Untuk urusan di sekolah Gio sebelumnya, aku sudah mengurusnya. Saat aku keluar dari ruangan bu Wati, bel sekolah langsung berbunyi. Anak-anak keluar dari kelasnya masing-masing dengan tertib, setelah itu langsung berhamburan ke taman bermain.
Angel baru saja keluar dari ruangan kelas mengajarnya. Aku terus berjalan menuju arah keluar.
🌺Angel Pov🌺
Daddy Gio kenapa ke sini ya? Apa aku coba tanya saja?
"Pak!" panggilku sambil melambai tangan agar dia dapat meresponku.
Dia menghentikan langkahnya dan melihatku yang sudah berjalan menghampirinya.
"Apa kabar, pak?" tanyaku basa-basi.
"Kabar baik. Ada apa bu Angel?"
Iya yah... Kenapa aku jadi kepo sendiri? Jadi gak enak nih langsung di tanya terus terang gini.
"Aku baru saja mendaftarkan Gio ke sekolah ini," lanjutnya.
"Oh ya? Semoga Gio bisa cepat beradaptasi di sekolah ini bersama teman-teman barunya!" harapku senang.
"Aku harap juga begitu," jawabnya singkat.
Perasaanku agak aneh hari ini. Saat melihat daddy Gio, perasaanku seperti sedang berbunga-bunga. Padahal aku sudah punya pacar, Johan. Apa-apaan sih aku ini? Tapi emang gak dipungkiri kalau daddy Gio gak seperti bapak-bapak pada umumnya. Tampangnya saja masih kelihatan sangat muda dan wajahnya benar-benar tampan. Tidak terlihat seperti sudah punya anak. Kacau nih pikiranku.
"Semoga bu Angel dapat membantuku mengawasi Gio mulai besok!"
"Pasti, pak. Saya akan mengawasi Gio dengan baik," jawabku yakin.
"Kalo gitu, aku permisi dulu," pamitnya.
Sudah mau pulang? Cepat sekali. Padahal pengen rasanya ngobrol lebih lama, tapi bingung juga mau ngobrol apalagi. Kenapa aku jadi agresif gini ya dihadapannya?
"Bu Angel!" sapa salah satu rekan guru perempuan yang datang menepuk pundakku.
"Eh.. bu Uci," jawabku saat melihat orang yang menyapaku.
"Abis ngobrol dengan siapa?" tanyanya penasaran saat melihat kepergian punggung daddy Gio.
"Ooo... itu salah satu orang tua murid siswa baru," jawabku sambil melihat ke arah punggung daddy Gio. "Kemaren aku sempat ngobrol dengan dia dan anaknya. Tapi aku baru tau kalo dia akan pindahin anaknya ke sekolah kita."
"Keren ya papanya," kata bu Uci sambil menyenggolku pelan.
"Ya," kataku sambil tersenyum.
"Tapi sayang sudah milik orang lain," timpal bu Uci.
"Istrinya pergi meninggalkan dia dan anaknya dari umur tujuh bulan," bisikku yang jadinya ngegosip.
"Hah!" seru bu Uci dengan wajah kagetnya. "Beneran?" tanyanya lagi.
Aku hanya mengangguk membenarkan. "Kemaren dia sendiri yang cerita seperti itu, tapi aku hanya sebatas tau itu aja."
"Aku pengen kejar sih, tapi mana mungkin dia mau sama aku yang jelek gini," kata bu Uci merendah.
"Apaan sih bu Uci? Bukannya udah mau nikah ya ama calon suaminya?"
"Hahaha.... Siapa tau aku berjodoh dengan pria itu? Kan mumpung janur kuning belum melengkung. Hahaha..." katanya sambil bercanda yang berhasil membuatku tertawa juga.
Aku masuk ke ruangan guru bersama bu Uci. Bu Wati langsung memanggilku ke dalam ruangannya setelah melihatku. Dia menyampaikan kalau besok ada siswa baru dan akan masuk ke kelasku. Aku hanya bisa menyetujuinya saja. Walaupun itu bukan Gio, tetap saja aku hanya bisa menyetujui apapun keputusan dari bu Wati selaku kepala sekolah.
*****
Gio dengan wajah imutnya datang bersama daddynya. Mereka awalnya bergandengan tangan, tapi setelah melihatku, Gio berlari kecil ke arahku sambil memelukku.
"Gio, selamat datang ke sekolah baru!" sambutku sambil membalas pelukkannya yang hangat.
Gio tersenyum juga sambil memperlihatkan gigi rapinya padaku. Daddynya sangat merawatnya dengan baik.
