Setelah berjalan tidak jauh dari rumah, akhirnya kami masuk ke dalam hutan. Begitu banyak ranting kayu. Aku mulai memunggut, begitupun dengan kakak. Aku begitu menyukai pekerjaan ini, apalagi ditemani oleh kakak, kami berjalan semakin jauh dari rumah, hari mulai panas, untung saja pohon-pohon lebat dapat menutupi kepanasan tersebut, kami yang kelelahan memilih duduk sebentar di dekat sungai. Air terjun yang begitu deras, aliran air yang begitu jernih, ini benar-benar sangat indah.
"Aku sangat menyukai tempat ini," teriakku. Sudah lama aku tidak melihat tempat seindah ini. Aku mulai berlari-lari di pinggir sungai, bermain air menari-nari di sana, aku hampir lupa untuk mencari cara keluar dari sini. Di sini terlalu indah, dan aku tidak sendirian, kakak selalu menemaniku, walau dia tidak mengingat apapun tetapi dia tetaplah kakakku. Aku pun menoleh ke arah kakak, gerakanku terhenti ketika menyadari dia telah menatapiku. Senyumannya begitu manis, mungkin orang yang dapat disukai kakak adalah orang yang paling bahagia di dunia ini, namun sayangnya orang itu bukan aku, aku hanyalah adiknya, suatu saat nanti, kami akan memiliki keluarga masing-masing dan aku akan berpisah dengannya.
"Kakak," panggilku menghampirinya. Pinggir sungai ini penuh dengan berbatuan, aku berjalan meninggalkan air jernih dan mendekati kakak, namun aku terjatuh. "Ah..," rintihku, sakit sekali. Batu-batu ini telah melukai kaki dan juga tanganku. Kakak segera berlari ke arahku dan membangunkanku. "Kamu tidak kenapa-napa?" tanyanya segera menopangku ke daratan.
Aku mengeleng pelan, walaupun sebenarnya aku merasa sangat kesakitan.
"Kamu benar-benar tidak apa-apa?" tanyanya memastikan. Melihat wajah kakak, tentu aku tidak dapat berbohong, aku pelan-pelan memegang lututku. "Sakit," gumamku.
"Maaf." Kakak pelan-pelan menaikkan gaunku, ketika melihat kakiku yang sudah memar, dia terlihat sangat panik. Tatapan kakak seperti itu membuatku teringat masa kecil kami berdua, kakak juga pernah mengunakan raut wajah seperti itu ketika aku terjatuh dari atas pohon.
"Ayo kita pulang," ucapnya menyodorkan punggungnya untukku. "Naiklah," tawarnya membuatku melamun. "Kamu sebaiknya naik saja, jika tidak, mungkin kita tidak akan pulang dan lukamu akan bertambah parah jika tidak diobati." Tanpa basa-basi kakak langsung menarik tanganku dan mulai mengendongku. Sambil mengendongku kakak masih harus membawa satu keranjang ranting, aku merasa sangat tidak enak terhadapnya, namun bahu kakak, aku menyukainya, begitu nyaman, sejak kecil aku selalu berpura-pura sakit agar kakak dapat mengendongku, walau kakak tahu aku sengaja, walau kakak selalu meledek aku sangat berat, namun dia selalu mengendongku. "Terima kasih," ucapku.
"Sama-sama."
Aku mempererat pelukanku sambil menyandarkan daguku di bahunya. Alangkah indahnya jika waktu dapat berhenti di sini, di tengah hutan penuh dengan kicauan burung dan juga bau alam yang begitu menenangkan hati, aku menyukai keadaan seperti ini.
"Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan," gumam kakak membuatku segera menatapinya, walau tidak dapat melihat raut wajahnya dengan jelas, namun aku dapat melihat sedikit tatapan matanya, dia begitu serius mengatakan hal tersebut. "Aku berterima kasih kepadanya dapat mempertemukanku denganmu." Ucapan itu hampir membuatku tidak dapat berpikir dengan baik, apa maksud kakak? "Aku menyukaimu, maaf, aku tahu ini aneh, namun di waktu pertama kali aku membuka mata dan melihatmu, aku sudah menyukaimu, aku tidak tahu bagaimana perasaan ini dapat muncul., tetapi aku tahu jika diriku mungkin sudah tidak memiliki masa depan, jadi aku ingin mengatakan hal ini kepadamu sebelum terlambat." Kata-kata tersebut, aku butuh waktu untuk mencernanya. Aku dan kakak memiliki ikatan darah, mana mungkin kami membicarakan soal percintaan, tetapi, di dalam cerita, Fan XiLiang dan Meng JiangNv memang saling mencintai, jika aku merubah alur cerita mereka, apakah Meng JiangNv akan memaafkanku? Jika ini adalah masa lalu kakak sebelum reinkarnasi, lalu aku merusaknya, apakah dia akan memaafkanku juga? Kisah cinta mereka berdua memang tragis, tetapi aku dapat memperbaikinya menjadi lebih indah, aku tidak ingin memisahkan mereka berdua hanya karena aku adalah adiknya yang kini masuk ke dalam tubuh Meng JiangNv. Jika cerita Meng JiangNv adalah kenyataan maka.. mereka hanya memiliki tiga hari untuk bersama bukan? Lalu mengapa aku tidak merestui mereka saja? Benar! Aku harus memerankan peran Meng JiangNv ini dengan baik, dengan begitu kakak akan bahagia, namun jika aku merestuinya, berarti setelah tiga hari, di waktu Meng JiangNv menikah dengan Fan XiLiang, maka Fan XiLiang akan dibawa para prajurit, hingga akhirnya kisah buruk Meng JiangNv akan terulang, tidak.. tidak boleh, kisah masa lalu kakak tidak boleh begitu menyedihkan, aku harus memikirkan cara agar mereka dapat saling mencintai dan kakak tidak tertangkap para prajurit itu.
Tanpa sadar kami sudah kembali ke dalam rumah kayu, kakak menurunkanku dan juga keranjang kayu, dia menceritakan apa yang telah terjadi kepada kedua orang tua . Ayah segera mengambilkan obat untuk mengobatiku.
"Tahan ya anakku," ucapnya dengan lembut mengoleskan obat di lutut dan juga siku-ku. Perih, sangat perih, aku hanya dapat menahannya.
"Maafkan aku tidak menjaga JiangNv dengan baik," ucap kakak segera membungkuk.
Ini tentu bukan salah kakak. "Tidak.., bukan salah kak.. kakak Fan, aku yang tidak hati-hati," sela-ku segera.
Kedua orang tua itu seperti tahu sesuatu, mereka tersenyum. "Kami tidak menyalahkan siapapun, kalian tenang saja." Ucapnya yang membuatku merasa lega.
"Jika begitu, aku ambil ini ke belakang dulu." Kakak mengambil keranjang berisi ranting pohon tersebut berjalan ke belakang.
Ayah menatapiku dengan tatapan seriusnya. "Anakku, apakah kamu menyukainya?" pertanyaan itu membuatku syok, dari mana dia mengetahuinya?
"Dulu kamu tidak seperti ini, jika kamu menyukainya, ayah akan membicarakan hal tersebut dengannya, ayah merasa dia adalah anak muda yang baik, sangat cocok menjadi suamimu." Kata-kata itu lebih membuatku syok, walau ingin membantu Meng JiangNv dan juga Fan XiLiang untuk bersatu, namun apakah ini tidak terlalu cepat? Dan apakah orang zaman dahulu begitu mudah untuk mempercayai seseorang?
Kakak entah dari kapan mendengar kata-kata tersebut, dia segera berjalan keluar dan bersujud di depan ayah. Aku dapat melihat matanya begitu serius. "Izinkan aku menjaga nona JiangNv selamanya." Apakah ini yang dimaksud dengan lamar? Namun apakah ini tidak terlalu sembrono? Aku belum menyetujuinya, aku belum memikirkan cara yang baik untuk menangani permasalahan ini.
"Apakah kamu serius anak muda?" tanya ayah yang membuat kakak mengangguk. "Aku tidak bercanda, aku sangat menyukai nona JiangNv, jika Anda mengizinkan, aku akan menjaganya selamanya, mencintainya dan membahagiakannya." Kata-kata itu, mungkin di zaman sekarang bagaikan omong kosong, namun kata-kata tersebut dapat dengan mudah mendapatkan restu dari kedua orang tua.
"Baiklah jika kalian saling menyukai. Aku harap kamu dapat menjaga JiangNv dengan baik, kami sudah tua, hidup juga hanya tinggal sebentar. Besok adalah hari yang bagus, cocok untuk kalian menikah. Istriku, mari kita pergi menyiapkan barang penikahan." Setelah berbicara, kedua orang tua itu berjalan pergi, aku bahkan belum sempat membuka mulut.
"Ayah, Ibu." Begitulah panggilku, namun mereka tidak mendengarnya.
Kini melihat kakak, aku semakin gugup, aku belum siap sama sekali, namun sudah harus menikah dengannya besok, apakah ini tidak terlalu cepat? Bagaimana aku mencegat cerita malang ini terjadi? Oh Tuhan! Berikanlah aku ilham untuk memikirkan cara menyelesaikan masalah ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments