Di depan Rumah sakit Adelia turun dari atas motor temannya yaitu Rasya.
"Makasih ya Rasya, kamu selalu aku repotkan..." Adelia sambil tersenyum dan menyerah kan helm kepada Rasya.
"No Adel, kamu tidak pernah merepotkan ku, justru aku suka bahkan senang jika selalu bisa membantu mu.."
Rasya seraya mengelus puncuk kepala Adelia dengan senyum tampan nya.
"Kalau begitu aku masuk dulu ya,,," Adelia pamit kepada Rasya.
tapi tangan Rasya mencekal tangan Adel..
"Kalau ada apa-apa Kabari aku... aku selalu ada untuk mu Adelia," yang membuat Adelia menganggukan kepalanya dan berlalu dari pandangan Rasya.
Rasya masih di tempatnya dengan senyuman yang masih mengikuti arah sang gadi berjalan, sampai tak terlihat Rasya bergegas pulang.
Adelia sampai di depan Ruang rawat sang ibunda yang sudah lama di rawat di Rumah sakit itu, ibunya koma sudah lama setelah kecelakaan Lima tahun yang laly,Ayah dan adiknya meninggal di tempat, beruntung ibunya Selamat namun dinyatakan koma. Setiap pulang sekolah, bahkan sekarang Adelia duduk di bangku kuliah setiap hari ia berceloteh dan menceritakan setiap kegiatannya setiap hari tanpa ada yang terlewati.
Dan sekarang Adelia sedang duduk di sebuah kursi dekat dengan ranjang pasien, ia memandang wajah ibunya dengan berkaca-kaca dan tersenyum.
"Ibu,,, hari ini Adelia sedang apes." dengan tersenyum dan sedikit bernafas Adelia menceritakannya
"Hari ini Adelia sudah dua kali menabrak seseorang yang sama..."
"Dan anehnya orang yang aku tabrak, ekspresinya dingin banget,,,"
"hmmm,,, mungkin mau dingin gimana sikapnya orang aku sudah menabrak dia dua kali"
dengan di selingi candaan Adelia menceritakannya kepada sang ibu, seakan sang ibu mendengar. tapi bagi Adelia yakin bahwa sang ibu bisa mendengarkannya.
Adelia bergegas keluar ruang rawat ibunya, dengan langkah yang pelan kali ini, sorot matanya tajam kedepan dengan berkaca-kaca Adelia melamun membayangkan akan sampai kapan hidupnya begini, Ibunya selalu koma tak ada perkembangan sedikitpun dari lima tahun yang lalu.
Braaak.....
ternyata ada seseorang yang tak sengaja menabraknya, seseorang itu menajamkan penglihatannya dengan sorot mata yang seakan akan ingin memangsa mangsanya.
"Hei, kamu..." dengan tangan yang masih menggenggam sang gadis yang baru saja ia tabrak. tapi sang gadis masih tetap dalam lamunannya, bahkan tak merasakan apa-apa ketika di tabrak seseorang.
"Hei,,, kamu melamun?" dengan di lambaikan tangannya kepada sang gadis. tapi dia kaget karena mata sang gadis berkaca-kaca. Martin pun merasa bersalah, karena ia pikir sang gadis merasa kesakitan setelah ia tabrak. iya yang menabrak adalah Martin.
"Mana yang sakit,?" repleks pertanyaan itu keluar dari mulut Martin dengan memeluk sang gadis. 😂
sang gadis pun tersadar dari lamunannya, dan matanya melotot ketika tubuhnya ada yang memeluk dengan spontan tangan nya memukul dada orang yang memeluknya.
"Kamu siapa,,, kenapa memeluk ku,?" dengan meronta ronta Adelia di pelukan Martin.
"Kamu sekarang sadar,?" Martin dengan melepas pelukannya.
"Kamu..." Adelia pun kaget. ternyata yang memeluknya barusan adalah orang yang hari ini ia tabrak dua kali.
"Hei,,, di Rumah sakit itu jangan melamun, bagai mana kalau kamu kerasukan arwah suster ngesot, Atau arwah penunggu ruang mayat,?" dengan wajah datarnya seorang Martin berceloteh kepada Adelia.
"Kenapa memeluk ku,,?" Adelia masih saja penasaran dengan kejadian barusan, karena ia tengah melamun sampai tak tahu ada yang menabraknya.
"Sialan,, aku harus menjawab apa.? masa iya aku mengatakan kalau aku menghwatirkannya karena telah aku tabrak. hmmm... sepertinya dia tidak menyadari kalau aku menabraknya. oke akan aku kerjain.." batin Martin yang berbicara seraya menahan senyum.
