Projek A Million Dreams

Sebuah bolpoin warna merah melingkari angka empat di bulan keenam. Pemuda itu memandang kalender yang ditempelkan di dinding. Kepalanya mengangguk seiring idenya bermunculan di dalam tempurung kepalanya. Dia tersenyum penuh arti, kamera yang tergantung tidak jauh dari kalender segera diambil. Matanya melekat menatap benda hitam yang sudah empat tahun menemaninya untuk mengabadikan sebuah kejadian atau pesona alam.

Di tengah asyiknya memikirkan sebuah rencana, gedoran keras dari pintu kamar membuat pemuda itu berdesis.

“Dav, buruan, dong! Nanti kita telat. Lo mandi kayak cewek, deh.”

David berdecak, bola matanya diputar malas. “Dasar nenek lampir,” umpatnya pelan. “Sejam lagi,” teriaknya sengaja.

“Daviiiiiid! Rese lo, ah!”

Tawa pemuda itu pecah. Dia menyimpan bolpoin terlebih dahulu lalu mengalungkan kamera. David menyambar tas hitam di atas tempat tidur dan langsung menyampirkannya di bahu sebelah kanan. Pemuda terbalut hoodie warna abu dan celana santai selutut keluar dari kamarnya. Begitu pitunya dibuka, dia sengaja mengarahkan kamera ke kening gadis yang menunggunya di depan pintu. Bukan untuk mengambil potret, melainkan mendorong kening lebar tersebut dengan kameranya hingga gadis itu mundur beberapa langkah.

“Sialan,” umpatnya seraya mendelik tajam ke sahabatnya.

“Ih, kasar.” David tertawa seraya melangkah menuruni tangga.

Jeani mengekor sampai lantai dasar.

“Bunda mau ikut?” tanya David di hadapan wanita berjilbab yang masih terlihat muda.

“Ke mana?”

“Dipaksa Jea, Bun. Katanya mau jalan\-jalan.”

Jeani langsung membulatkan mata saat dirinya difitnah. “Sembarangan lo! Nggak gitu, Bun. Jea emang ngajak jalan\-jalan, tapi nggak maksa,” jelasnya meluruskan fakta yang dibelokkan David.

“Jalan\-jalan ke mana sih?”

“Ke taman, Bun. Nggak lama, kok. Pulangnya sore hari, boleh, kan?”

“Boleh. Hati\-hati di jalan.”

Keduanya langsung berdiri tegak layaknya baru diberi komando tegap grak oleh pemimpin. “Ay\-ay captain!” sahut keduanya bersamaan.

Taman Situ Lembang adalah tujuannya. Perjalanan mereka tempuh menggunakan sepeda. Bukan mereka tidak mampu untuk naik mobil, hanya saja David lebih menyukai sepeda daripada kendaraan yang memakai bahan bakar minyak. Pemuda itu dilahirkan di tengah keluarga berada, tapi tidak pernah dididik dengan kemewahan. Ayahnya seorang dokter bedah, bundanya pemilik butik yang cukup terkenal di kotanya. Jika David ingin kemewahan, dia bisa mendapatkannya. Namun, David terlalu nyaman dengan kesederhanaan yang sejak kecil dijalaninya.

Jeani pun seperti itu. Rumah besar dengan glamor kemewahan sudah cukup membutikan bahwa gadis itu keturunan darah biru. Namun, sejak bersahabat dengan David, Jeani terbawa arus kesederhanaan yang ada dalam diri sahabatnya.

David membelokkan sepedanya diikuti oleh Jeani. Jalanan yang mereka tempuh tidak seramai jalanan tadi. Berjejer pohon homogen di tepi jalan memanjakan mata ditambah embusan angin dan mentari pagi yang belum terlalu menyengat. Konspirasi alam yang menyerupai surga.

“Jea, tadi gue hitung hari. Waktu libur sekolah sebelas hari lagi.” David memulai cerita sambil mengayuh sepeda.

“Terus?”

“Gue mau cover lagu.” David menoleh ke gadis di sampingnya yang tampak biasa saja, pandangan Jeani saja fokus ke jalanan. Mungkin karena sahabatnya sudah tahu jika David sering cover lagu. “kali ini akan beda. Gue mau cover sekalian sama video klip nya. Gue juga rencananya mau ajak seseorang buat garap projek ini. Semalem gue begadang, mikirin projek itu, kayaknya seru banget, sih.”

“Biasanya juga lo cover lagu sambil main gitar di kamar,” cibir Jeani tampak meremehkan.

“Makanya gue bilang kali ini akan beda. Berkat promosinya Veli di insta storynya, subcribers gue udah seribu lebih. Nah, buat merayakan itu, kayaknya gue butuh dobrakan baru biar dikenal lebih banyak orang.”

“Buat video klip kan butuh biaya produksi, Dav. Nggak usah ngaco, deh. Ngehakhayal tuh jangan ketinggian.”

“Yes, I know. Tabungan gue insyaAllah cukup. Sepupu yang kuliah jurusan multimedia siap bantu. Tinggal nunggu balesan dari orang yang gue ajak kolaborasi aja.”

Jeani menoleh, matanya memicing curiga. “Siapa?”

Pemuda itu mengulum senyum yang sulit Jeani artikan. Pandangannya lurus ke depan, seperti menerawang sesuatu. “Velicia,” jawabnya dengan sumringah.

Gadis itu langsung menempelkan kedua kaki ke aspal. Melihat Jeani yang berhenti, David pun ikut melakukannya. “Perlu gue tampar dulu biar lo bangun dari dunia khayal itu?”

David mengendikkan bahu tidak peduli. Kakinya kembali mengayuh sepeda tanpa mempedulikan Jeani yang bengong tidak percaya. Tidak lama kemudian, Jeani pun menyusul sahabatnya.

“Kenapa sih lo tuh selalu sulit percaya sama gue? Padahal lo sahabat gue, orang yang paling deket sama gue, yang lebih tahu tentang gue. Support gue sedikit aja, Jea. Tapi, kayaknya susah banget buat lo.”

Pernyataan David sukses membuat keseimbangan gadis itu oleng sebentar. Kepalanya digelengkan, berusaha menolak apa yang sahabatnya katakan. “Bukan gitu, Dav. Gue percaya, kok. Cuma masalahnya, yakin Velicia? Lo bukan burung, Dav. Lo nggak bisa terbang dengan kepakan sayap untuk sampai di ketinggan dalam waktu cepat. Satu hal yang bisa lo lakukan untuk mencapai itu, yaitu dengan kedua kaki menaiki satu per satu tangga. Gue kan udah bilang, dia siapa dan kita siapa.”

David tersenyum meremehkan. “Kata ‘cuma’ yang lo katakan adalah bentuk ketidak percayaan lo sama mimpi\-mimpi gue.”

Jeani bungkam.

“Lo akan percaya kalau udah terbukti, kan?” tanya David yang tidak direspon sama sekali oleh Velicia.

Keduanya merasakan suasana yang mencengkam. Keributan kecil itu sukses membuat emosi mereka meletup\-letup dalam dada.

“Dan gue akan buktikan secepatnya.” David melajukan sepeda lebih cepat hingga Jeani tertinggal di belakang sana.

Terpopuler

Comments

Alya_Kalyarha

Alya_Kalyarha

semangat nulisnya kk, udah aku like ya
kalau sempat mampir baliklah ke karyaku "love miracle" dan "berani baca" tinggalkan like dan komen ya makasih

2020-08-05

0

Ratna Gdsky

Ratna Gdsky

Semangat, Thor

2020-04-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!