*****
Tiga tahun berlalu
Baby Gio kini sudah menjadi seorang anak laki-laki yang tampan. Usianya saat ini sudah beranjak tiga tahun. Semenjak kepergian Via, Darren dan Gio tinggal bersama orangtua Darren karena terlalu banyak kenangan Via di rumah mereka, jadi Darren akan semakin larut dalam kesedihan. Tapi Gio tetap diperkenalkan dengan foto Via agar ia tahu bahwa ia punya seorang ibu.
"Opa, Gio mau makan permen lolipop satu aja, boleh gak?" tanya Gio yang sudah pintar bicara pada opanya.
"Kebetulan opa sudah kantongin satu. Ini buat kamu!" kata opannya sambil mengeluarkan satu permen lolipop kecil dari saku celananya.
"Asyik!" seru Gio senang saat menerima permen lolipop dari opanya.
"Gio, kamu jangan makan banyak permen nanti malah sakit gigi!" larang Darren yang baru tiba dan langsung melihat Gio sedang memegang permen ditangannya.
Wajah Gio seketika berubah. Yang awalnya ceria malah jadi pendiam dan ia meninggalkan permen lolipop yang dipegangnya tadi di atas meja serta berlalu pergi menuju kamarnya.
'Buk!' suara tutup pintu yang dibanting sangat kuat terdengar dari arah kamar Gio.
Darren hanya bisa geleng-geleng kepalanya, karena ia kadang bingung menghadapi anaknya yang menurutnya jadi kurang nurut padanya.
"Der, kamu jangan terlalu keras sama dia! Dia kan masih kecil. Seumuran dia itu hanya tau bermain. Jadi beri dia kebebasan sesuai umurnya," kata daddynya mengingatkan.
"Ded, dia walaupun masih kecil tapi dia cerdik. Dia gak bisa dibandingkan dengan anak seumurannya. Dia jauh lebih dewasa. Dia ngerti apa yang ku suruh. Aku bukan keras sama dia, tapi aku hanya ingin memberitau dia mana yang baik mana yang gak. Aku capek, ded. Mau ke kamar istirahat."
Darren langsung menuju ke atas dimana kamar dia berada dan bersebelahan dengan kamar Gio yang dulu pernah dipakai oleh Via menginap pertama kali saat bertamu ke sini.
Darren berdiri terpaku di depan pintu kamar Gio. Dia ingin menemui Gio sebentar, tapi dia sendiri tampak lelah karena pekerjaan kantor yang membuatnya pusing. Jadi ia mencoba melewati hari ini dulu dengan kesendiriannya untuk menenangkan pikirannya dan akhirnya kembali ke kamarnya.
🌺Darren Pov🌺
Setelah masuk ke kamarku, aku menghempaskan tubuhku ke atas ranjang. Memijat perlahan keningku yang mulai sakit. Kemudian, aku mulai duduk dan mencari obat disekitaran laci tempat biasa aku menyimpan obat itu. Aku minum dua butir setiap malam sebelum aku tidur. Setidaknya obat itu dapat membuatku tenang dan lelap saat tidur.
Aku hanya bisa menutup kedua mataku dan merasa bersalah pada Gio dan Via. Gio sudah berubah. Makin bertambah usianya, dia semakin tidak mau bicara dengan orang yang bukan dekat dengannya. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Setiap pulang dari sekolah play groundnya, dia selalu murung dan suka mengucilkan diri di kamarnya. Rasa bersalah ini semakin membuatku tersiksa. Andai saja Via ada.... semua pasti akan baik-baik saja dan aku serta Gio tidak akan seperti sekarang ini.
*****
"Gio, apa sekolahmu hari ini menyenangkan?"
Dengan wajahnya yang cemberut, ia hanya menggelengkan kepalanya. Kami berdua duduk di kursi mobil bagian penumpang belakang. Aku memang sengaja pergi menjemputnya ke sekolah hari ini, karena jadwal kantorku gak terlalu padat.
"Hari ini daddy akan mengajakmu makan siang di restoran dog cafe kesukaanmu. Tapi tolong berikan daddy senyummu dulu!" pintaku sambil tersenyum padanya.
Dia langsung tersenyum, walaupun terpaksa. Setelah tiga detik, mukanya muram kembali. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya yang lucu ini.
Setelah sampai di restoran dog cafe, Gio berlari kecil masuk ke dalam. Ia tidak sabar ingin menggendong beberapa ekor anjing yang ada di restoran itu. Wajahnya yang muram jadi ceria lagi dan suara tawanya juga terdengar jelas karena beberapa ekor anjing menyambut Gio dengan girang. Aku hanya bisa melihatnya dari tempat duduk yang biasa menjadi tempat favoritku sambil membalas beberapa pesan di ponselku.
Gio berlari kecil bermain dengan beberapa ekor anjing di sekitaran ruangan cafe. Tanpa sepengetahuannya, Gio lari hampir mengenai salah satu sudut ujung meja makan yang ada di restoran itu. Tapi dengan sigap, ada seorang perempuan yang melindungi Gio agar tidak terbentur sudut meja sambil memeluknya.
"Kamu gak papa, kan?" tanya perempuan itu yang masih memeluk Gio sambil memeriksa keadaan Gio dengan baik.
Gio yang sedikit shock hanya diam dan menatap dalam perempuan itu. "Mami!" serunya dari suara kecilnya yang tiba-tiba keluar begitu saja dari mulutnya.
"Hah? Apa kamu baik-baik saja?" tanya perempuan itu lagi, tapi Gio hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Gio masih merasa nyaman dalam pelukkan perempuan tadi. Aku langsung menghampiri Gio setelah melihat kejadian itu. Aku menarik lengan tangannya dari pelukkan perempuan itu karena aku ingin memastikan kondisi Gio dengan kepala mataku sendiri.
"Gio, kamu gak papa?" tanyaku yang masih khawatir sambil memeriksa kondisinya.
Gio menggelengkan kepalanya seraya memberitahuku kalau dia baik-baik saja, tapi ia menunjuk ke perempuan yang menolongnya tadi. Aku tidak melihat dengan jelas siapa perempuan itu, karena dari kejauhan wajahnya tertutupi oleh rambut panjangnya yang lurus.
"Te..." kataku terhenti setelah sudah melihat dengan jelas wajah perempuan tadi. "Via!" seruku setelah mengenal wajahnya dengan jelas. Tanpa ragu, aku memelukanya erat.
*Angel
"Nngg... maaf, bapak salah orang!" katanya sambil sedikit mendorong tubuhku.
Aku melepaskan pelukkanku tapi masih memegang kedua lengang tangannya untuk memastikannya. "Salah orang? Mana mungkin?"
"Maaf, tapi nama saya Angel bukan Via yang bapak sebut tadi," jawabnya.
Bagaimana bisa dengan wajah yang sama persis tapi beda nama? Apa Via mempermainkanku?
"Bapak gak percaya? Sebentar, aku akan mengeluarkan tanda pengenalku," katanya sambil sibuk mengambil dompetnya dan mengeluarkan KTP miliknya lalu menunjukkannya padaku.
Aku segera mengambilnya dan menelitinya. "Angelia Frisel Queena," sebutku dari nama yang tercantum dari KTPnya.
"Ya! Namaku, Angel," katanya tegas dan merebut kembali KTPnya dari tanganku.
"Ooo... Maaf, aku salah orang!" ucapku menyesal sambil melepaskan lengan tangannya yang sempat kutahan tadi, tapi aku jadi sangat penasaran dengannya.
Aku tidak percaya ada orang yang diciptakan sama persis selain mereka adalah anak kembar. Via tidak pernah menyebut ia punya kembaran. Aku harus mencari info tentang Angel ini.
"Gak papa," katanya sambil duduk kembali ke tempat duduknya.
Gio masih berdiri di samping Angel sambil menatapnya terus-menerus. Tersirat rasa kangen seorang anak pada ibunya yang terlihat jelas dari kedua matanya.
"Gio, ayo kita ke tempat duduk kita!" ajakku sambil menarik telapak tangan mungilnya
Gio masih tak berkutik. Ia memasang wajah sedihnya dan menundukkan kepalanya kebawah.
"Gio!" panggilku dengan nada agak meninggi, karena serasa sedikit stress menghadapi anak ini.
Angel bangun dari tempat duduknya dan ia jongkok di depan Gio. "Kenapa anda memarahinya?" tanyanya padaku sambil mendongakkan wajahnya yang gak terima dengan caraku memperlakukan Gio tadi.
"Aku gak marah. Aku hanya ingin mengajaknya kembali ke tempat duduk kami, tapi kamu liat sendiri... dia gak mau mendengarku," belaku.
"Nama kamu, Gio?" tanya Angel memastikan langsung di depan Gio.
Gio mengangkat kepalanya lalu mengangguk pelan. Angel membelai lembut lengan tangan Gio. Aku hanya ingin melihatnya saja sebentar agar rasa kangenku sedikit terobati.
"Gio, kamu ini anak yang baik dan tampan!" puji Angel sambil membelai lembut rambut Gio. "Apa dia adalah papamu?" tanya Angel sambil menunjuk ke arahku dan Gio hanya mengangguk membenarkan. "Sebagai anak baik, kamu harus ikut perintah papamu karena dia adalah orangtuamu. Papamu akan sedih jika kamu gak nurut," lanjutnya sambil sedikit memberikan pengarahan pada Gio.
"Mami!" panggilnya lagi pada Angel.
Angel terkejut dengan panggilan Gio yang sudah kedua kalinya ia dengar. "Maaf nak, tante bukan mami yang kamu maksud," katanya berterus terang.
Gio tidak peduli, ia memberanikan dirinya memeluk Angel. Kedua tangan kecilnya merangkul jenjang leher Via yang masih berjongkok dihadapannya. Tampak Angel hanya bisa pasrah dipeluk oleh Gio dan ia membalas pelukkan Gio dengan hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
ITU PASTI VIA, MNGKIN VIA SLAMAT DARI KECELAKAAN, TPI AMNESIA
2023-06-11
0