Anak anak sekolah berhamburan ke luar dari ruangan. Rasa lapar membuat mereka ingin cepat pulang ke rumah. Tak terkecuali Mita dan Alda. Dua sahabat yang selalu lengket bagaikan amplop dan perangko. Berjalan beriringan sambil bercanda, keduanya menuju mobil Alda. Si kakek sudah bisa menjemput, encok yang di deritanya sudah sembuh.
Di dalam mobil, keduanya asyik bercerita sambil menikmati keripik kentang. Alda selalu menyediakan banyak cemilan di mobilnya. Sultan mah bebas. Si kakek kadang ikut juga terkekeh mendengar obrolan kedua sahabat itu.
Seperti biasa, Mita kembali menjelaskan pelajaran yang mereka terima di sekolah. Alda hanya mengangguk pertanda mengerti. Hari ini mereka tidak menonton Drakor karena Mita akan segera pulang. Selain takut kehujanan seperti tadi malam, Mita juga takut kena marah nenek Ratmi. Alda membereskan buku bukunya.
Alda bersorak kegirangan melihat ayahnya yang pulang cepat. Willy dengan santainya langsung duduk di samping Mita. Mita gugup, takut Alda curiga akhirnya Mita berpindah tempat duduk ke samping Alda.
"Ayah, tumben pulang cepat?"
"Ada berkas yang tertinggal tuan putri, sebentar lagi juga keluar. Sudah selesai belajarnya?" tanya Willy melihat tumpukan buku Alda yang sudah rapi.
"Sudah ayah, ini Mita mau pulang."
"Ayah juga sebentar lagi mau keluar." Willy berjalan menuju tangga. Mita sempat melirik, hatinya kembali berdebar tak karuan. Mita memandang Willy yang semakin naik ke tangga. Entah kenapa, di matanya Willy semakin ganteng dan mempesona. Merasa dirinya dilihat, Willy menoleh dan melemparkan senyumnya ke Mita. Mita kikuk dan langsung menunduk.
"Ayah, sekalian aja Mita ikut sampai simpang ya!, kasihan dia kalau jalan. Kalau mau diantar sampai rumahnya juga ga apa apa," kata Alda ketika ayahnya turun dari tangga dan membawa berkas di tangannya. Willy kembali merasakan keberuntungan Willy bersorak gembira dalam hati dan mengedipkan sebelah matanya ke Mita.
"Boleh," jawab Willy singkat.
Alda membukakan pintu mobil untuk Mita. Karena Willy bawa mobil sendiri maka Mita juga duduk di depan.
Setelah keluar dari pekarangan rumahnya, Willy meraih tangan kanan Mita dan mengecupnya lama. Mita merona dan tersenyum tersipu. Kemudian Willy meletakkan tangan Mita di pahanya. Mita tidak menolak. Willy kembali mengarahkan tangan Mita, tapi kali ini bukan ke paha tapi ke sesuatu yang terletak di antara dua pahanya. Mita yang polos menurut. Willy menggesekkan tangan Mita. Mita terkejut. Sesuatu yang lembek yang disentuh Mita tadi mengeras. Mita bisa merasakan benda itu sekeras batu. Seketika Mita menarik tangannya.
"Om, kenapa bisa keras?.
Pertanyaan Mita membuat Willy terkekeh. Matanya masih fokus memandang ke depan dan kedua tangannya memegang setir.
"Mau lihat?"
Entah karena polos atau penasaran Mita mengangguk.
Willy membuka brankas pribadinya dengan tangan kiri. Agak susah sebenarnya apalagi ada pengikat di sekitar pinggangnya. Setelah bersusah payah akhirnya brankas itu terbuka. Willy mengeluarkan harta berharganya dan menunjukkan kepada Mita.
"Itu ular atau tongkat om?." Willy kembali menarik tangan kanan Mita dan meletakkannya di harta berharganya.
"Tolong dielus baby!. Suara Willy serak, Mita menurut.
"Om gak malu dilihat orang?"
"Kita di mobil, mereka tidak bisa melihat kita dari luar. Lagi baby!. Willy kembali menyuruh Mita mengelus hartanya. Willy sangat merasakan nikmat walau hanya dielus.
"Om kita mau kemana?. Mita bertanya setelah jalan yang mereka lalui bukan jalan menuju rumahnya.
"Ke apartemenku."
"Gak mau om, aku mau pulang.
"Sebentar saja tidak sampai satu jam," jawab Willy santai.
"Tapi benar ya om?. Cuma sebentar. Aku takut nenekku marah." Willy hanya mengangguk.
