Berdua

Alda mengamati Sofia yang duduk di depannya. Jelas aura kebencian terpancar di wajahnya. Sofia yang dipandangi seperti itu makin merasa jengkel, ingin rasanya dia mencongkel mata Alda. Sofia mengamati suasana rumah yang luas, dalam hati dia kagum dengan segala yang ada di rumah itu. Selain luas, penataan perabot membuat rumah itu semakin mewah. Alda mencibir melihat Sofia mengamati rumahnya.

"Jangan pernah berpikir, bahwa kamu akan tinggal di sini," kata Alda ketus.

"Tentu, aku tidak tinggal di sini. Aku akan tinggal di rumah yang jauh lebih mewah dari sini. Rumah impian ku dengan mas Willy," kata Sofia santai sambil memandangi kukunya yang berwarna hijau.

"Aku pastikan kau, tidak akan jadi istri dari ayahku," kata Alda dengan wajah memerah Mita yang melihat sahabatnya hampir marah berusaha menenangkannya Alda.

"Alda sayang, cepat atau lambat aku akan jadi ibu tiri mu. Jadi sopan ya anak manis." Sofia berkata lembut yang dibuat buat.

"Bermimpi lah sepuas mu, maka itu tidak akan terjadi," jawab Alda sementara Mita memilih diam takut salah ngomong.

Sofia beranjak dari duduknya berniat menyusul Willy ke kamarnya.

"Jangan sampai salah kamar ya!. Jangan nyasar ke kamarku." Alda berteriak kencang sehingga Willy buru buru keluar kamar. Sofia menghentikan langkahnya ketika dilihatnya Willy berjalan menuruni tangga.

"Siapa yang mau masuk kamarku?" tanya Willy masih di tangga teratas.

"Tante Sofia ayah." Dengan lantang dan merasa menang Alda berkata. Sofia ketakutan karena Willy sudah mewanti-wanti untuk menjaga sikap jika Alda ada. Kini Willy berjalan mendekati Sofia dan tepat di sampingnya.

"Jaga sikapmu di depan putriku." Willy berkata tepat di telinga Sofia dan Sofia mengangguk kikuk.

"Mari kita berangkat!. Mita ayo!. Mita yang sedari tadi menjadi penonton diantara calon ibu tiri dan anak tiri tersebut meraih ranselnya.

"Alda, kalau mau ikut, yuk!.Kita antar Mita sama sama."

"Gak yah, Mita mau tidur aja." Willy mengecup kepala Alda. "Hati hati ayah. Terima kasih ya ayah udah mau anterin sahabatku," kata Alda lagi.

"Iya tuan putri."

Mita dan Sofia berjalan beriringan sementara Willy berjalan di depan. Mita mendengar Sofia menggerutu karena tidak senang Mita menumpang. Mita masa bodoh. "Pantas Alda tidak menyukainya," batin Mita.

Willy mengendarai mobilnya sendiri, supirnya di suruh istirahat. Willy dan Sofia duduk di depan sedangkan Mita duduk di belakang. Mita bisa melihat, berulangkali Sofia mengelus paha Willy. Tapi Willy menepisnya dengan halus. Sofia yang berbuat tapi Mita yang malu. Mita membuang pandangannya ke luar mobil. Beberapa menit dalam mobil ketiganya diam.

"Mas, kog belok?. Bukannya kita antar Mita duluan?" tanya Sofia ketika Willy membelokkan mobilnya.

"Kamu pasti lelah, kamu aja duluan di antar," jawab Willy. Sofia sebel, berharap Mita yang duluan diantar kemudian mereka berduaan dan berakhir di apartemen Willy. Sofia menolehkan kepalanya ke belakang bertepatan dengan Mita yang melihatnya. Sofia melotot seakan berkata ini gara gara kamu numpang. Mita masa bodoh dan membuang pandangan ke luar.

"Mas, aku gak lelah. Biar Mita aja kita antar duluan," kata Sofia membujuk dan mengelus kembali paha Willy. Lagi lagi Willy menepisnya dengan halus. Willy melirik Sofia dengan kesal.

"Aku paling tidak suka di bantah Sofia." Suara Willy meninggi membuat Sofia tidak berkutik. Ingin rasanya Mita tertawa tapi takut dosa.

"Sudah sampai," kata Willy ketika mereka sudah sampai di depan gerbang rumah sederhana bercat putih. Sofia turun dengan diam, menyuruh Willy singgah juga percuma pasti tidak mau. Sofia menutup pintu mobil dengan kesal.

"Mita, pindah ke depan!"

"Tapi om...?"

"Pindah, dari sini saja. Gak usah turun."

Mita pindah ke bangku depan dan Sofia bisa melihatnya dari luar. Setelah mobil Willy berlalu Sofia masuk dengan menghentak kakinya.

