BAB 1 (Part 4)

Aku duduk di depan meja rias, cermin di depan hadapanku berwarna kuning, buram sangat buram, namun wajahku tetap dapat terlihat di dalam sana, hidung macung dan mata beloku, tidak ada yang berubah, apakah ini sosok Meng JiangNv? Kenapa begitu mirip denganku? Ibu membantuku memakaikan pernak-pernik di atas kepalaku, dan aku hanya melamun menatapi diriku di depan cermin. "Kamu terlihat sangat cantik, anakku." Begitulah puji ibu. Melihat baju merah polos yang aku pakai, aku pun tersenyum kecil. "Terima kasih," ucapku. Terima kasih sudah menyiapkan segalanya untukku, walau aku bukan anakmu, tetapi aku mewakilkannya untuk berterima kasih kepadamu, Anda adalah ibu paling baik yang aku temui selain ibuku sendiri.

"Sudah.., biar ibu pakaikan penutup kepala ini, dan kita keluar." Ibu mengambil sebuah kain merah dan mulai menutupi kepalaku, setelah kain itu sudah mulai menutupi kepalaku, hatiku merasa semakin tidak tenang. Menurut cerita sejarah, di malam pernikahan, para prajurit akan menangkap kakak. Apa yang harus aku lakukan? Aku terdiam cukup lama di dekat pintu sebelum menginjak keluar. Di balik kain merah tipis yang menutupi kepalaku, aku dapat melihat kakak dengan jelas, walau rambutnya sangat panjang, namun dia tetap terlihat tampan, dia memakai baju merah polos memegang sebuah bola merah, aku sepertinya tahu bola itu untuk apa, biasanya pengantin perempuan dan laki-laki akan memegang tali di kedua sisi bola itu dan menjalankan tradisi penikahan. Aku berjalan ke dekat kakak, senyuman kakak begitu lebar, aku tidak dapat membayangkan jika akan menikah dengannya.

Setelah kedua orang tua duduk di depan altar, aku dan kakak mulai bersujud sembah, menjalankan tradisi pernikahan pada zaman dulu. Aku juga tidak berani membayangkan setelah ini apa yang akan terjadi. Apakah kakak akan membawaku ke kamar dan kami akan saling terdiam hingga para prajurit itu datang menangkap kakak? Tidak, tidak boleh, aku harus memikirkan cara untuk menolong kakak sekarang. Di tengah lamunanku, tanpa sadar kami sudah menyelesaikan tradisi ini, kakak mulai membawaku ke kamar. Hari mulai gelap, hari ini, apakah kakak akan ditangkap? Bagaimana aku menolong kakak, Tuhan, tunjukkan jalan untukku.

Kakak membawaku duduk di pinggir kasur, dari balik kain yang menutupi kepalaku, aku dapat melihat dia duduk di sampingku dan terus menatapiku. Tidak lama kemudian dia mengulurkan tangannya untuk membuka kain di kepalaku.

"Kamu begitu cantik." Begitulah pujinya, kata-kata tersebut membuatku teringat dengannya kakak yang suka memujiku juga, dia selalu membanggakanku di depan hadapan teman-temannya, itu membuatku merasa sangat senang.

"Kak..," panggilku. Aku ingin menceritakan kenyataan bahwa tidak lama lagi prajurit akan datang menangkapnya, namun mulutku tidak dapat mengeluarkan kalimat-kalimat seperti itu, dia pasti akan mengira jika aku sudah tidak waras, namun jika tidak mengatakannya, kisah tragis di dalam sejarah akan terulang bukan?

"Iya?"

"Ayo.. kita pergi dari sini, kamu harus segera pergi dari sini sebelum terlambat." Mungkin kata-kataku terlalu ambigu hingga dia terbengong menatapiku. Aku langsung memegang kedua tangannya dan menariknya bangun. "Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskan, namun kakak kamu harus percaya padaku, malam ini juga kita harus pergi dari sini, jika tidak.." kata-kata yang menyakitkan, bagaimanapun aku mencoba, dia tetap tidak bisa keluar dari mulutku.

"Jika tidak kenapa?" Pertanyaan kakak, tatapannya, sebuah tatapan yang sudah lama tidak kujumpai, tatapan itu mengingatkanku pada pertama kali aku ingin bersekolah di Shanghai dan kakak menatapku seperti itu, dia mengerutkan keningnya dan menatapku dengan galak bahkan begitu banyak pertanyaan tertulis di atas wajahnya.

Tidak lebih dari lima menit, di luar sudah terdengar begitu banyak langkah kaki dan teriakan seorang di luar sana. Prajurit, iya itu pasti prajurit. Aku tidak ingin kakak ditangkap, ya Tuhan.. bagaimana ini.