Dengan mendorong pelan badan Mita, Willy mempersilahkan Mita duluan masuk ke dalam apartemen. Mita takjub melihat seisi ruangan itu. Walau dia sudah sering melihat kemewahan di rumah Willy tetap aja apartemen ini berbeda.
Willy membawa Mita duduk di sofa. Mita bisa melihat gedung gedung pencakar langit dari tempatnya duduk.
"Mau lihat kamarku?.
Mita mengangguk. Willy menggandeng tangan Mita dan membawa ke kamarnya. Setelah di kamar Mita duduk di sofa. Willy mengambil sesuatu dari laci dan memberikannya ke Mita.
"Apa ini om?.
"Lihat aja sendiri." Mita mengambil sesuatu dari paper bag yang ternyata isinya sebuah ponsel yang mahal.
"Ini untukku om?. Willy mengangguk tersenyum.
"Tidak usah om, Alda pasti curiga." Mita menyodorkan kembali paper bag itu ke Willy.
"Kamu kan bisa pake dua ponsel. Ponsel lamamu tetap aja pake seperti biasa. Nah yang ini khusus untuk om." Mita tersenyum dan kembali menerima paper bag. Willy merasa senang dan mengangkat tubuh Mita ke pangkuannya.
Mereka tidak bicara lagi, yang ada bibir keduanya yang saling membelit. Willy pria dewasa yang berpengalaman tentu menginginkan lebih. Tapi Willy menahan diri dan melepaskan ciumannya.
"Om,.kog dilepas?. Mita protes.
"Takut om khilaf baby."
"Om,.kenapa ya, kalau ciuman itu, tubuhku berkedut. Terutama di sini om." Mita menunjukkan bagian bawahnya. Willy merasa geli, tentu saja dia paham apa yang dialami Mita. Mita benar benar polos.
"Itu tandanya kamu bergairah dan ingin dipuaskan," jawab Willy dengan suara yang serak. Sesuatu di dalam tubuhnya menuntut untuk dikeluarkan. Bagaimanapun dia juga ingin dipuaskan.
"Caranya?. Suara om kenapa berubah jadi serak?.
Mita bingung mendengar suara Willy yang serak dan berat.
"Begini."
Willy kembali melakukan pertarungan bibir dengan Mita. Mita yang sedari tadi menginginkannya, membalas lebih rakus dari Willy. Willy ingin membuat Mita puas dan Willy pun melakukannya hanya dengan menggesekkan jarinya di area terlarang Mita. Mita semakin merasakan nikmat yang luar biasa dan...
"Om, lepas dulu aku mau pipis," kata Mita hendak turun dari pangkuan Willy. Willy terus melakukan aksinya sampai Mita merasakan nikmat yang luar biasa.
"Om..om sudah, sudah keluar," kata Mita tersengal. Willy tersenyum dan menurunkan Mita. Tanpa berkata apa apa, Willy langsung masuk kamar mandi.
Mita menormalkan pernafasannya. Nikmat yang pertama kali dirasanya membuatnya malu. Butuh beberapa menit buat Willy untuk menuntaskan hasratnya di kamar mandi kembali duduk di sofa. Mita menutup wajahnya dengan majalah. Dia sangat malu dengan apa yang mereka lakukan tadi.
"Kenapa ditutup?. Willy berusaha melepaskan majalah itu dari wajah Mita, Mita semakin mengeratkan majalah tersebut di wajahnya.
"Malu om."
"Udah buka aja!. Sampai kapan ditutup seperti itu?. Mita akhirnya menyerah dan meletakkan majalah itu di meja. Wajah cantik itu, memerah karena malu.
"Om, tadi di kamar mandi kenapa lama?"
"Ingin tahu?. Mita mengangguk.
"Nanti setelah kita menikah, kamu pasti paham baby," kata Willy sambil membelai rambut Mita.
"Om, serius mau nikah samaku?. Willy mengangguk.
"Tapi aku kan masih sekolah om dan ingin melanjutkan kuliah."
"Tidak apa apa. Tetaplah sekolah. Untuk kuliahmu. Aku akan menanggung semua biayanya sampai tamat."
"Om serius?"
"Iya baby."
"Om, jangan panggil baby donk!"
"Aku akan tetap memanggilmu seperti itu. Karena kamu baby ku dan aku daddy mu," kata Willy lembut. Willy menunduk melihat wajah Mita yang berbaring di sofa dan paha Willy sebagai bantalnya. Willy sangat yakin bahwa Mita akan menjadi miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Waduh ABG labil ternyata gampang diombre!
2022-02-05
0
Mami keyffa
sofia apa kabar 😂😂😂?
2021-09-11
3
karim Ok
wadduuuhhh ikutan berkedut nihhh thor
2021-08-30
1