Sebatas Mimpi

 

“Karya\-karya Velicia itu selalu mengangkat tema penderitan, buat air mata pembaca terkuras. Yang gue kagumkan dan herankan, cerita sekeren itu ditulis sama bocah dua belas tahun. Novel pertamanya aja udah mencengangkan, apalagi yang kedua dan ketiga.”

David fokus membaca novel karya pertama Velicia yang berjudul Menantang Dunia. Gadis itu sudah membuat rasa penasarannya bergejolak. Ada ketertarikan sendiri yang menarik perhatian pemuda itu. Di balik kecantikannya yang terlihat natural, ternyata ada sejuta pesona mengangumkan lainnya yang membuat dia semakin penasaran kepada sosok gadis bernama Velicia.

 

Di usianya yang empat belas tahun, Velicia sudah merampungkan tiga novel dan sukses menggebrak dunia literasi. Temanya yang selalu mengangkat penderitaan laris sekali di pasaran. Cinta yang diangkatnya bukan cinta biasa seperti di novel teen fiction atau romance, justru lebih dari itu. Tidak ada cinta remaja, melainkan cinta dengan mimpi, keluarga, dan diri sendiri.

 

Velicia sukses merampungkan novel pertama yang mengisahkan seorang anak terlantar dari kecil, menghadapi kejamnya hidup selama belasan tahun, hingga akhirnya bisa kuliah di Jepang tanpa pernah merasakan duduk di bangku sekolah dasar dan menengah pertama. Hal yang David petik dari kisah itu, jangan putus asa dalam menghadapi masalah. Kita tidak tahu apa yang terjadi esok hari, yang jelas kita harus berpikir positif. Bahkan, di novel Menantang Dunia, sang tokoh mengatakan, ‘aku yakin, menjadi pemulung sampah adalah gerbang menuju kesuksesanku’. Betapa optimisnya dia.

“Jea, bagi tisu,” pinta David seraya bangun dari posisi tidurnya di sofa.

Gadis yang sedang main rubik di atas karpet berbulu itu melempar kotak tisu hingga mengenai wajah sahabatnya. “Sekarang lo ngerasain sendiri, kan gimana nyeseknya kalau baca novel karya bocah itu?”

“Sialan,” umpat pemuda itu seraya mendengkus.

“Novel kedua lebih parah. Setiap kali gue ingat sama tokoh itu, nyeseknya jangan ditanya lagi.”

“Emang tentang apa?”

“Lima anak yang terlahir dari keluarga miskin, kedua orang tuanya meninggal bersamaan karena sebuah tragedi. Saat itu si sulung berusia sepuluh tahun. Karena orang tuanya bersatu karena kawin lari, mereka berlima nggak tahu di mana keluarga yang lainnya. Si sulung menghidupi adik\-adiknya dengan menjadi kuli di pasar, menjual jasa mengambil air, dan nyemir sepatu. Satu prinsip si sulung itu, ditengah kemiskinannya, dia istiqomah untuk sedekah sebesar seribu sehari. Dari uang yang tidak seberapa itu, dia justru bisa menghidupi adik\-adiknya sampai mampu menyekolahkannya sampai tingkat SMK. Dua adiknya dapat beasiswa kuliah, dua adikya lagi langsung kerja di perusahaan dengan gaji lumayan besar. Dari empat adiknya yang sukses atas jasa si sulung, cuma satu adiknya yang membalas jasa. Yaitu adik paling kecilnya.”

David menselonjorkan kaki di sofa dan mengembalikan posisinya menjadi tiduran lagi. “Sedih di mananya? Menurut gue biasa aja.”

“Baca dulu, baru nyesek. Betapa menderitanya si sulung yang harus kerja keras, dia rela nggak sekolah, padahal tiap malam selalu nangis karena mau sekolah. Setelah adik\-adiknya sukses, si sulung malah dilupakan.”

“Gue mau baca, dong."

“Tapi sewa, hahaha.” Jeani tertawa puas sekali.

“Mata duitan.”

David bermain dengan ponselnya karena bingung harus melakukan aktivitas apalagi setelah membaca novel. Instagram adalah sasaran yang tepat untuk menghilangkan kegabutan. Dia mencari akun @liciaNavv untuk distalk sampai akar\-akarnya. Postingan gadis itu hanya berupa puisi dengan seni visual yang menurutnya menawan. Dari ratusan postingan puisi itu, terselip beberapa video yang menampilkan wajah Velicia. David tertarik untuk membukanya.

