Sore hari, Mita sudah selesai mengajari Alda membahas soal soal pelajaran dari sekolah yang belum di mengerti Alda, maka di rumah akan diajari Mita kembali. Alda sebenarnya bukan bodoh bodoh amat tapi beginilah caranya dia bisa membantu Mita.
Sebelum Mita pulang, keduanya bersantai di kamar Alda. Sambil telungkup keduanya menonton Drakor dari laptop. Entah berapa bungkus kuaci sudah berpindah tempat ke perut mereka. Mimik mereka berubah ubah sesuai dengan adegan drakor, terkadang sedih dan juga ceria. Adegan sedih bisa membuat keduanya menangis dan adegan bahagia membuat mereka tersenyum malu malu dan terkadang mereka tertawa terbahak-bahak jika adegannya lucu sehingga kulit kuaci yang seharusnya ke keranjang sampah bisa berceceran di lantai dan bahkan di ranjang.
Hari sudah gelap, drakor masih ada beberapa episode lagi yang harus ditonton. Tapi karena waktu tidak mendukung, Mita harus pulang. Sebelum keluar kamar, Mita membersihkan kamar Alda. Berkali kali Alda melarang, tapi Mita tetap mengumpulkan kulit kuaci yang berserakan di lantai. Setelah kamar Alda bersih, Mita ke kamar mandi yang juga ada di ruangan itu. Keluar dari kamar mandi wajah Mita terlihat lebih segar.
Kaki keduanya masih menuruni tangga, terdengar suara petir yang bersahutan dan suara hujan yang menggelegar. Seketika Mita panik, membayangkan bagaimana dia pulang kalau hujan begini.
"Waduh, pake hujan segala tadi, tau hujan ga usah tadi nonton drakor," kata Mita terus menuruni tangga.
"Ya udah, nginap di sini aja," jawab Alda.
"Ga bisa Al, nenekku pasti ke carian."
"Kamu naik taksi online saja ya!. Bentar. Biar aku yang bayar." Alda membuka ponselnya dan memesan taksi online. Tapi pesanannya selalu ditolak.
"Yeah kog, di reject terus sih," kata Alda kesal
" Mungkin karena hujan Al, petir nya ngeri. Hujan juga lebat banget," kata Mita. Sementara petir terus bersahutan.
Mereka duduk di ruang tamu menunggu hujan reda. Mita terlihat gelisah membayangkan neneknya cemas karena dia pulang.
"Bentar Al, biar supirku saja yang ngantar. Dari tadi sudah seperti cacing kepanasan kamu, aku lihat."
"Enak saja, nyamain aku seperti cacing." Mita cemberut sedangkan Alda terkekeh.
"Kan iya, bedanya cacing merayap pake perutnya. Kamu? pantat dari tadi bergeser terus ke kiri ke kanan. Itu itu aja dari tadi seperti pantat bisulan."
"Iya, terus saja. Bentar lagi mau seperti apa lagi kamu bilang," kata Mita kesal.
"Udah tidak usah pasang wajah seperti itu, jelek tau!. Tunggu!. Aku panggil si kakek dulu ke belakang." Alda berlalu dari hadapan Mita. Supir dan pembantu memang tinggal di belakang. Ayahnya Alda membuat beberapa rumah kecil di belakang rumah untuk para pekerja di rumahnya. Supir, pembantu, tukang kebun semuanya tinggal di belakang rumah Alda. Tak berapa lama Alda kembali.
"Alda, si kakek mana?" tanya Mita melihat Alda berjalan sendiri tanpa ada yang mengikuti dari belakang. Mita sudah kenal dengan si kakek karena Mita kalau ke rumah Alda untuk memberi les privat pasti nebeng dengan Alda.
"Encok nya kumat," kata Alda dengan ketus. Mita semakin gelisah, jarum jam terus berputar tapi hujan belum berhenti.
Keduanya terdiam berharap hujan cepat berhenti. Mereka sama sama melihat ke pintu ketika ada suara yang berbicara. Benar Willy ayahnya Alda bersama Sofia masuk ke dalam rumah. Sofia bergelayut manja di lengan Willy. Willy dan Sofia semakin mendekat ke arah Mita dan Alda.
"Putri kesayanganku, hidupku," kata Willy memeluk Alda penuh kasih sayang. Willy memang seperti itu. Kapan dan dimana pun selalu menunjukkan rasa sayangnya ke Alda. Mita tersenyum tidak menyangka Willy masih muda dan tampan. Walau sering dia ke rumah Alda tetapi jarang bertemu dengan Willy. Dalam hati Mita membandingkan Willy dengan ayahnya. Sangat jauh berbeda seperti langit dan bumi. Willy sangat sayang kepada Alda sedangkan ayahnya Mita membuang Mita.
