Tetangga manis kamar 1 A

Mia mengajak Andra ke perpustakaan umum, "Perpustakaan Umum? Zaman modern seperti sekarang?" tanya Andra tidak percaya.

"Iya?! Memang ga boleh ya? Kasihan ga ada yang ngunjungi. Secarakan zaman sekarang serba digital jadi, kasihan tempat ini." Ucap Mia tersenyum.

Mereka memasuki gedung perpustakaan Mia mengembalikan beberapa buku bacaan dan menyewa beberapa lagi. Kemudian mereka ke luar Mia membawa Andra ke gedung pameran lukisan menikmati beberapa lukisan, Mia berdiri lama di sebuah lukisan seorang ibu menggendong bayi mungilnya.

"Ada apa?" tanya Andra.

"Tidak!" Mia tetap tersenyum dan menarik Andra ke luar gedung dan pergi ke sebuah jembatan yang membelah kota dengan pemandangan indah lautan luas,

menikmati sore hari dengan meminum air kelapa muda.

"Pak pesan dua kelapa murni!" ucap Mia.

Si penjual memotong dua buah kelapa dan memberikan kepada Andra dan Mia yang sedang duduk, segerombolan pengamen jalanan datang membawakan lagu romantis milik once-dealova.

Lagi-lagi Mia dengan riangnya memberikan uang seratus ribuannya dan disambut terima kasih para pengamen jalanan.

Mia menikmati setiap momen hidupnya seperti lepas tak terkekang, hanya saja Andra merasa ada sesuatu yang tersimpan di sana.

Ddrrt drrt drtt!

Ponsel Andra berbunyi, Andra mengangkatnya.

"Hallo ...." jawabnya malas.

📞 ....

" Kirimkan saja lewat email, nanti aku cek dan aku kabari Ka" balasnya menutup sambungan telepon.

Mia meminum es kelapa mudanya masih menikmati hembusan angin pantai.

Sepasang suami istri mendekati mereka,

"Hai Mia! Wah gebetan baru ya?" ucap si wanita dengan meneliti Andra.

"Aku kira kamu ga bakal move on dari Amri, secara wanita mandul kayak kamu mana mungkin ada pria yang mau lagi!" ucap si wanita.

Mia hanya memandang malas ke arah pasangan itu, "Mengapa ketemu mereka sih?" batin Mia.

"Lihat aku! Aku sedang hamil anak Amri, baru 5 tahun menikah kami sudah punya anak 3." Ucapnya.

Mia juga diam tidak bersuara, "Apakah kamu ga mau ngucapin selamat kepadaku Mia?" tanya si wanita lagi.

"Selamat Mira, jagalah bayimu agar sehat dan tidak keguguran terus." Ucap Mia.

"Kau mendo'akn anakku keguguran lagi begitu?" Mira marah.

"Lihatlah mantan istrimu yang mandul itu! Tidak berperasaan! Untung saja Mamamu langsung menyuruhmu menceraikannya." ucap Mira.

"Sudahlah! Ayo kita pergi." Ujar Amri sang mantan suami Mia.

Andra memandang wajah Mia, "Wanita ini ... memiliki banyak kesedihan di balik senyumannya." Batin Andra ia mulai memahami mengapa Mia begitu lama di depan lukisan Ibu dan bayinya tadi.

"Kamu tidak apa-apa Mia?" tanya Andra selembut mungkin. Ingin rasanya Andra merengkuh tubuh mungil Mia meringankan setiap beban yang melandanya.

Lagi-lagi Mia tersenyum dan menggeleng, meminum es kelapanya.

"Sudah lama kamu hidup sendiri?" tanya Andra penasaran.

"Hm, belum. Baru 5 tahun ini."

"Oh" Andra memandang hamparan laut yang begitu luasnya.

"Mari kita pulang!" ajak Mia beranjak pergi membayar es kelapa muda mereka.

Mereka kembali bersisian berjalan pulang hanya saja Mia lebih banyak diam tidak seceria awal pergi, Andra melirik ke arah Mia.

