"Beneran kamu nggak papa", Kenan menoleh ke arah Adelia. Mereka masih di dalam mobil sedang dalam perjalanan pulang menuju ke rumah Adelia.
Lelaki itu masih merasa khawatir pada gadis kecil itu. Nggak kecil juga kali, udah bisa bikin enak kata papanya.
"Aku nggak papa ", Adelia menggeleng pelan. Ia gigit bibir bawahnya seraya menoleh ke arah luar mobil.
Melihat reaksi Adelia seperti itu membuat Kenan ingin sekali menggodanya.
"Hebat juga beladiri kamu -" , Kenan menghentikan kalimatnya
"- pasti hebat juga di atas ranjang", Kenan tergelak.
Spontan Adelia menoleh, membeliakkan matanya tidak suka.
" Dasar otak mesum kamu ! Jorok mulu pikirannya !", Adelia memukul lengan Kenan keras.
Lelaki itu mengaduh kesakitan.
"Awww.... sakit ", teriaknya sambil terkekeh.
"Tangan kecil kamu ternyata kuat juga ya ?" Kenan melirik ke arah Adelia yang masih menyorotinya tajam.
"Bergelut di ranjang tuh nggak jorok, sayang. Tapi nikmat ", katanya seraya mengetuk-ngetukkan jarinya di setir.
"Jadi penasaran, pengen coba gimana kemampuan bertarung kamu ", kata Kenan. Matanya kembali menatap ke arah jalanan.
"Nantangin aku nih ceritanya? Boleh, siapa takut ?", Adelia menaikkan sebelah alisnya.
Perempuan muda cantik itu melipat tangannya di bawah dada. Pandangannya kembali lurus ke depan ke arah jalanan.
"Jangan sampe malu kamu lawan aku. Nggak keren kan kalah sama cewek ", ledek Adelia.
Kenan tersenyum miring.
"Hei, jangan congkak kamu bocil !
Awas ntar kalah, aku cium kamu sampe nggak bisa nafas, tahu rasa !"
Adelia bergidik.
"Emang siapa yang mau di cium kamu? Bibir bekas gitu. Bisa-bisa ketular virus aku."
Kenan seketika melotot.
"Heh, jangan salah ya bocah. Semua cewek mimpiin bibir aku. Cuman sekedar pengen dicium bibir seksi aku nih ", Kenan menunjuk bibirnya.
Adelia mencebikkan bibir mungilnya.
Emang seksi apanya? Gimana sih bibir seksi? Kenapa Adelia jadi kepo sih?
Diam-diam Adelia melirik Kenan. Tatapan matanya tertuju pada bibir lelaki itu.
Bener juga. Merah dan seksi sih. Tapi sayang, sudah bekas. Batin Adelia.
Kenan memergoki Adelia yang mencuri pandang padanya.
Gotcha !
"Ngapain lirik-lirik. Mulai naksir kamu sama aku? ", goda lelaki itu.
"Huh... amit-amit. Naksir? Oh no, mata aku masih normal ya? ", cibir Adelia.
"Ya karena mata kamu normal jadi naksir aku, kalo enggak , ya nggak bisa lihat wajah tampan aku dong ", balas Kenan tidak kalah ketus.
Adelia diam, tidak berucap lagi. Kenan tersenyum merasa menang dia.
Kenan tersenyum mesum.
"By the way, kalo coba yang yang lain, boleh nggak? Bertarung di kasur misalnya?" goda Kenan. Lelaki itu melihat Adelia dengan sudut matanya.
Adelia mulai mengerti isi otak lelaki ini. Me- sum.
"Boleh..... aku juga pengen lihat seberapa hebat kemampuan kamu ", Adelia menahan senyumnya.
Kenan merasa tertantang mendengar itu.
" Ok... siapin diri kamu ", ujarnya kemudian.
Adelia tersenyum dan mengangguk setuju.
Beberapa saat kemudian mereka sampai di depan rumah Adelia. Masuk ke halaman rumah besar itu, Rey mematikan mobilnya.
"Aku langsung balik ya ", kata Kenan.
"Hemm..... Makasih ", Adelia bersiap membuka pintu mobil, ketika tiba-tiba Kenan menahan lengannya.
Adelia menoleh, mengeryitkan dahinya.
" Makasih doang? ", Kenan menaikkan sebelah alisnya.
"So...... what? " Adelia penuh tanya.
Kenan menunjuk bibirnya.
"Cium dong, calon istri !", pinta Kenan.