"Kamu tadi telah menabrak ku.." Martin pun mulai beraksi akan mengerjai sang gadis.
"Apa,,,?" Adelia pun ingat atas perkataan Martin, jikalau ia menabrak kembali harus bertanggung jawab.
"Apa yang harus aku tanggung jawab,?" dengan rasa bersalah Adelia mengajukan pertanyaan nya.
"Hahaaa,,,, dia ternyata masih mengingat perkataan ku waktu siang tadi," batin Martin.
"Oke, catat nomor hp mu di sini," Martin dengan Menyerah kan ponselnya kepada Adelia.
dan Adelia pun menuliskan nomornya dengan di catatkan nama Adelia di situ.
"Apakah hanya dengan mencatat nomer hp saja, itu sudah termasuk tanggung jawabku,,?" dengan polosnya Adelia menanyakan.
"Eittss,,, Enak saja. Kamu harus tahu badan aku berasa remuk berbenturan dengan badan mu yang lebar itu." Cerocos Martin sedikit menghina Adelia.
"Apa kamu bilang, Badan aku lebar,,?" dengan melotot nya Adelia tak terima jika badannya di bilang lebar oleh cowok tampan yang sedang di depannya. jelas-jelas badannya itu ideal bagi seorang cewek. bahkan di luaran sana ingin badan sepertinya harus bersusah payah untuk berolah raga. begitu pikir Adelia.
"Jelas Saja tubuhmu yang kerempeng,," Adelia sekarang merasa marah sampai mulutnya mengeluarkan hinaan.
"Hahaaaa.... " repleks mulut Martin tertawa karena jelas kerempeng yang menurut Adelia itu tidak benar. Justru badannya sangat atletis yang mampu menggoda kaum hawa.
"Besok aku akan mengatakan apa yang harus kamu tanggung jawab,," dengan wajah yang kembali serius dan dingin Martin berlalu dari hadapan Adelia.
Masih keterpakuannya Adelia berpikir apa yang harus dia tanggung jawab kepada seorang Martin yang terkenal mempunyai semuanya.
"Aah... masa iya dia meminta uang untuk ganti rugi,,?"
"hmmm... atau apa yaaaa?" dia pusing sendiri dengan pikirnnya.
Sampailah Adelia di sebuah Warung makan, dia sedari tadi berniat untuk mengisi perutnya. tapi malah ada gangguan.
"Bu, Nasi sama Soto dagingnya yaa. "
"Airnya teh tawar aja,," begitulah Adelia memesan makanan. karena ia harus mengirit keuangan, untuk biaya rumah sakit ibunya.
tak berselang lama datanglah makanan yang Adelia pesan.
"ini neng pesanannya..." kata si ibu pemilik warung.
dan di santaplah dengan lahap oleh Adelia yang sedari tadi menahan lapar karena harus berdebat dulu dengan Martin.
"Kenapa dia ada di Rumah sakit,,?" pertanyaan itu lolos di pikirannya.
"Ahh... kenapa aku harus tau tentang dia."
"Yang jelas sekarang aku tahu bahwa dia menyebalkan, nggak seperti kata mahasiswi di kampus yang mengidolakanya karena tampan dan cool.." pikiran batin Adelia terus bercicit.
Setelah Makan Adelia pergi dulu ke Mini market yang dekat dengan Rumah sakit,,,
"Adelia...." seseorang menyapanya, dan ternyata seorang pria tampan yang ramah, dia Dosen di kampusnya dan menjadi idola juga di kampus karena ketampanan sang dosen.
"Pak Diki,,," Adelia pun menyapa sang dosen.
"Kamu sendirian del...?" dosen itu kembali bertanya.
"oh iya pak,, saya sendiri." Adelia menjawab serta berpamitan.
"Mari pak,, saya duluan" dengan sopan Adelia berpamitan.
dengan anggukan dan senyum yang mempesona dosen itu menjawab.
"Sungguh Adelia beda dengan mahasiswi yang lain, bila bertemu denganku mereka selalu bersikap salting. beda dengan Adelia yang selalu sopan dan biasa saja." Batin dosen tampan itu.
Martin kini berada di ruangan pamannya yang sedang sakit, dengan tante dan juga sepupunya.
"Martin..."tante Meli pun menyapa Martin yang berjalan menuju ke arahnya. Tante Meli merasa sangat senang baru kali ini seorang Martin mau menemuinya di kala sang suami masuk rumah sakit. Begitu juga dengan Rima sang sepupu yang sangat senang melihat Martin ada di depannya. karena sudah Lama Rima menyukai Martin, tapi tidak dengan Martin yang cuek dan tak peka akan apa yang di lakukan Rima padanya.