Andra menarik tangan Mia mengajaknya memutar ke arah lain, "Andra ...." lirih Mia.

Andra mengajak Mia ke game zone di sebuah Mall mereka bermain basket, bermain pukul-pukul boneka dan banyak permainan lainnya. Mia tertawa bahagia selain itu Andra mengajak menonton film bioskop film komedian, diam-diam Andra melihat ke arah Mia ditemaramnya lampu bioskop.

Mia begitu seriusnya menonton dan tertawa terkadang tangannya memukul gemas bahu Andra tanpa ia sadari.

Entah mengapa Andra menikmati setiap kebersamaannya bersama Mia, diam-diam ia mengirim pesan kepada Tika agar membeli dan mengirimkan lukisan Ibu dan bayinya ke apartemen 1B.

Ingin rasanya ia memberikan apa pun yang ia miliki untuk Mia, setelah selesai menonton Andra mengajak Mia makan malam ke Restauran P kembali. Andra memesan tiramisu ukuran besar menyuapinya sepotong demi sepotong ke mulut mungil nan seksi milik Mia.

Pukul 22.00 mereka kembali pulang ke apartemen bergandengan tangan, "Apakah kencan bohongan kita masih berlanjut?" tanya Mia berkelekar.

"Aku rasa iya. Jangan khawatir aku tidak meminta upah, aku ikhlas jadi pacar bohonganmu" Andra tersenyum dengan manisnya.

"Akh, senyummu manis sekali Tuan 1A. Sering-seringlah tersenyum!" goda Mia.

"Kalau aku sering tersenyum entar kamu diabetesan? Hahaha"

"Kalau diabetes hanya karenamu aku rela hahahaha"

"Yakinnn!" ulang Andra.

" Yaaa-kiiiinnn" balas Mia menegaskan.

Mereka saling menggoda dan tertawa, di balik gorden jendela Nyonya Merry memegang dadanya.

"Puji Tuhan semoga pria itu dikirim Tuhan hanya untuk Mia." Ucapnya.

"Alhamdulillah, semoga pria itu benar-benaar pria yang baik" ucap Aisyah.

"Amitopo semoga Dewa merestui mereka!" Ujar Aina.

Semua penghuni apartemen begitu bahagia melihat kebahagiaan Mia dan Andra, mereka sangat ingin Mia bahagia.

Mereka berpisah di depan pintu masing-masing dan tersenyum ceria.

"Akh, Tuan Misterius 1A, kau benar-benar membuat hatiku bahagia hari ini." Ujar Mia menari bergembira menghentakkan tubuhnya mengikuti irama musik biola milik Andra.

Ting tong!

Suara bel Mia berbunyi ia berlari menuruni tangga membuka pintu, ia melihat seorang kurir titipan kilat memberikan sebuah paket besar dengan terbungkus rapi, setelah menanda tangani surat tanda bukti.

"Dari siapa ya?" Mia berdebar membukanya.

"Ooo lukisan ini!" Mia memeluk dan menangis.

Ada sekeping hatinya bahagia dan pilu.

"Ya Allah, pernahkah aku akan memilikinya?" jemarinya memebelai wajah mungil sang bayi di dalam dekapan ibunya.

Mia menggantung lukisan di ruang tengahnya, berharap ada yang selalu menyambutnya pulang.

Selama ini ia selalu merasa kosong, ibarat cangkang tak berpenghuni.

Makanya ia selalu senang bila rumahnya penuh sesak orang-orang bertamu, berbicara. Ia selalu rindu tangisan bayi, seorang bayi miliknya yang tidak pernah kunjung hadir di hidupnya yang singkat.

Mia selalu ingin berguna dan bermanfaat buat orang lain, bukan hanya kesepian semata. Ia selalu merasa terkucilkan selama ini, hanya 3 tahun terakhir selama ia tinggal di apartemen tua ini ia merasa bahagia dan berguna, menemukan satu hobbi dan pekerjaan yang tidak begitu menyulitkannya.

