Laki-laki asing

# Bab sebelumnya

Zaya belum sempat menjawab putranya. Ada suara asing mengganggu interaksi anak dan ibu itu.

"Permisi? Maaf mengganggu, di sekitar sini ada yang jual pulsa atau paket data?", tanya seorang laki-laki yang berdiri di dekat mobil itu.

###

Zaya mengangkat kepalanya dan menatap laki-laki asing di depannya.

"Hmmm, kalau disekitar sini, saya jual pulsa dan paket data, tetapi sekarang saya mau ke pasar dan tidak membawa handphone. Di desa sebelah seperti nya ada yang jual", Zaya menjawab pertanyaan itu dengan pandangan ke bawah, sepertinya dia berbicara dengan semut-semut yang sedang mencari makan.

"ouh, desa sebelah ya? hmmm, lama tidak?", laki-laki dengan kaos berwarna navy berjongkok di depan Arlan, sepertinya pertanyaan itu untuk bocah kecil yang bersembunyi di belakang tubuh Bundanya.

Seorang pria dewasa tersenyum kepada Arlan. Dia berusaha untuk berani dan berdiri tepat di hadapan pria tampan itu.

"Om tanya ke Arlan?", tanyanya sambil memegang baju Bundanya.

"iya", senyuman yang manis, menghipnotis Zaya.

"Bunda? Kita lama kah ke pasarnya? Omnya nanya, Bunda", Arlan mendongakkan kepalanya dan bertanya kepada Zaya.

"Mungkin setengah jam, Sayang"

"Saya beli di kamu aja ya, saya malas nyetir, jadi aku ikut kalian ke pasar. Boleh?"

"Boleh", bukan Zaya yang menjawab. Tetapi, Arlan.

"Ayo", laki-laki asing itu seketika menggandeng tangan Arlan yang bebas dan mulai berjalan pelan.

Mereka seperti keluarga bahagia.

"Afnan", nama singkat untuk awal perkenalan mereka, orang dewasa. Afnan mengulurkan tangannya sebagai salam perkenalan.

"Zaya", hanya anggukan ringan sebagai sapa balik pertemanan.

"Arlan", bocah itu menjawab setelah Bundanya.

"Namanya bagus", Afnan tersenyum manis kepada Arlan dengan tangannya yang masih menegang tangan kecil Arlan.

"Om tinggal di sini? orang baru kah?", hampir 5 menit hanya keheningan. Arlan memulai percakapan.

"Orang tua om tinggal di desa ini"

"Kalau boleh tau, siapa?", Zaya memulai dengan sebuah pertanyaan, yang sebelumnya dari putranya.

"Kenal dengan keluarga Rozak?"

"Ouh, Abi Rozak ya?", Zaya tersenyum kecil. Keluarga itu terkenal kaya di desa ini. Mereka sangat dermawan dan baik hati. Abi Rozak dan Umi Syaroh membantunya ketika masa-masa sulit dulu.

"betul betul betul", Afnan meniru karakter dari salah satu kartun dari negara tetangga dengan tawa kecilnya.

"hahahaha", ada tawa yang cukup keras di sekitar mereka.

"Arlan kok ketawa? Om lucu ya?"

"Hehehehe, maaf Om. Hmmm ... om lucu kalau bilang kayak gitu, suara om hampir sama kayak Arlan deh. nih ya, betul betul betul"

"eh iya ya sama, kok bisa sih"

Seterusnya, mereka saling bercanda tawa, kecuali Zaya yang hanya membalas dengan seadanya saja. Akhirnya, hampir 5 menit berjalan bersama, mereka sampai di tempat tujuan. Dan Zaya langsung mencari bahan-bahan makanan untuk dimasak besok, Afnan mengikuti nya dengan menggendong Arlan.

Akhirnya, ketiga orang itu telah sampai di rumah Zaya dengan beberapa kantong belanja.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Eh ada tamu ya?", tanya Ayah Arifin ketika dia sedang duduk santai di depan rumah.

"Oh iya, Ayah. Mas Afnan mau beli pulsa"

"Tunggu sebentar ya Mas, saya ambil dulu handphone nya"

"Ehem, iya", Afnan sedikit salah tingkah dengan kata 'Mas' dari Zaya barusan.

"Maaf mengganggu Pak ..."

"Eh iya tidak apa-apa. Pembeli adalah raja"

"Saya Arifin, panggil Ayah saja, tidak apa-apa"

"Eh iya, Ayah"

"Silahkan duduk dulu, Nak?"

"Afnan"

"Oh iya, Nak Afnan"

"Arlan, mandi dulu ya. Biar seger, bau acem lho"

"Kakek, Arlan masih harum kok", Arlan cemberut dan langsung berlari kecil ke dalam rumah.

Ayah Arifin dan Afnan duduk bersama di depan rumah dengan sepiring pisang goreng di meja kecil, di antara mereka berdua.

"Silahkan dimakan, Nak Afnan. Ngomong-ngomong, Nak Afnan baru di desa ini?"

"Hmmm tidak juga, Ayah. Saya anaknya Abi Rozak"

"Ya Allah, pantes Ayah kok kayak pernah lihat wajahmu"

"Dimana Ayah?"

"Foto di rumah mu, Hehehehe"

"Saya memang tidak terlalu sering pulang kesini, kalau pulang mungkin hanya sehari atau dua hari saja, banyak kerjaan di kota", Afnan tersenyum kecil sambil mengambil satu pisang goreng yang masih hangat, menghormati tuan rumah.

Zaya datang dengan handphone di genggaman nya.

"Mas Afnan mau beli pulsa atau paket data?", tanyanya.

"Hmmm ... pulsa aja, 200 ribu"

"kok banyak?", Zaya reflek. Baru kali ini, dia dapat pelanggan dengan nominal pembelian pulsa yang besar dan baru pertama kali sejak jualan pulsa.

"eh ... eh ... iya, ini Mas Afnan. Tulis di sini ya nomernya", Zaya memberikan sebuah buku catatannya untuk pembelian pulsa atau paket data, jaga-jaga jika ada kekeliruan suatu hari nanti.

Afnan menulis nomernya. Dengan pisang goreng yang dia jepit dengan mulutnya.

Zaya memasukkan nomer handphone Afnan dan mengirimkan pulsanya.

Ting

"Sudah masuk ya Mas?"

"Alhamdulillah sudah, terimakasih Zaya"

"Sama-sama"

"Kalau begitu, saya pamit dulu, Ayah, Zaya", Afnan berdiri dan menyalami Ayah Arifin, dan Zaya hanya tersenyum kecil saja.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Setelah Afnan tidak terlihat lagi oleh mereka berdua. Ayah melanjutkan tugas harian nya.

"Nak Afnan sekilas kok mirip ya sama Arlan", gumam Ayah Arifin yang masih terdengar oleh Zaya.

"mirip? Apakah? tidak mungkin", pikir Zaya dan menggelengkan kepalanya, dia berharap dugaannya salah. Dia ingat dengan wangi parfum tadi di jalan, wangi itu masih ada sekarang. Parfum milik Afnan.

"Ayah, Zaya masuk dulu ya", pamit Zaya.

"Iya, Sayang"

Terpopuler

Comments

Alma Lisma

Alma Lisma

Lanjut thor👍👍👍

2022-01-17

0

mom emir

mom emir

lanjut

2022-01-14

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!