Adelia terbangun ketika ia merasa ada hembusan angin menerpa di wajahnya, ternyata hembusan angin itu tiupan dari mulut seorang Martin.
"Kenapa kamu tiup-tiup aku seperti itu,,?" Adelia yang mencoba menegakan tubuhnya di kursi mobil milik Martin
"Aku bukan makanan atau minuman yang harus kamu tiup,," tambah Adelia lagi.
"Udah ngomelnya,,,?" Martin bukannya menjelaskan malah bertanya.
"Lagian tidur kamu kaya kebo sih,,, susah di bangunin" Ucap Martin lagi.
"Kamu...!!!" Adelia seakan ingin menerkam Martin di depannya
"Apa?" kata Martin
"Ayoo turun,, bukannya kamu ingin ke Rumah Sakit?" Tambah Martin yang langsung turun dari mobilnya.
Sontak Adelia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, ternyata benar Martin telah membawanya ke Rumah Sakit.
Adelia pun turun dan bergegas masuk, baru saja ia ingin melangkah tangan Adelia di cekal Martin.
"Tunggu,,, kenapa harus buru-buru,?" Cegah Martin yang masih memegang tangan Adelia
"Kenapa,,?" jawab Adelia dengan heran.
"Bilang terima kasih gitu, karena udah nganter..!" Ucap Martin
"Hei, mungkin tepatnya berterima kasih karena kamu berhasil mengajak ku dan memaksa ku begitu,,?" Sargah Adelia karena dia yang masih kesal di paksa untuk masuk ke mobilnya Martin, dengan alibi sebagai pertanggung jawaban karena Adelia sudah sering menabraknya. bahkan Adelia sangat kesalnya, Martin mengucapkan bahwa mulai hari itu Adelia menjadi miliknya.
Adelia pun melepaskan cekalan Martin dan berlalu pergi untuk menuju ruangan inap sang ibu.
Martin yang masih berdiri tetap di tempatnya, seakan teringat pesan yang tadi masuk dari Reyhan untuk meminta menemuinya.
Martin pun masuk ke mobil dan langsung menancap gas untuk bergegas ke tempat yang selalu biasa ia pakai jika berkumpul bersama Reyhan dan Dimas.
Martin pun sampai, dan langsung masuk ke dalam ruangan yang biasa di sebut bescamp nya itu.
Ternyata sudah ada Reyhan dan Dimas di situ.
"Hei Broo..." Dimas langsung menyapa kedatangan Martin
"Sorry,, apa Gue lama?" Martin melirik ke arah Reyhan dan Dimas bergegas ikut duduk di antara mereka.
"Sejak kapan,?" Reyhan tiba-tiba bertanya ke Martin.
"Maksudnya..?" Martin mengerutkan dahinya karena tak mengerti dengan ucapan Reyhan.
"Ooh iyaa iyaa Broo bener ituu...! sejak kapan?" Dimas ikut menimpali ucapan Reyhan.
"Apanya,,?" Masih dengan tak mengertinya Martin dengan pertanyaan kedua temannya.
"Yaelah... Si Balok Es ini gak ngerti lagi" Lagi lagi Dimas bercicit.
"Rey Jelasin napa..!" Dimas seakan memerintah kepada Reyhan.
"Sejak kapan kamu dekat dengan Adelia di belakang Gue?" Reyhan dengan sorot mata tajamnya bertanya kembali ke Martin.
"Ooh ituuu....!" Martin dengan datarnya menjawab Ucapan Reyhan. masih dengan raut wajah dingin
"iiih si Bege malah Oh aja,,, yang jelas napa!" Dimas sangat antusias rasa ingin tahu nya terhadap Martin.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Bahkan Martin seakan enggan menjawab pertanyaan kedua temannya yang lebih tepatnya pertanyaan Reyhan, karena Martin tahu mengingat tadi siang di kantin Reyhan dengan Jelas menyatakan Bahwa ia Suka kepada Adelia.
"Sumpeh Gue gemezzz..." Dimas memecah keheningan.
"Gue, Baru dekat Dua hari" Martin mengakui.
Helaan nafas dari seorang Reyhan seakan berat menerima jawaban dari Martin.
"lhu tau kan kalau Gue suka sama tuh Cewek..?" Reyhan mulai menunjukan amarahnya.
"Iyaa benar,,, apalagi Gue tahu Gimana seorang Reyhan Cemburu nya tadi siang, saat Lho di Halte bareng tuuh cewek.." Tambah Dimas dan langsung terbayang kejadian tadi siang yang di paksa turun dari mobil Reyhan karena sedang marah.
