Kecantikan wajah bisa menarik pria terbaik, tapi kecantikan hatilah yang mampu mempertahankannya dalam kesetiaan . Pegang janjiku , aku hanya mencintaimu satu dan selamanya.
*****
Tiga gundukan tanah pemakaman itu masih basah dan Handoyo telah menebarkan bunga di seluruh makam itu. Makam kedua mertuanya dan Lidya, istrinya yang sedang mengandung 4 bulan .
Handoyo hanya mampu menatap sedih ke tanah merah itu . Handoyo merasa seolah hidupnya kembali pada masa lalunya sebelum mengenal keluarga Lidya. Dia hanya sebatang kara, entah siapa keluarganya .Kehidupan di panti dan ibu panti yang selalu dikenalnya hingga ia masuk ke sekolah unggulan di kota Lampung mengenalkannya kepada keluarga Lidya yang sederhana namun baik hati kepadanya.
Mereka orang-orang baik, kenapa Tuhan memilih menjemput mereka dengan cara yang tidak biasa. Mertua lelaki dan mertua perempuannya ditembak tepat di dahinya, dan istrinya juga di posisi yang sama. Namun satu hal yang membuatnya semakin marah adalah istrinya ketika sudah meninggalpun, mayatnya di bakar di depan pagar rumahnya. Benar-benar prilaku sadis.
Handoyo masih berfikir, bahwa ia tidak mempunyai musuh dan tidak mengerti, mengapa ada orang yang sesadis ini dan menyakiti keluarganya. Bahkan pelaku itu sampai hati membakar istrinya. Handoyo berfikir bahwa ada 2 kemungkinan istrinya dibakar yaitu membenci dirinya ataupun istrinya. Tapi Lidya adalah wanita yang sangat lembut, baik dan cantik. Ia selalu gemar menolong orang, rasanya tak mungkin istrinya itu mempunyai musuh. Handoyo terus meratapi nasibnya dan menyesali keputusannya bahwa ia tidak ada di samping istrinya dan tidak mampu melindungi keluarganya.
Ditatapnya ketiga gundukan itu dengan penuh penyesalan dan ketika Handoyo menengok ke belakang seperti ada suara orang yang sedang menangis. Ada 3 orang anak kecil yang berseragam sekolah masih berdiri di dekat makam keluarganya dan menangis perlahan.
Dua anak laki-laki yang berseragam sekolah dasar dan seorang anak perempuan yang menggunakan seragam rok putih biru. Kelihatannya mereka kakak beradik, tapi mengapa mereka menangisi makam ini. Handoyo menatap mereka dan ketiga anak itu seolah tidak memperhatikan Handoyo dan seolah benar-benar meratapi kepergian anggota keluarganya.
" Siapa yang kalian tangisi? " Tanya Handoyo pada mereka bertiga dengan tatapan tidak suka karena mengganggu lamunan dirinya.
Ketiga anak itu mendadak terdiam dan menatap penuh takut pada Handoyo. Kakak tertua yang berseragam putih biru menunjuk ke makam Lidya.
"Mbak Lidya.... kami menangisi mbak Lidya yang baik hati.... kami kehilangan mbak Lidya " Kata pelajar itu sambil terus menangis dan kedua adiknya juga menangis memeluk sang kakak.
"Kamu kenal istriku?'
"Iya pak... setiap siang mbak Lidya memasakkan kami makanan ... kami sudah tidak mempunyai ibu dan mbak lidya itu seperti ibu kami... dia mengajari saya memasak dan mengajarkan saya dan adik-adik pelajaran sekolah jika beliau ada waktu senggang.... kami belum bisa membalas budi baiknya... maafkan kami yang tidak berani menolong mbak Lidya... hua.....aaaa..." mereka semua menangis kencang.
"Pulanglah kalian ... dia sudah tenang.... dimana rumah kalian?"
"Di sebelah rumah bapak... kami bertiga adalah anak Pak Wanto.... mungkin bapak lupa.... saya yang tiap hari bertugas menyapu halaman di rumah bapak...maafkan kami mengganggu bapak... maafkan kami tidak sopan tapi kami juga bingung...
"Oh... kalian adalah anak pak wanto... kemana ayahmu?'
"Ayah juga ditembak bersama keluarga mbak Lidya dan sekarang ayah masih dalam perawatan di RSUD... kata pak RT...
"Ayahmu juga kena tembak? Apakah kamu melihat kejadiannya?"
"Iya pak... kami bertiga melihat mbak Lidya diseret keluar dari rumah dan akan dibakar... ayah menyuruh kami diam di dalam rumah dan hanya boleh lihat dari jendela,... lalu ayah keluar dan berteriak teriak minta mereka semua berhenti .... emh.... karena ayah meminta mereka berhenti ... mereka tertawa dan mereka menembak ayah dua kali dan terus mereka menyakiti mbak Lidya.... ayah ditembak di kaki dan kami semua juga melihat mereka semua tertawa-tawa ketika api mulai menjalar.... polisi baru datang dua jam kemudian.... kami takut keluar rumah dan kami juga belum melihat ayah....kami tidak tahu harus bagaimana?"