"Tante, Bagaimana keadaan Om Andre?" tanya Martin yang sudah berada di dekat tante Meli.
"Lumayan membaik, tadi Dokter sudah menyuntikan pencairan darah untuk om,," kata tante Meli
"Martin, terima kasih kamu mau kesini menjenguk om,," kata tante Meli lagi.
jadi tadi pas Martin di ruangannya yang berada di cafe, di telepon oleh tante Meli bahwa om Andre pamannya Jantungnya kambuh.
"Iya tante, sama-sama.." jawab Martin yang sekarang duduk di sofa di sebelah Rima.
"Martin,, apakabar?" Rima langsung menjabat tangan ketika melihat Martin ada di dekatnya.
"Baik.." begitu jawab Martin
"Sejak kapan kamu udah di Indo,?" tanya Martin yang ia tahu Bahwa Rima ada di Amrik.
dengan senyum yang sangat menawan Rima menjawab "Dua hari yang lalu,,,".
Martin merasa jenuh berada di rumah sakit, dia merogoh ponsel dan ngechat ke dua temannya yaitu Reyhan dan Dimas.
Martin
kalian datang ke cafe gue sekarang,,!
Reyhan
ok siap....
Dimas
asssiap bosss
Martin pun merasa cukup untuk menjenguk om nya, dia berpamitan dan mengatakan akan kembali lagi lain hari jika om nya belum sembuh.
dan ketika berjalan dan mendekati taman wajahnya serius menatap seorang gadis yang sedang duduk di kursi taman. ia adalah Adelia,, tadi sepulang dari mini market dia duduk dulu di taman untuk menangis dan menenangkan pikirannya. karena tak mungkin dia menangis di depan ibunya walaupun keadaan ibunya sedang koma.
didekatinya keberadaan sang gadis, dan berhenti tepat di belakangnya Martin Memicingkan matanya, bahkan dahinya sampai berkerut karena mendengar sang gadis sedang menangis pilu, bahkan seorang Martin yang mendengarnya pun merasakan bahwa begitu sedihnya gadis di hadapannya ini.
dengan langkah pelan, Martin duduk di dekat sang gadis tanpa sepengetahuannya, lebih jelas isakan tangis sang gadis yang terdengar oleh Martin. tanpa mau bertanya dan masih terdiam Martin sengaja mendengarkan kata-kata menyentuh hati sang gadis di sela tangisnya.
"Oh Tuhan, sampai kapan aku hidup begini."
"Aku tak seberuntung mereka yang mempunyai kasih sayang dari orang yang tersayang"
"Bahkan sudah lima tahun lebih aku selalu berada di sini menyaksikan sang ibu yang tak kunjung bangun, Tuhan hamba Mohon pada Mu sembuhkan lah ibu ku,"
dengan isakan Adelia berkata kepedihannya.
sampai Tangan Martin repleks dan merangkul Adelia untuk masuk ke pelukannya, Martin merasakan apa yang di rasa Adelia. Adelia butuh kasih sayang seperti dirinya .
Adelia pun tak menyadari, dia masuk kepelukan Martin bahkan wajah nya ia benamkan di dada yang mendekapnya.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang melihat seakan mereka bermesraan, ya sepasang mata itu yaitu Rima sepupu sekaligus yang mencintai Martin begitu dalam. dia Marah dengan Rasa cemburu nya ia berlalu pergi.
Setelah cukup menumpahkan tangisnya, Adelia terperanjat kaget dirinya ternyata berada di dalam dekapan seseorang.
deg...
Adelia mendongak melihat siapa yang memeluknya
"Kamu..." Adelia kaget ternyata Martin yang tengah memeluknya.
"Diam dulu,,," cegah Martin yang tau bahwa Adelia akan memarahinya dan melepas pelukannya.
di hirup aroma wangi rambut sang gadis kuat-kuat, begitu nyaman yang Martin rasakan. tanpa mau melepas pelukannya. Martin malah bertanya.
"Masalah jangan di pendam sendiri,," begitu cicitnya
dan melarai pelukannya dengan mata yang tetap menatap sang gadis begitu dalam.
Adelia sampai tertegun di tempatnya karena seakan tersihir oleh kata-kata Martin, seakan Martin menawarkan dirinya untuk mendengar keluh kesahnya.
Martin mengelus Rambut Adelia dengan lembut, dan pergi berlalu.....
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 324 Episodes
Comments
Onti Titi
ah baperrr
2022-03-15
1