"Kakak," panggilku memegang tangan kakak dengan erat.

"Jangan takut, ada aku," ucap kakak menghiburku. 'ada aku' kata tersebut selalu kakak ucapkan ketika aku ketakutan, aku lagi-lagi hanyut dalam lamunanku, apakah kakak di depan mataku benaran kakakku? Kenapa setiap gerak-geriknya begitu mirip.

"Kamu tunggu di sini, biar aku yang keluar." Kakak melepaskan tanganku dan ingin berjalan keluar, namun aku langsung menariknya, aku menatapnya dengan lekat, sangat lekat. "Aku ikut," ucapku.

"Tetapi.."

"Biarkan aku ikut denganmu," sela-ku cepat. Aku tahu kakak mengkhawatirkanku, namun yang lebih aku khawatirkan sekarang adalah dirinya, jika dia benaran ditangkap, maka dia akan mati di tembok China. Jika dia ditangkap, bagaimana dengan MengJiangNv, aku masih harus mengembalikan tubuh ini kepadanya, dan mengembalikan dia seorang kakak yang dapat membahagiakan dirinya, hidup dia di dalam sejarah sudah cukup pahit, aku ingin merubah hidupnya.

"Baiklah," ucap kakak mengandengku erat-erat, kami berjalan keluar menghadap puluhan pasukan di luar, ayah dan ibu juga berada di dekat pintu, mereka sangat ketakutan melihat para prajurit itu mengeluarkan pedang.

"Fan XiLiang, kau sudah melanggar hukum, sebaiknya kau ikut kami pergi atau tidak.. seluruh orang di sini akan dikubur bersamamu."

"Tidak, aku akan mengikutimu, namun jangan melukai keluargaku.," ucap kakak cepat, dia mulai melepaskan tanganku.

"Kakak," panggilku memegang tangannya dengan erat. Aku tidak boleh melepaskannya, jika aku melepaskannya maka semua akan berjalan sesuai takdir.

"Maafkan aku, JiangNv. Kamu jaga dirimu baik-baik, dan juga ayah ibu, tunggu aku pulang. Aku akan kembali dengan sehat."

Kata-kata kakak semua itu hanya omong kosong, jika kakak pergi, kakak tidak akan kembali lagi, air mata mulai berlinang dari mataku, kakak aku mohon jangan lepaskan tanganku, jangan. Bagaimana aku berusaha mempererat tanganku, kakak juga melepaskan tanganku dan pergi meninggalkanku.

"Kakak." teriakku. Aku terjatuh di dekat pintu, melihat kakak pergi dikawal para prajurit, memikirkan kejadian yang akan menimpa kakak selanjutnya, air mataku bagai air mancur yang tidak ada hentinya. Kenapa kisah kakak harus begitu menyedihkan? Di waktu kecil aku merasa cerita Meng JiangNv hanyalah fiksi, siapa yang akan mendapat nasib seburuk dirinya, namun kini aku merasakannya, ini bukan hanya dongeng belaka, namun kenyataan yang begitu menyakitkan.

"Anakku." Ayah dan ibu segera membangunkanku. "Jangan menangis lagi anakku," ucap Ibu menyeka air mata di wajahku. Aku langsung memeluk perempuan tersebut. "Mengapa mereka harus membawa pergi kakak?" pertanyaan tersebut tidak henti-hentinya keluar dari mulutku.

Setelah menangis, aku kembali membersihkan air mataku, hari-hari terlewatkan dengan suram, di samping menjaga kedua orang tua tersebut, aku berusaha mencari cara untuk keluar dari tubuh Meng JiangNv, keluar dari dunia ini. Begitu banyak cara telah aku coba, namun yang aku dapatkan hanyalah luka di tubuhku, ini sangat sakit. Tanpa sadar musim dingin telah tiba, melihat salju yang berturunan membuatku teringat dengan keadaan kakak, aku membawa banyak makanan dan juga pakaian mulai berjalan menuju tembok China. Perjalanan yang sangat jauh, beberapa kali aku hampir mati kedinginan di tengah jalan. Bagaimana dengan keadaan kakak di sana? Apakah kisah buruk sudah menimpanya? Tidak! Tidak boleh! Kakak tidak boleh pergi secepat itu, dia harus menungguku datang mencarinya.

Seminggu terlewatkan, akhirnya aku sampai juga di dekat tembok China. Sebuah tembok yang belum selesai dibangun, ini adalah sejarah, dia benar-benar ada dan nyata di depanku. Melihatnya membuatku terasa asing juga familiar.