Handoyo begitu emosi mendengar cerita itu. Ini bukan kejadian perampokan atau penganiayaan biasa. Ia makin tersadar bahwa ia harus mencari informasi sesegera mungkin. Ditatapnya ketiga anak itu yang masih menangis dengan pandangan yang berbeda dari sebelumnya. Sedikit rasa iba mulai hadir.
"Kalian lihat pelakunya?" Handoyo bertanya kepada mereka yang masih menangis itu.
Ketiganya mengangguk dan salah satu anak yang berseragam putih merah menjawab. " Itu Mas Andi yang anak pak Kadus (Kepala dusun) ada di situ dan terus tertawa dengan sangat keras, . pak Handoyo.... setiap hari jika pulang sekolah kan Mas Andi suka melemparku dengan batu hingga aku berlari cepat-cepat sampai terjatuh.... terus Mbak Lidya sering mengobati dengan obat merah... jadi aku hapal tertawanya mas Andi....
"tapi kan dek... kata Pak RT kita gak boleh bicara tentang mas Andi sama polisi ataupun siapapun...ntar kita ditangkap..ingat pesan pak RT? " Ujar perempuan berseragam SMP itu mengingatkan adiknya.
"Maafkan saya... mohon jangan laporkan kami ke polisi, Pak Handoyo , "Ujar perempuan itu dengan memohon pada Handoyo.
'Tenanglah kalian.... aku yang akan menjaga kalian dan kalian tidak perlu berbicara pada orang lain sehingga polisi tidak perlu bertanya... jika ada yang bertanya kalian harus menjawab, bahwa tadi malam kalian semua sudah tidur, maka polisi tidak bisa menangkap kalian... sekarang kalian sudah makan belum?"
Ketiganya menggeleng. Handoyo tersenyum menatap mereka. "Ayo temani aku cari makan dan kita makan bersama..."Ajak Handoyo sambil melangkah meninggalkan makam itu. Ketiga anak kecil itu mengikuti langkah Handoyo meninggalkan tanah makam.
Dalam langkahnya Handoyo berkata di hatinya.... " Akan kucari siapa yang melakukan ini semua pada keluarga Lidya dan kubalaskan dendam ini pada mereka semua...mereka merusak keluargaku..orang -orang yang telah baik padaku... orang orang yang sangat kucintai.... lihat saja mereka...
*****
Handoyo memasuki rumahnya yang diberi garis kuning oleh polisi. Seharusnya ia tidak boleh berada disitu. Rumah itu gelap dan ia memang tidak menyalakan lampunya. Ia ingin melihat keadaan rumahnya secara langsung. Ruang tamu yang biasa rapi dan sekarang dalam keadaan berantakan dan kotor.
Noda darah masih tersisa di ruang tamu itu dan ia membiarkannya.Tidak ada yang disentuhnya. Ia hanya melihat janjinya. Handoyo cukup mengerti bahwa ia tidak boleh memasuki rumah ini apalagi menyentuh barang bukti karena sedang dalam penyelidikan polisi.
Ketika akan memasuki kamarnya bersama Lidya, ia cukup terkejut melihat bingkai foto pernikahannya dengan istrinya pecah di lantai dan ada bekas sepatu menempel di foto itu. Pertahanan Handoyopun goyah.
Handoyo memungutnya, bingkai kaca itu pecah karena diinjak-injak dan ada bekas sepatu yang masih menempel di foto. Apakah ini juga ulah Andi? .. ia harus menyelidikinya, batin Handoyo. Ditatapnya wajah Lidya yang saat itu sedang tersenyum manis di foto itu Dalam foto pernikahan mereka, Lidya sangat cantik dan bahagia . Pernikahan itu dilakukan baru sekitar 9 bulan yang lalu. Saat itu Handoyo memaksa segera menikahinya begitu mendapatkan pekerjaan di Cibinong dan tidak ingin dia terlambat memiliki wanita cantik yang baik hati itu.
Kecantikan wajah Lidya bisa menarik banyak pria terbaik di dusun ini , tapi kecantikan hati Ldiya lah yang mampu membuatnya segera meresmikan pernikahan mereka dan akan mempertahankannya dalam kesetiaan .
Lidya.... Pegang janjiku , aku hanya mencintaimu satu dan selamanya. Jemput aku jika sudah membereskan orang yang menyakitimu ! Aku akan membalaskan dendammu ! Bapak dan ibu maafkan aku yang tidak bisa menjaga kalian dan tidak menepati janjiku untuk menjaga Lidya. Akan kubalaskan setiap darah yang tertumpah di rumah ini.
*****
Happy reading guys.... semoga suka dengan karya keduaku... Boleh tinggalkan Like /poin /Hadiah/ komentar / apapun yang menurut kalian layak. Terimakasih mau membacanya....Semangat ya dalam menjalani hari kalian !
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Nindira
Sadis benar sih kematian Lidiya dan keluarganya padahalkan Lidiya lagi hamil, gimana Handoyo gak terpukul tuh atas kematian istrinya
2022-04-25
0
MommyAtha
mampir
2021-12-20
0
ANAA K
Semangat selalu kak😋✌🏾
2021-11-13
0