Di mobil kini tinggal Mita dan Willy. Willy sering kedapatan melirik ke Mita. Ya Willy terpesona dengan kecantikan Mita. Melihat bibir Mita yang mungil membuat otaknya traveling. Mita juga menyadari lirikan Willy. Terkadang ketika Willy fokus menyetir Mita juga curi curi pandang. Mita merasakan sesuatu yang aneh di tubuh dan di hatinya.

Willy menghentikan mobilnya di tepi jalan. Mita bingung tapi memilih diam. Willy kembali mengamati Mita dari kepala sampai kaki. Mita agak risih.

"Cantik," gumam Willy pelan, tapi masih bisa di dengar Mita. Mita tersipu dan menoleh ke luar mobil. Ketika Mita mau melihat lurus ke depan, pipi kanannya merasa sesuatu yang lembut. Bibir Andre menempel di pipi kanan Mita.

"Maaf om." Mita merasa bersalah dan tidak sopan. Tapi hatinya semakin berdebar. Bahkan tubuhnya menginginkan lebih padahal hanya bibir Willy yang menempel di pipinya. Melihat kecantikan sahabat anaknya Willy tidak dapat menahan diri. Willy meraba pipi Mita. Mita tak kuasa menolak. Tanpa pikir panjang Willy menempelkan bibirnya ke bibir Mita. Masih hanya menempel, Mita terkejut. Ini yang pertama baginya seperti ini. Ketika Mita ingin mendorong tubuh Willy, Willy langsung ******* bibir Mita dengan lembut. Tidak munafik, Tubuh Mita serasa berkedut semua, Mita tidak tahu rasa apa itu yang jelas Mita enggan menolak.

Mita mengikuti nalurinya membuka mulutnya dan mengikuti seperti apa yang dilakukan Willy. Hingga beberapa menit mereka masih bertarung bibir. Willy melepaskan bibirnya dari bibir Mita dan kemudian mengamati wajah Mita. Willy berdebar dan merasa sangat bahagia. Mita malu dan menunduk.

"Ini yang pertama bagimu?. Mita mengangguk dan malu. Wajahnya entah sudah Semerah apa sekarang, belum lagi jantungnya yang berdetak kencang.

Bukan hanya Mita, Willy juga merasa seperti ABG berbeda dengan bersama Sofia. Detak jantungnya juga berdetak kencang mungkin kalah detak jantung prajurit yang mau perang.

Willy membenamkan kepala Mita di dadanya.

"Apakah kamu bisa mendengarnya?. Mita bingung.

"A...a. apanya om?. Mita bertanya dengan tergagap.

"Detak jantungku," kata Willy. Benar saja Mita, bisa mendengar detak jantung Willy. Mita memilih mengangguk daripada bersuara.

"Bukan gombal, tapi itu terjadi hanya denganmu," kata Willy lagi. Mita paham walau Mita juga ini yang pertama mengalami berdebar dengan lawan jenis.

"Mita, maukah kamu jadi kekasihku. Aku serius dan berjanji tidak melewati batas," tanya Willy sambil mengamati wajah Mita.

"Tapi bagaimana dengan Alda om. Pasti dia kecewa punya sahabat kekasih ayahnya," balas Mita.

"Kita rahasiakan dulu. Ada waktunya nanti kita beritahu. Bagaimana. Jangan di tolaknya," kata Willy memohon. Mita mengangguk.

"Makasih sayang, sungguh pertama melihatmu tadi di rumah. Aku sudah tergila gila," kata Willy lagi.

"Sama sama om, sekarang anterin aku pulang om, nenekku pasti sudah khawatir," mata Mita. Willy kembali menjalankan mobilnya. Sepanjang jalan Willy bersenandung, tangan kirinya menggenggam tangan kanan Mita dan hanya tangan memegang setir.

"Om, lepasin tangan aku, fokus aja nyetir. Jangan karena jatuh cinta jadi celaka," kata Mita lembut. Willy mendengar suara Mita yang mendayu Dayu.

Terpopuler

Comments

beybi T.Halim

beybi T.Halim

ogeb aku..,cengo..hah..gitu aja..,

2023-05-29

1

Wiji Lestari

Wiji Lestari

koq iso yo.... kq gelem yo... (bernyanyi 😃)

2022-12-17

0

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Cpt bgt Mita. Ternyata Mita ga kuat menjomblo. Asal jgn nyerahin keperwanan dulu, Mita sblm hll!