"Aku harus menemukan kakak." Begitulah tekatku, aku mulai melihat kesana-kemari mencari sosok kakak. Melihat mereka yang harus mengotong begitu banyak beban, aku merasa kasihan, namun itulah takdir mereka, di tembok China ini, mungkin orang yang sudah ditangkap ke sini hanya dapat bekerja hingga mati dan dikubur di dalam tembok China ini.

"Kakak," teriakku, di tengah angin yang bertiup kencang dan salju yang berturunan, kakiku terasa sakit dan tidak kuat berjalan, aku langsung terjatuh membentur tembok. "Sakit," rintihku. Ingin sekali aku segera terbangun dari lantai berlapis es tersebut, namun ketika melihat sehelai baju yang tidak asing di atas lantai, aku mulai tidak habis pikir. Ini baju yang kakak pakai di waktu pernikahan kami. Astaga apakah ini benaran kakak, apakah ini benar-benar terjadi? Kakak jangan menakutkan aku." Aku berusaha menariknya, badai salju tiba-tiba berkunjung, air mata kembali mengalir dari mataku. "Kakak," panggilku. Karena badai begitu kuat, tembok di sekitar baju kakak mulai runtuh, seluruh pandangan para pekerja mulai mengarah padaku. "Kakak.." Mayat kakak sudah bercampur dengan batu-batu, yang hanya dapat aku liat sekarang hanyalah baju dan juga tangan kakak, aku dapat membedakan tangan kakak, lengannya ada sebuah luka panah, aku memegang tangannya dan menangis sekencang mungkin. Aku membenci takdir, kenapa harus mengambil nyawa kakak? Apa salah dia?! Mungkin karena tangisan dan reruntuhan tembok, para prajurit langsung berlari ke arahku dan mengepungku.

"Tangkap dia!" perintah salah satu prajurit.

Prajurit itu mulai memisahkanku dengan kakak, mereka menangkapku dan menaruh pedang di leherku. "Kenapa merusak tembok?" Begitulah pertanyaan konyol yang dilontarkan sang prajurit. Memangnya aku yang sengaja merusak tembok? Jelas-jelas tembok tersebut rusak sendiri. Tatapanku tidak lepas dari kakak, aku masih tidak dapat menerima kenyataan dari cerita tersebut.

"Kaisar." Seluruh orang langsung memberikan penghormatan ketika seseorang berjalan datang, dia memakai baju kekaisaran yang sering aku lihat di televisi, warnanya hitam namun ada seekor naga besar di atasnya, kaisar tersebut terlihat menakutkan dengan kumisnya, namun dialah kaisar yang dikenang oleh rakyat China sebagai kaisar pertama yang mempersatukan China 'QinShiHuang' (Kaisar Qin Pertama), bagi orang-orang, dia adalah kaisar yang hebat, dia membuat tembok China , mempersatukan China, membuat uang, ukuran, dan juga Terra Kota, namun dialah yang telah membunuh kakakku! Aku membencinya!

"Siapa gadis ini?" tanyanya kepada para prajurit, matanya tidak lepas dariku, aku pun melototinya.

"Gadis yang cantik," ucapnya sambil memegang pipiku. Aku ingin mengigitnya namun dia telah menghindar.

Prajurit di sampingku langsung menamparku. "Dasar tidak sopan!" ucapnya yang membuatku tersenyum meledek.

"Untuk apa bersikap sopan terhadap orang seperti dia?" tanyaku hampir mendapat sebuah tamparan lagi, namun sang kaisar mencegatnya.

"Benar-benar gadis yang istimewa. Bagaimana jika kau menjadi selirku?" tanyanya yang kembali membuatku tersenyum meledek, mungkin sejarah tidak berbohong. Di dalam cerita, kaisar juga menginginkan Meng JiangNv menjadi selirnya, namun Meng JiangNv meminta tiga syarat kepadanya lalu bunuh diri. Mungkin sebelum mendapatkan cara keluar dari tubuh Meng JiangNv, aku sudah harus mati. Aku tidak ingin berbasa-basi di sini, terlebih lagi menjadi selir kaisar menakutkan seperti dia. Setelah mempersiapkan kekuatan untuk bunuh diri, aku menginjak kaki prajurit yang menangkapku dan berlari ke pinggir tembok China lalu terjun dari sana. Mataku terpejam erat-erat, suhu udara di sekitarku meningkat berkali-kali lipat, sejak kecil hal yang aku paling takuti adalah mati, namun kenapa di saat seperti ini, aku merasa hal tersebut adalah sebuah jalan keluar? Aku berharap setelah ini aku dapat terbangun dari mimpi buruk ini, dan kembali menjadi diriku 'XiaoDi'.

Terpopuler

Comments

RHerson

RHerson

menarik sih cuman neneng harus fokus bacanya✌ buat nyari benang merah

2021-09-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!