Martin mengernyitkan dahi nya, bahkan menggaruk pelipis matanya merasa masalahnya dengan Reyhan akan di mulai karena menyukai gadis yang sama. Tapi Martin merasa dia lebih unggul bahkan sudah dekat.
"Jika suka kejarlah..!" Martin mulai bersuara
" Mulai sekarang kita bersaing..!" Martin ternyata malah mengajak untuk bersaing kepada Reyhan.
"Ok... jika itu mau mu" Reyhan dengan antusias menyetujui kata-kata Martin.
Dimas menggeleng gelengkan kepalanya karena merasa heran, mau aja mereka bersaing karena seorang wanita.
Martin pun bergegas untuk pergi.
"Eh Lhu main cabut aja..." Dimas lagi lagi bercicit karena heran akan sikap Martin saat ini.
Hening....
"Ya udah cabut...!" Reyhan bangkit dari duduknya.
....
Di lain tempat.
Kini seorang gadis sedang merenung mengingat kelangsungan hidupnya,tepat biaya untuk kehidupannya. di genggamnya Sertifikat rumah yang tadi sempat ia bawa ketika pulang, mengingat tabungan yang ada di atm nya sudah menipis yang tak lain dari hasil penjualan Semua harta Warisan yang selama ini ia pakai untuk biaya Rumah Sakit dan kebutuhan hidupnya. tersisa hanya Rumah yang belum ia jual dari semua harta orang tuanya.
Bagaimana ini,,, apa keputusan ku benar untuk menggadaikan rumah. atau aku jual saja. mengingat jika di gadaikan pasti aku harus membayar setiap angsurannya, dan uang dari mana aku mengingat aku yang tidak bekerja?.
apa aku berhenti kuliah saja.?
iyaa benar,,, sekarang aku harus mencari kerja. Biar aku bisa mendapatkan uang untuk bertahan hidup...
Begitulah isi Batin Adelia yang sedari tadi berpikir keras dengan masalahnya.
Sedari tadi ternyata ada sosok lelaki di balik kaca Ruang inap yang Adelia tempati memperhatikan sang gadis yang sedang berkecamuk dengan pikirannya.
Martin tepatnya lelaki itu, sedari pertemuan dengan kedua temannya ia bergegas kembali ke Rumah sakit untuk memastikan seseorang yang baru saja masuk dalam hati dan pikirannya.
Bahkan begitu mudah ia menemukan keberadaan sang gadis mengingat lokasi lorong rumah sakit tepat ketika Martin menubruk badan Adelia kemarin malam.
Dengan sorot mata yang masih memperhatikan sang gadis, tanpa sadar Martin merasa iba bahkan merasa bahwa Adelia berbeda dengan wanita yang lain, yang selalu ingin perhatian dari sang lawan jenis.
Ketika ingin berbalik pergi Martin di kejutkan oleh tante Meli yang bertepatan berada tak jauh dari langkahnya...
"Martin..." sapa Tante Meli
"Eh iya Tan..." Martin mencoba tersenyum ke arah tantenya.
"Kamu ada di sini?" Tante Meli mulai menyelidiki Martin
"Ah iya Tan, di sini ada teman ku yang sedang sakit.." Martin menimpali
"Maaf Martin belum sempat menjenguk om Andre lagi tan.." Martin masih dengan tidak enaknya kepada tantenya.
"Ooh iya tak apa Martin..." Tante Meli mengerti
"Martin pamit tan.." Martin berpamitan kepada tantenya.
Sesampai di Rumah Martin langsung menuju kamarnya, di baringkan badannya. merasa letih sampai ia malas untuk membersihkan badan terdahulu. pikirannya terus tertuju kepada sang gadis yang mulai selalu mengusik hatinya.
Sungguh luar biasa, kau membuat seorang Martin bersaing dengan sahabatnya sendiri.
Begitu gumamnya.
Sampai tak terasa ia terpejam dan terlelap.
Di Lain tempat
Reyhan masih terjaga dari tidurnya, pikirannya berkecamuk masih mengingat interaksinya ketika di bescamp bersama Martin dan Dimas.
Gilaa gue akan bersaing dengan Martin mulai besok.
gue gak mau sampai Martin lebih dulu memilikinya.
Sungguh Lhu Gadis Luar biasa sampai persahabatan gue korbanin demi Lhu Adelia.
Dengan mulai membenarkan posisi tidurnya mencari kenyamanan dalam tidurnya Reyhan pun terlelap.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 324 Episodes
Comments