sedang serius dengan computernya.
"Nadhila,,, "
Nadhila mendongak kepada Tio, "Iya ada pak,?"
"Kamu di suruh pak Hessel masuk ke ruangan nya,!" Ujar Tio. kemudian Nadhila mengangguk.
Nadhila pun bergegas bangun, dan mulai melangkah untuk masuk ke ruangan Direkturnya.
tok..tok..tok.. Nadhila mengetuk pintu,
dan terdengar dari dalam suara Hessel menyuruh masuk.
Nadhila masuk dengan sedikit tegang,
"Apa bapak memanggil saya?" Ucap Nadhila.
Hessel pun mendongak ketika mendengar suara merdu Nadhila,dan berujar.
"Apa kamu sudah tahu tugas mu apa saja dari Tio,?"
"ya saya sudah tahu," Ucap Nadhila menunduk.
"Kalau begitu, kamu tahu kalau saya sebelum masuk tugas mu apa?" Ucap Hessel dengan memperhatikan Nadhila yang terus menunduk.
Nadhila pun sedikit berpikir, dan ketika mengingatnya mata Nadhila membola.
"i iya saya ingat," Nadhila dengan terbata.
"Kenapa tidak kamu kerjakan?" Ucap Hessel sedikit tinggi.
"ah.. i iya pak maaf, karena saya baru saja membaca nya," Alasan Nadhila dan meminta maaf.
"Tak ada alasan, kerjakan sekarang,!" Tukas Hessel dingin.
"Baik,," Nadhila pun melangkah ingin keluar, tapi Nadhila ingat ia belum tahu minuman apa dan makanan apa yang di inginkan direkturnya.
"Mohon Maaf pak, Bapak suka minum apa dan makanan apa?" Nadhila bertanya dengan hati-hati.
Hessel menatap ke arah Nadhila,yang kini menatap nya.
Pandangan Hessel dan Nadhila pun sejenak terkunci.
Nadhila pun menelan ludahnya, melihat sorot mata tajam Hessel yang menatapnya seakan ingin melahapnya.
"Teh tawar dan Nasi goreng seafood" Hessel berucap dengan wajah datar.
Nadhila pun sudah di luar ruangan, ia bingung dan takut, mengingat sebelumnya ia tak pernah berhadapan dengan orang yang dingin dan juga ketus seperti itu.
Nadhila meminta bantuan kepada Tio.
"Pak Tio tolong saya" Ucap Nadhila seraya masuk dan duduk di depan meja milik Tio, Nadhila matanya sedikit berkaca-kaca. Tio pun yang melihatnya pun panik.
"Ada apa Nadhila, Apa yang terjadi, kenapa kamu seperti mau menangis?" Tanya Tio beruntun khawatir.
"Huaaaaa...." Nadhila pun mengeluarkan tangisnya, Nadhila berpikir biar saja Direkturnya itu menunggu lama, Nadhila saat ini ingin menangis dulu.
"Dhil...Dhila ada apa,?" Tanya Tio panik.
"Pak Tio, saya takut berhadapan dengan pak Hessel. Dia Dingin dan ketus, terus sekarang saya harus menyiapkan teh dan juga nasi goreng seafood untuknya, apa itu saya yang memasak sendiri? atau OB yang membuatkan?" Nadhila mengungkapkan apa yang membuatnya menangis.
"Sabar ya Dhila, beliau memang seperti itu. jangan di ambil hati. kalau tentang makanan ya tentu buatan OB pastinya." Ucap Tio yang sedikit gemas melihat Nadhila menangis, Tio berpikir Nadhila sangat lucu.
"Ya sudah saya mau ke pantry pak.." Nadhila pamit seraya mengelap matanya yang habis menangis.
Nadhila kini di Pantry, Nadhila meminta OB nya membuatkan Nasi goreng seafood untuk Pak Hessel Direkturnya, Nadhila sebari menunggu Nasi goreng jadi, Nadhila membuatkan Teh air anget tawarnya.
Nasi goreng pun sudah jadi dan sudah di tata dalam nampan, Nadhila pun bergegas masuk ke ruangan Direktur dengan seperti biasa mengetuk pintu, dan masuk ketika Hessel sudah menyuruhnya.
"Ini pak Nasi goreng dan teh tawarnya." Ucap Nadhila. dengan menyimpan di meja yang sudah ada sofanya.
Hessel pun bergegas menghampiri, dan duduk di sofa.
Nadhila pun pamit undur diri.
"Kalau begitu saya permisi pak.."
"Tunggu, kamu tetap di dini." Ujar Hessel. dengan mulai melahap Nasi goreng nya.
"Siapa yang masak,?" Tanya Hessel di sela suapannya.
"Ke ketua OB pak.." Ucap Nadhila terbata.
Seketika Hessel menghentikan kunyahannya,
"Mulai besok kamu yang masak,!"
Jeddderrrrrrr.....
Nadhila kaget mendengarnya, kenapa harus ia yang memasaknya. walaupun Nadhila bisa memasak tapi jika hasil masakannya ia hidangkan kepada Hessel sang Direktur tentu Nadhila tak percaya diri, melihat perihal tentang Hessel kesehariannya pasti tidak sama dengan Nadhila.
"Ba baik pak,",Ucap Nadhila pasrah meng iyakan.
Bersambung............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Yuli Ana
bagus aku suka..
2022-08-22
0