Mia membersihkan diri setelah sholat Isya, ia mengerjakan komiknya inspirasinya benar-benar mengalir dengan derasnya malam ini ia tuang semuanya di dalam kotak-kotak kecil di mana ia melukis karikaturnya dengan menawan.

Azan subuh berkumandang, Mia menghentikan aktivitasnya menghadap sang Khalik bermunajat. Setelah itu mencoba memasak di dapur, ia ingin berterima kasih kepada si pemilik apartemen 1A atas lukisan indah yang selama ini ia kagumi.

Setelah semuanya selesai ia ingin mengetuk pintu apartemen 1A namun, masih terlalu pagi. Ia takut mengganggu privasi si pemilik rumah. Mia mondar-mandir di gang sempit sebagai pemisah di antara flat, Andra menaiki tangga ia baru saja selesai lari pagi di taman seberang. Ia berharap bertemu tetangga apartemennya, seperti kemarin pagi ia melihat tetangga manisnya berlari mengitari taman dari balkon apartemennya.

Namun pagi ini ia tidak bertemu dengan tetangganya yang bermata bening itu, Andra sudah menunggu hampir 2 jam di taman akan tetapi si mata bening tidak kunjung datang. Akhirnya ia melangkahkan kakinya pulang ke apartemennya dan saat ini ia melihat si mata bening mondar mandir di depan pintu mereka sambil meremas-remas kedua tangannya.

"Mia ...." lirih Andra.

"Aaoouu!" hampir saja Mia jatuh Andra menangkap lengan Mia.

"Ada apa?" tanya Andra memandang wajah Mia sepagi ini ia sudah ingin melihat wajah Mia.

"A-aku ingin me-mengucapkan tetee-rima kasih soal ehm lukisannya dan aku sudah memasak sarapan. Maksudku ... mau ga makan di rumahku? Kalau tidak aku akan membungkuskan untukmu." Mia terbata-bata mengutarakan keinginanya.

"Baiklah, aku mandi dulu" ucap Andra terus mengawasi wajah manis Mia yang tersipu malu.

"Baiklah kalau begitu, cepatlah mandi. Aku akan menunggumu." Mia secepat kilat masuk ke rumahnya, ia merasa malu juga ada sesuatu yang mulai berdebar di hatinya.

Andra hanya mematung memandang pintu tertutup rapat di depannya, "Aneh ckckckck." ucapnya ia masuk ke rumahnya mandi dan berpakaian cukup santai membunyikan bell.

Wajah Mia membuka pintu cerah, "Ayo masuk" Mia membuka pintunya lebar-lebar mempersilakan Andra masuk dan tidak menutup pintu kembali.

"Mengapa tidak kamu tutup!" tanya Andra heran.

"Masalahnya kita tinggal di Indonesia bukan luar negeri, secara aku seorang janda dan sendirian lebih baik menghindari orang berdosa gara-gara kita." Ucap Mia.

"Baru kali ini aku ketemu cewek seperti ini?" batin Andra.

"Ayo duduklah! " Mia mempersilakan Andra duduk di salah satu kursi meja makannya, Mia begitu cekatannya menghidangkan semua yang ia masak di meja mengambilkan nasi, sayur dan lauknya ia juga sudah membuat jus jeruk.

Walaupun menu sederhana hanya rendang daging sapi, rebus-rebusan sayur dan sambal terasi juga lalapan akan tetapi rasanya mengalahkan restauran bintang lima.

"Wah, enak sekali! Kamu pintar memasak Mia, belajar dari mana?" tanya Andra.

"Dari tangan Ibuku dan Ibunya Ibuku."

Andra menghentikan suapannya

"Maksudmu?" tanyanya.

"Hahaha Nenekku" ujar Mia tersenyum.

"Kamu ini ...."

Bersambung ....

Terima kasih sudah membaca novelku bila suka jangan lupa like, comen, hadiah juga votenya biar author lebih semangat mikirnya🤗🤗😅

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

seru banget thor

2022-02-14

0

Sis Fauzi

Sis Fauzi

ada banyak kesedihan dibalik senyuman Mia 🌹😭

2021-08-31

1

coco

coco

semangat kk

2021-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!