2022-02-05

4

lihat semua
Episodes
1 Mita dan Alda.
2 Saling Mengagumi
3 Berdua
4 Guru atau Calon Suami
5 Ponsel
6 Kemarahan Nenek
7 Pria Berkacamata Hitam
8 Apakah Sudah Mengecil?
9 Tentang Sofia
10 Utang Ayah
11 Cemburu
12 Liburan Dadakan
13 Gebetan Baru
14 Perjuangan Rudi
15 Dipaksa Menikah
16 Nino Menggombal
17 Gagal Menikah
18 Bertemu Sofia
19 I Love You
20 Tugas Kelompok
21 Cemburu Ala Willy
22 Tidur Bersama
23 I Love You Too
24 Restu Alda
25 Pertemuan Tidak Terduga
26 Orang Suruhan Alda
27 Tahan, Tahanlah Om.
28 Via
29 Rencana Libur Bersama
30 Hampir Ketahuan
31 Perdebatan
32 Calon Mertua
33 Alda Mengikuti
34 Marah
35 Kecewa
36 Rencana Pertama
37 Hambar
38 Keputusan Alda
39 Makan Malam.
40 Beda Penderitaan
41 Pengorbanan Sahabat
42 Rencana Menikah
43 Akan Seperti Keyla
44 Akan Menangis Darah
45 Benar Benar Polos
46 Pisang Ambon
47 Alergi
48 Billy
49 Teka teki
50 Terungkap
51 Takut
52 Mita dan Keyla
53 Ketulusan Mita
54 Penolakan
55 Permohonan
56 Sisi Lain dari Mita
57 Saling Mencintai
58 Permintaan Mita
59 Saran Mita
60 Penyesalan Mita
61 Benar Benar Egois
62 Rencana Mita
63 Hukuman Untuk Willy
64 Meminta Cerai
65 Bantuan Azriel
66 Kesalahan Kedua
67 Kedatangan Kakek
68 Kesedihan Nenek Ratmi
69 Pelampiasan Kemarahan
70 Hukum Adat
71 Kedatangan Om Restu
72 Penjelasan
73 Persyaratan
74 Tanda tangan
75 Fungsi Yang Sama
76 Penyesalan Willy
77 Sikap Konyol
78 Sepakat
79 Hamil
80 Ketulusan Azriel
81 Bayi tidak Bernama
82 Kecurigaan Willy
83 Bertemu Ayah
84 Bertemu
85 Diterima Dengan Baik
86 Keras Kepala
87 Lelah
88 Karena Ulah Kakek
89 Kata kata Terakhir
90 Sahabat Baru
91 Kesempatan Kedua
92 Pengumuman
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Mita dan Alda.
2
Saling Mengagumi
3
Berdua
4
Guru atau Calon Suami
5
Ponsel
6
Kemarahan Nenek
7
Pria Berkacamata Hitam
8
Apakah Sudah Mengecil?
9
Tentang Sofia
10
Utang Ayah
11
Cemburu
12
Liburan Dadakan
13
Gebetan Baru
14
Perjuangan Rudi
15
Dipaksa Menikah
16
Nino Menggombal
17
Gagal Menikah
18
Bertemu Sofia
19
I Love You
20
Tugas Kelompok
21
Cemburu Ala Willy
22
Tidur Bersama
23
I Love You Too
24
Restu Alda
25
Pertemuan Tidak Terduga
26
Orang Suruhan Alda
27
Tahan, Tahanlah Om.
28
Via
29
Rencana Libur Bersama
30
Hampir Ketahuan
31
Perdebatan
32
Calon Mertua
33
Alda Mengikuti
34
Marah
35
Kecewa
36
Rencana Pertama
37
Hambar
38
Keputusan Alda
39
Makan Malam.
40
Beda Penderitaan
41
Pengorbanan Sahabat
42
Rencana Menikah
43
Akan Seperti Keyla
44
Akan Menangis Darah
45
Benar Benar Polos
46
Pisang Ambon
47
Alergi
48
Billy
49
Teka teki
50
Terungkap
51
Takut
52
Mita dan Keyla
53
Ketulusan Mita
54
Penolakan
55
Permohonan
56
Sisi Lain dari Mita
57
Saling Mencintai
58
Permintaan Mita
59
Saran Mita
60
Penyesalan Mita
61
Benar Benar Egois
62
Rencana Mita
63
Hukuman Untuk Willy
64
Meminta Cerai
65
Bantuan Azriel
66
Kesalahan Kedua
67
Kedatangan Kakek
68
Kesedihan Nenek Ratmi
69
Pelampiasan Kemarahan
70
Hukum Adat
71
Kedatangan Om Restu
72
Penjelasan
73
Persyaratan
74
Tanda tangan
75
Fungsi Yang Sama
76
Penyesalan Willy
77
Sikap Konyol
78
Sepakat
79
Hamil
80
Ketulusan Azriel
81
Bayi tidak Bernama
82
Kecurigaan Willy
83
Bertemu Ayah
84
Bertemu
85
Diterima Dengan Baik
86
Keras Kepala
87
Lelah
88
Karena Ulah Kakek
89
Kata kata Terakhir
90
Sahabat Baru
91
Kesempatan Kedua
92
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!