Adelia segera mendorong wajah Kenan dengan tangannya. Lalu bergegas membuka pintu mobil dan keluar dari sana.
Kenan hanya bisa tercengang.
Mengamati Adelia yang berlari kecil ke arah pintu rumah.
Sebelum benar-benar masuk rumah, Adelia menoleh ke arah Kenan. Tersenyum manis dan melambaikan tangan. Lalu menjulurkan lidahnya mengejek lelaki itu.
"Awas kamu bocil ", gumam Kenan sebelum menyalakan mobilnya dan meninggalkan rumah Adelia.
*******
Keesokan harinya seperti rencana kedua orang tua Kenan dan Adelia bertemu. Mereka sepakat untuk bertemu di rumah papa Bram.
Papa Alex dan mama Jasmin baru saja turun dari mobil. Melangkah masuk ke teras rumah besar itu.
Sebelum sampai di depan pintu, Mama Rose sudah muncul di depan sana dan langsung berseru heboh.
"Hallo, Jasmine , ayo...ayo... masuk ! " , Mama Rose segera menghampiri mama Jasmine dan memeluknya.
" Iya Rose, makasih ", Mama Jasmine menepuk bahu Rose.
" Makin tua makin cantik kamu Jasmine !", puji Mama Rose.
Mama Jasmine terkekeh
"Tentu dong, istri aku ", Papa Alex menyahuti dengan bangga.
"Aku juga makin tampan kan? ", Papa Alex melipat tangannya di dada.
"Dari dulu selalu narsis kamu, Al", Mama Rose mencebik.
Papa Alex tergelak.
Mama Jasmine menepuk tangan suaminya itu.
"Loh emang bener kan, Ma ?", bela Papa Alex.
"Kamu juga makin cantik Rose, si bunga kampus ", balas Mama Jasmine.
Mama Rose tersenyum.
Sebentar kemudian papa Bram muncul dari balik pintu.
"Hallo Al, Jasmine. Apa kabar kalian ?", tanya papa Bram seraya menjulurkan tangan, tos dengan Papa Alex.
"Alhamdulillah baik, Bram", sahut papa Alex.
Mereka masuk ke dalam rumah. Duduk di kursi sofa besar di ruang tamu.
Sementara Mama Rose mengajak Mama Jasmine ke dalam. Kedua lelaki itu membiarkan istrinya bercerita dan melepas kerinduan mereka.
Sementara Papa Bram dan papa Alex membahas tentang pernikahan Kenan dan Adelia.
Setelah satu jam berbincang akhirnya mereka sepakat.
"Deal, satu bulan lagi ya ", kata Papa Alex.
"Hemm...tapi inget Al, pastiin Kenan nggak akan nyakitin Adelia. Jangan biarin dia tetep main-main sama perempuan ", ucap papa Bram.
"So pasti lah, bro. Aku yakin Adelia bisa merubah anak itu ", tegas papa Alex.
Sebentar kemudian, mama Jasmine dan Mama Rose datang menghampiri mereka.
"Ayo, makan siang dulu ", ajak mama Rose.
"Boleh, kebetulan sekali kita udah lapar, ya kan sayang? ", Papa Alex menghampiri mama Jasmine dan memeluk pinggangnya.
Mama Jasmine terkekeh lalu mengangguk.
"Nggak usah pamer, mesra-mesraan gitu di depan kita ", papa Bram mendengkus. Kemudian merangkul bahu mama Rose menuju ruang makan.
Papa Alex mencibir, "Sirik sama kita mereka !", bisik papa Alex seraya mengikuti tuan rumah menuju ruang makan.
Mereka asyik menikmati hidangan. Sesekali sambil berbincang.
"Kamu udah nggak pernah ngantor Bram? ". tanya papa Alex seraya menyesap minumannya.
Papa Bram menggeleng.
"Udah diurus sama putri aku, ngapain juga ke kantor !", katanya kemudian.
"Enakan mesra-mesraan sama istri di rumah", Papa Bram menahan senyumnya.
Mama Rose menepuk tangan lelaki itu.
"Nggak kasihan sama Adelia kalian ", sahut Alex.
Papa Bram sedikit menghela.
"Adelia anak yang hebat, juga cerdas. Dia bersikeras mengurus perusahaan sendiri. Dia mampu. Aku cukup memantau aja, Al ", terang Papa Bram.
Papa Alex mengangguk.
"Nggak salah dong kalo jadi mantu aku ",
Papa Alex bangga.
"So pasti, anak Bramantyo ", Papa Bram membusungkan dada.
Mereka berempat tergelak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments