Bab 5 Disuruh Pulang
Jakarta
Dea.
Aku tidak butuh waktu lama untuk tinggal bermalas-malasan di rumah atau sekedar temu kangen. Toh aku tidak punya teman di sini. Untungnya ada Caca. Dua hari berturut-turut Caca membawaku keliling Jakarta. Tepatnya keliling mall, beberapa kali bunda Aya mengajakku membantunya memasak, sama seperti saat aku kecil dulu.
Tak ada yang berubah dari beliau, tetap lembut dan penyayang. Dan entah mengapa tak ada satu pun orang yang pernah menyebut nama bang Azka, padahal jika mau jujur, aku cukup penasaran, dimana keberadaan orang itu?
Berbeda dengan bang Aufar, setiap kali aku dan Caca menghabiskan waktu bersama, dia selalu sempatkan video call. Kocaknya masih sama seperti dulu, dan satu lagi, dia semakin ganteng dan dewasa. Rasanya sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya.
"Lagi liatin apa, De?" Tiba-tiba suara mama mengagetkanku yang kedapatan memandang ke atas balkon kamar bang Azka.
"Orangnya masih di Jepang kalo kamu mau tau." Imbuhnya.
"Apaan sih ma? Dea gak mau tau, gak penting banget juga." Jawabku kesal lalu pura-pura sibuk menyiapkan kandang untuk kelinci yang baru saja aku beli di pasar.
"Yaaa kali aja tebakan mama benar, kalo tidak yah gak papa juga." Jawab mama lalu beranjak masuk ke dalam rumah.
Kalau dibilang apa aku penasaran dengan bang Azka yang sekarang, bohong kalau tidak. Tapi hanya sedikit, aku hanya penasaran, saat kami bertemu nanti, apa dia akan bersikap ramah seperti bang Aufar, atau dia akan mengacuhkanku.
Sebenarnya aku tidak peduli dengan dua kemungkinan tadi, karena bagiku sudah jelas, bang Azka membenciku. Aku bukan orang yang bisa pura-pura tebal muka, aku sadar diri dan tau diri. Rasa maluku cukup tinggi dan aku tidak ingin dipandang rendah olehnya lagi.
Daripada direndahkan, kan lebih baik menghindar. Aku tidak mungkin menghindarinya selamanya, mengingat pekerjaan dan rumah orang tua kami tetanggaan. Tapi aku bisa meminimalisir pertemuan dengannya nanti.
Harapannya, semoga nanti dapat jodoh orang jauh, biar bisa ikut dengannya kemanapun ia pergi. Sepertinya seru! Asseeekkkkk.
Aku menyusul mama masuk rumah, besok senin, aku akan ikut interview di kantor om Arga, tempat papa kerja juga. Aku sudah ingatkan mereka untuk mengikuti prosedur seperti karyawan lainnya. Gak ada perlakuan khusus, gak mau pake rekomendasi nama besar papa dan om Arga. Pokoknya aku mau diterima bekerja betul-betul karena aku layak dan pantas mendapatkannya.
Ada tiga posisi yang lagi dibuka di kantor papa, setelah diskusi sama papa dan cari-cari info di internet, akhirnya aku putuskan melamar untuk posisi Planning Engineer.
"Kenapa Planner? Gak mau di Engineering Department?" Tanya papa melipat koran yang dibacanya.
"Biar kerjanya kayak CEO gitu loh, pa. Sepertinya keren." Jawabku sambil nyengir.
Papa menggeleng menampakkan senyumnya yang masih terlihat ganteng, "CEO apaan? CEO jadi-jadian!" Papa tertawa keras lalu setelah tawanya reda ia menyeruput kopi hitamnya.
"Iiihhhh.. di-amin-kan napa? Papa nih, ngeremehin anak sendiri juga." Aku bersungut memanyunkan bibir.
"Aamiin.. papa doakan Dea nanti jadi CEO, CEO kandang kelinci. Ha ha ha." Lagi-lagi tawa papa pecah.
Aku beranjak pergi masuk kamar, kebiasaan papa, sukanya bikin aku merajuk. Huuufffttt!!!
Dari dalam kamar, aku bisa mendengar suara Caca memanggilku. Tak lama kemudian pintu diketuk.
"Masuk, gak dikunci."
Kepala Caca muncul duluan tapi tetap berdiri di depan pintu.
"Kenapa, Ca?" Tanyaku lalu bangkit dari tempat tidur dan menghampiri Caca.
"Bunda panggil kak Dea ke rumah."
"Ngapain?"
"Masak katanya." Jawab Caca sambil mengedikkan kedua bahunya.
"Emang mau ada acara apa?" Tanyaku lagi, soalnya baru juga kemarin aku dipanggil bantuin masak, kok sekarang dipanggil lagi.
"Gak ada. Bunda mau masak sama calon menantunya katanya." Ucap Caca sambil mengangkat dua jarinya tanda 'peace'.
Aku dan Caca akhirnya berada di dapur bunda Aya, art di rumah ini tugasnya cuman bagian potong-potong dan bersih-bersih. Bunda Aya yang selalu masak untuk keluarganya, dari dulu begitu.
"Dea udah punya pacar?" Tanya bunda Aya tiba-tiba saat kami menyiapkan bahan membuat brownis kesukaanku.
"Kata bunda kan gak boleh pacar-pacaran." Jawabku manja dan mencoba mengingatkan beliau nasehatnya dulu.
Bunda Aya tersenyum melihatku, "wah..bunda gak nyangka nasehatnya bunda dibawa sampe Makassar." Ucapnya bergurau.
"Kan kak Dea calon menantunya bunda, jadi mana berani pacar-pacaran." Celetuk Caca membuatku malu seketika.
"Ca, apaan sih?" Mataku udah melotot ke Caca.
"Aamiin. Yang mana nih yang Dea suka, bang Aufar apa bang Azka?" Tanya bunda lagi sambil mengerlingkan satu matanya padaku.
"Ih, bunda kayak gak tau aja. Bang Azka mana rela kak Dea diambil bang Aufar. Bisa perang dunia ke 10 kalo kejadian!" Caca benar-benar berhasil membuatku tidak tau harus ngomong apa.
Apa mereka tidak tau bagaimana kelakuan bang Azka padaku dulu?
*****
Jepang
Azka.
Gue bingung, ayah dan bunda tak henti-hentinya memintaku pulang ke Indonesia. Padahal di sini gue udah kerasan banget. So far, karir gue berjalan mulus. Ini juga sedang menangani beberapa project besar yang menantang, jadi sulit bagi gue memenuhi permintaan mereka.
Satu lagi permintaan bunda yang tidak bisa gue penuhi, menikah!
Umur gue masih akhir 24 tahun, gue anak cowok, nikah di usia 30 tahun rasa-rasanya baru pas. Gue belum mau terikat, apalagi kalo jodohnya cewek manja yang bisanya cuman minta diantar kesana kemari. Enggak banget!
Tentu saja gue bakal manjain istri gue nantinya, tapi manjanya yang gak jadi beban, orang mau kerja eh diekorin terus, ditanyain mulu, gak boleh ini itu. Aduh, gue benar-benar belum siap meninggalkan kebiasaan dan hobby gue.
Bagi gue, menikah itu sama seperti pom bensin. Semuanya dimulai dari nol!
Menikah itu berarti benar-benar memasuki fase hidup baru. Gue gak mau hanya istri gue doang yang setelah menikah meninggalkan orang tuanya, meninggalkan hobbynya bahkan meninggalkan karirnya demi gue, lalu gue dengan egoisnya tetap dengan diri gue yang dulu. Gue yang bebas nongkrong dengan teman-teman gue atau gue yang sibuk dengan hobby gue terus istri gue tinggal sendiri di rumah urus anak-anak gue, urus gue bahkan mungkin orang tua gue juga diurusnya.
Kasihan anak gadis orang, gue gak mau memperlakukannya seperti itu, tapi kalau sekarang, gue benar-benar belum siap menjadi pribadi yang baru. Oke, tidak masalah jika memang harus kembali ke Indonesia dalam satu atau dua tahun lagi, asal jangan nikah dulu. Sepertinya ini akan menjadi deal-dealan yang menarik agar bunda tidak mengejar-ngejar gue lagi buat nikah.
Lagian gue juga belum punya calonnya. Belum ada yang klick. Pernah sih suka sama seorang cewek waktu masih remaja dulu, tapi gue udah gak pernah dengar kabarnya lagi. Udah lama juga, mungkin dia sudah menikah, minimal udah punya pacar, jadi kesempatan gue sama dia itu jauh banget. Kalaupun masih single, gak mungkin juga rasanya dia mau terima gue. Soalnya gue udah nyakitin dia. Kalau diberi kesempatan bertemu, gue bakal minta maaf padanya. Beban banget rasanya punya dosa masa lalu, bikin hati gak bisa tenang.
×××××
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Becky D'lafonte
ternyata dulu tuh azka suka sm dea
2023-09-04
0
Coco
hayo nyeselkan si azka
2023-01-08
0
Gilang Hamzah
Suka Dea y Aska??
2021-12-18
1