"Alda, ini Mita kan?. Sahabat mu sekaligus guru privat mu?" tanya Willy melihat Mita dari atas kepala sampai kaki. Willy tidak menyangka Mita yang dikenalnya tiga tahun yang lalu ketika melayat ibu, Secantik ini. Dulu pertama melihat Mita masih rata dan pendek. Sekarang, lekukan tubuh bagaikan model profesional dan wajah yang sangat menawan walau polos tanpa make up. Mita yang disebut sebagai guru privat sedikit malu dan canggung. Baginya sebutan guru privat terlalu bagus untuknya.
"Iya ayah, cantik kan?. Sebelas dua belas lah sama putrimu yang cantik jelita ini," jawab Alda penuh percaya diri.
"Iya donk. Putriku sama sahabatnya the best," kata Willy sambil mengacungkan jempolnya. Alda tersenyum puas, Mita tersipu sedangkan Sofia jengkel mendengar kekasihnya memuji kecantikan wanita lain. Keempat manusia berbeda generasi itu kini duduk di sofa.
Tidak mau melihat Sofia duduk dekat ayahnya, Alda langsung duduk di dekat Willy. Willy banyak bertanya ke Mita. Mita menjawab seadanya. Sofia sangat jengkel dan Alda menyadarinya.
"Mas, sebaiknya kamu mandi dulu!" kata Sofia lembut bermaksud supaya mereka cepat berlalu dari ruang tamu. Willy paham maksud Sofia.
"Nanti aja," jawab Willy. Willy tidak mau Sofia mengekornya ke kamar pribadinya. Ini pertama kali Sofia ke rumah Willy, biasanya kalau mereka mau bersenang senang Willy membawa Sofia ke apartemen nya. Willy tidak mau memberi contoh yang tidak bagus kepada Alda.
Hujan belum reda membuat Mita masih di rumah Alda tepatnya di ruang tamu. Alda yang sudah terbiasa dimanja ayahnya. Kini merengek minta ayahnya membelikan apartemen untuknya.
"Untuk apa kamu punya apartemen?. Ini semua milikmu!. Willy berbicara lembut sambil mengelus kepala Alda.
"Biar keren loh ayah. Temanku sudah ada beberapa yang punya." Kata Alda sambil menangkupkan ke dua tangannya. Kalau sudah begini Willy tak kuasa menolak.
"Baiklah, apapun asal kamu senang. Tapi ada syaratnya."
"Apa itu ayah?"
"Lulus dulu SMA dengan nilai yang bagus."
"Oke ayah." Alda tersenyum puas dan menerima tantangan dari ayahnya. Baginya itu gampang. Mita yang melihat Willy sangat menyayangi Alda merasa kagum. Mita pun berandai andai di hatinya.
Sofia semakin jengkel tapi berusaha tersenyum dengan keputusan Willy. Dia sudah berkali kali meminta apartemen dengan berbagai cara ke Willy tapi sampai hari ini Willy belum memenuhi permintaannya. Alda tersenyum puas dan bangga kepada ayahnya yang tidak terlalu mendewakan cinta. Alda tahu apa apa saja yang sudah diberikan ayahnya kepada Sofia.
"Mas, sepertinya hujan udah mulai reda. Aku pulang saja ya!' kata Sofia yang menyesal ikut ke rumah ini.
"Oke, akan ku antar. Tunggu disini!. Aku mandi sebentar," kata Willy.
"Ayah, sekalian antar Mita ya!" pinta Alda ke ayahnya.
"Ga usah om, Alda. Aku naik taksi saja!.Mita menolak agak segan kalau harus di antar Willy.
"Ikut om saja Mita, Ga apa apa. Kamu di jalan Xxx kan?" tanya Willy.
"Tidak om, aku di rumah nenek di jalan Yyyy." Jawab Mita.
"Baguslah. Ikut om saja." Alda tersenyum. Mita mengangguk sedangkan Sofia jengkel setengah mati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Mita Karolina
Kok harus di Willy rada nakal?duhhh Mita kan polos dan masih suci masa bsk dapat barang bekas gak halal
2022-07-01
0
REKHA OZORA
kalo bapaknya jujur: halah nak nak tubuh temenmu bak model sedangkan kamu datar kalo di sandingin berasa gitar spanyol sama papan kayu 🤣🤣
2021-11-30
1
mama aallliiiiimmm
ohm willy tertarik sama pandangan pertama
2021-10-03
0