“Oke, ini hanya dare, ya. Jangan baper.” Velicia tersenyum sambil berjalan ke arah laki\-laki berkumis tipis yang sedang duduk di sofa. Dia berdehem satu kali kepada laki\-laki yang sedang membaca buku itu. “Kamu tahu aku punya sejuta mimpi?” tanyanya seraya duduk.

Laki\-laki berbaju batik itu tersenyum cangung sambil menatap Velicia dengan tatapan serius. “Semua tentangmu, aku tahu itu.”

“Mimpiku tanpamu hanya angan\-angan.”

“Jadi?”

"Will you make a world with me? Kita buat dunia, kita wujudkan mimpi itu bersama\-sama.”

Kamera mendekat ke objek yang kini saling lempar senyu ditambah editannya ada hujan simbol love menambah suasana romansa diiringi lagu A Million Dreams. David melihat komentar\-komentarnya. Sebagian besar dipenuhi kata ‘baper’, padahal Velicia sudah menegaskan bahwa itu hanya dare, jangan baper. Di kolom komentar juga banyak akun laki\-laki yang bilang ‘ajak aku ke dunia itu, Dek’.

Banyak hal menarik yang ada di postingan Velicia. David tenggelam dalam stalknya, Jeani memandang sahabatnya yang senyum\-senyum. Dia tidak menyangka, bahwa sebesar itu obsesi David kepada gadis bernama Velicia.

Suara notifikasi khas ponsel David berbunyi, “Aa David aya notif” membuat Jeani menyergit karena tidak tahu itu bahasa apa.

Di tengah lamunannya yang memikirkan itu bahasa apa, David meloncat dan langsung mengguncangkan bahunya.

“SUMPAH, DEMI APA? Jea, gue nggak mimpi, kan?!”

Gadis yang diguncang keras oleh David merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya. “Apa sih?”

“Veli komen postingan gue! Oh May Good, mimpi apa gue semalem?”

Segitu bahaginya? Jeani segera merebut ponsel David yang ditekan ke bahunya. Dia segera membuka notifikasi yang memberitahukan bahwa Velicia membalas postingan terakhir sahabatnya. Postingan video berdurasi 59 detik itu video duetnya Velicia dan David malam itu.

*Veli boleh minta video full nya*?

Komentar Velici hanya itu, tapi David lebaynya minta ampun. Pantas saja gadis itu berkomentar, David sengaja tag akun Velicia.

David merebut ponselnya dan kembali ke sofa seraya membalas komentar itu.

*Video full ada di channel youtube aku. Kamu bisa download di sana. Wait a second, aku akan kirimkan linknya melalui DM*.

Dia kira, mengirim link melalui DM akan menjadi awal untuk saling tukar pesan, ternyata jauh dari ekspetasi. Velicia hanya melihat link yang dikirimkannya tanpa membalas, minimalnya ucapkan terima kasih atau basa\-basi lainnya, karena David juga mengirim link itu memakai wifi, setiap bulan ayahnya membayar paket internet ke telkom. Velicia tidak tahu terima kasih.

Untuk pertama kalinya, David kecewa kepada gadis yang beberapa detik lalu dikagumi. Untuk apa dirinya mengagumi gadis sombong.

“Jea, orang\-orang famous kenapa sombong\-sombong, sih?”

Jeani sedang mengacak warna rubik yang telah tersusun untuk dimulai dari awal lagi menoleh sesaat. “Wajarlah. Emang itu ciri khasnya,” jawab gadis itu enteng.

David menghirup napasnya sambil membuka instastory Velicia yang baru saja di posting. Matanya membulat lebar, posting Velicia berupa screenshoot.

 

Ada rasa tidak percaya bahwa Velicia mempromosikan video yang diungguhnya di youtube.

 

\*Ramaikan, Teman\-Teman.

 

Duet Pertama Kalinya Veli dengan Cowok*

 

Barus saja David mengumpat gadis itu dengan kata sombong dalam hatinya, kini dia akan menarik kata\-katanya. Entahlah, David menyesal telah mengumpatnya.

 

David merenung sambil mengingat malam ketika menyanyi bersama Velicia. Gadis lucu dengan sejuta pesona yang mengagumkan menarik dia untuk kenal lebih dekat dengannya. Namun, yang David pikirkan sekarang, antara dia dan gadis itu, bagaikan langit dan bumi. Jeani pernah berkata, ‘dia siapa, kita siapa’. David mengacak rambut frustasi, dia harus sadar diri, bahwa Velicia hanya sebatas mimpi untuknya.

Hanya untuk mimpi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!