"Gio, sebentar!" Daddynya berjongkok di depan Gio. "Kamu belajar yang baik ya hari ini. Pulangnya akan dijemput oleh supir, karena daddy ada rapat dan sibuk," kata daddynya sambil mengelus rambut Gio dan Gio hanya tersenyum. Daddy Gio langsung berdiri. "Aku titip Gio. Jika ada kendala, segera hubungi aku. Ini kartu namaku!" katanya sambil menyerahkan selembar kartu namanya padaku.
"Baik, pak," jawabku sambil menerimanya.
"Bye, Gio!" seru daddynya sambil melambaikan tangannya.
Gio membalas lambaian tangannya tersebut dan menarikku segera masuk ke dalam ruangan kelasnya. Aku membawanya ke kelas yang biasa ku pegang. Dia tampak bingung dengan suasana yang sedikit ricuh karena banyak anak-anak yang sedang bermain lego dan ada beberapa mainan yang berserakkan di lantai.
"Gio, kita berkenalan dulu ya dengan teman-teman yang lain!" ajakku. "Selamat pagi anak-anak!" seruku yang mendapat perhatian dari anak-anak. "Kita kedatangan teman baru hari ini. Seorang anak laki-laki yang tampan ini bernama Gio. Bu Angel harap kalian bisa bermain bersama ya. Apakah kalian senang dengan teman baru kalian ini?"
*Gio Xander
"Senang bu," jawab mereka serempak.
"Sekarang, kalian ajak Gio bermain bersama ya. Jangan rebutan! Kita harus saling sharing," pesanku. "Gio, kamu boleh langsung bergabung bermain dengan mereka," kataku sambil mempersilahkannya.
Gio mengambil posisinya dan mencoba berbaur dengan teman barunya. Anak kecil ini walaupun manis denganku, tapi terlihat cool di depan teman-temannya. Saat ada beberapa anak perempuan yang mendekatinya untuk mengajaknya bermain, ia malah masih terlihat dingin. Tapi itu gak membuat para anak perempuan tadi menyerah.
Aku sangat bersyukur pelajaran yang kuberikan hari ini dapat diterima dengan baik oleh anak-anak. Mereka juga sangat cepat menanggapi apa yang ku ajarkan. Tapi diantara mereka, hanya Giolah yang sangat cepat merespon setiap pertanyaan yang kuberikan. Walaupun ia hanya menjawab disaat aku bertanya saja, tapi untuk anak seusianya sangatlah hebat.
'Tettttttt.... tetttt...!' suara bel sekolah berbunyi yang menandakan anak-anak akan pulang ke rumahnya masing-masing.
Mereka masing-masing sudah dijemput oleh wali maupun orangtuanya. Aku mengantar Gio hingga ke depan pintu pagar sekolah, karena seperti pesan daddynya kalau ia akan dijemput oleh supirnya nanti saat dia pulang sekolah.
"Gio, kamu hebat hari ini!" pujiku agar ia tetap bersemangat, karena anak ini sangatlah pendiam dan hanya sesekali berbicara. "Besok, kamu harus lebih semangat lagi ya! Sekarang, kamu pulang dengan pak supir dulu dan ati-ati di jalan!" pesanku sambil mengantarnya hingga ke depan pintu mobilnya.
Gio langsung masuk ke dalam mobil setelah pintunya dibuka oleh pak supir. Tanpa kuduga, Gio membuka jendela kaca mobilnya dan melambaikan tangannya dari dalam. Aku pun langsung membalasnya.
Setelah kepulangan anak-anak, aku masih memeriksa buku-buku latihan serta pr mereka. Belum lagi masih harus mempersiapkan prakarya buat anak-anak besok.
"Bu Angel, bagaimana dengan murid baru hari ini?" tanya bu Wati.
"Dia sangat mudah berbaur dengan teman-temannya, bu. Dia juga smart," jawabku sesuai apa yang lihat hari ini.
"Baguslah kalau begitu. Bu Angel memang cepat akrab dengan anak-anak."
"Hehe.. Itu karena aku sayang dengan anak-anak."
"Silahkan dilanjutkan lagi bu Angel!"
"Baik, bu."
Aku meraba saku celanaku untuk mengambil kartu nama yang sempat kusimpan tadi. "Darren Xander," sebutku saat melihat nama yang tertera pada kartu nama itu.
Aku segera menyimpan nomor ponsel yang tertera pada kartu tersebut dan aku memberinya nama daddy Gio.
👩💼'Selamat siang, pak. Saya dengan bu Angel, wali kelas Gio. Saya ingin memberitau kalo anak bapak sangat hebat hari ini. Dia mudah beradaptasi, juga pintar menjawab saat kuberikan beberapa pertanyaan tadi di kelas.'
Begitulah kiranya aku meninggalkan chat singkat pada daddy Gio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Chodhyland
mungkin via di temuin orang lain.dan amnesia
2021-07-24
2