Pacar bohongan

Mia sudah pusing tujuh keliling menghadapi semua tetangganya di apartemen, sepertinya mereka beramai-ramai selalu ingin mencarikan jodoh untuknya.

Mereka seakan membuat gerakan "Ayo, kita carikan Mia jodoh!" hingga hampir setiap Minggu Mia mendapatkan sodoran pria-pria untuk diajak kencan buta sebagai perkenalan sebelum menikah.

"Aku sudah bilang, aku belum ingin menikah!" Mia selalu mengatakan hal ini namun, sepertinya tetangganya selalu turut campur urusan pribadinya.

Seperti malam ini, ia harus mendatangi rumah Bibi Aina yang berniat menjodohkannya dengan pria lainnya. Mia mulai lelah dan bosan ia harus mencari seseorang sebagai pacar bohongan agar para tetangganya berhenti menjodohkan Mia, ia sudah berusah mencari seorang pria namun, belum mendapatkannya.

Hingga ia melihat sesosok pria yang ia kenal sebagai tetangga seberang pintu apartemennya, si pria dingin yang sombong.

Mia berlari berusaha mensejajarkan langkahnya dengan pria tersebut, "Hei, berhentilah sekejap! Ada yang ingin kukatakan?" ucap Mia sedikit ngos-ngosan.

Andra berhenti memperhatikan tetangganya, "Ada apa?" ucapnya dingin.

"Maukah kamu menjadi pacarku?" karena putus asanya Mia asal bicara.

"Apaa?"

"Maksudku hanya pacar bohongan, a-aku sudah putus asa. Maksudku para tetangga sibuk menjodohkanku dengan banyak pria, aku pasti akan membayarmu." Ucap Mia begitu stresnya.

Andra hanya memandangnya saja, "Maksudku membayar jasamu untuk berpura-pura itu saja! Aku akan membayar 5 juta" Mia berpikir Andra seorang pemain musik jalanan yang mencari uang dengan bernyanyi dari kafe ke kafe.

"Apakah masih kurang? Katakan saja berapa gajimu sekali bermusik di kafe?" Mia terus saja berbicara tanpa jeda.

"Baiklah aku rasa cukup 5 juta plus makan malam di Restauran P." Ucap Andra

"Baiklah setuju!" Mia mengangsurkan tangannya disambut oleh Andra.

"Mulai kapan?" entah mengapa Andra tergoda, biasanya ia tidak pernah sudi berbicara kepada wanita mana pun.

"Mulai malam ini, hanya malam ini saja! Ayo berpura-puralah jadi pacarku, bukankah ini malam Minggu? Aku sudah mengatakan kalau malam ini aku sedang berkencan dengan pacarku. Mari kita ke Restauran P." Ajak Mia.

Mereka pergi ke restauran memesan meja untuk berdua, Mia menyerahkan buku menu ia ingin memberi makan yang kenyang buat si pemusik jalanan, yang sudah berbaik hati menolongnya.

"Paling tidak, ia akan bisa bertahan hidup untuk beberapa hari di kota besar ini" batin Mia.

"Ayo, pesanlah!" ucap Mia serius.

Andra memandang geli kepada Mia, "Baiklah, aku harap uangmu cukup untuk membayar makanan yang aku pesan, soalnya restauran ini mahal." Ucap Andra.

Ia berpikir andaipun ia tidak sanggup membayarnya, dia memiliki uang yang lebih dari cukup di ATM-nya.

Andra memesan hidangan pembuka steak daging sapi has yang mahal, memesan minuman non alkohol, memesan hidangan penutup tiramisu dengan porsi jumbo.

"Tolong, jauhkan tiramisu itu dari hadapanku. Kalau tidak aku bisa menghabiskannya?" mohon Mia.

Namun, Andra malah menyuapkannya ke dalam mulut Mia setiap potongan demi potongan hingga habis tidak tersisa.

Mia memperhatikan gaya Andra memanggil pelayan, "Pemuda ini seperti seseorang yang biasa di layani dan biasa memerintah orang lain, siapakah sebenarnya dia?"

"Hm, aku tidak tahu siapa namamu?" ucap Mia disela kenyangnya.

"Andra, namaku Andra!" ucap Andra

memperhatikan wajah Mia.

"Wanita yang aneh, membayar seorang pria hanya untuk berkencan pura-pura. Padahal ia pasti dengan mudah mendapatkan seorang pria mana pun!" batin Andra.

"Mengapa kau melakukan semua ini?" tanya Andra.

"Maksudnya?" Mia tidak mengerti arah pembicaraan mereka.

"Yeah! Membayar seseorang dengan lumayan mahal dan untuk makan malam hanya untuk pacar bohongan?" Andra menyandarkan tubuhnya di punggung kursi.

"Oh itu! Um, aku ... aku hanya tidak ingin dijodoh-jodohkan lagi. Itu sangat melelahkan, apa lagi pria yang menurut mereka baik belum tentu baik, terkadang tangan mereka seperti tangan kera." Ucap Mia.

"Tangan kera?" Andra bingung dengan perumpamaan yang diberikan Mia.

"Iya bertangan kera, lincah ke mana-mana? Dan itu sangat memuakkan. Rasanya aku ingin meninjunya, hanya saja mengingat Bibi Aina yang begitu baiknya. Aku tidak tega meninju ponakannya." jelas Mia.

"Mengapa kau tidak menolaknya?" Andra semangkin bingung ada wanita sebaik ini menjaga perasaan orang lain sementara hatinya terluka.

"Sudah aku katakan aku tidak tega!" Mia masih menyulangkan sisa tiramisu yang kembali di pesan Andra.

"Seharusnya kamu menolak bila kamu tidak ingin dijodohkan" Andra masih mengamati wajah polos wanita di depannya.

"Yeah seharusnya! Akan tetapi mereka melakukan itu karena mereka peduli dan sayang kepadaku." Ucap Mia.

"Baiklah sudah malam, ayo kita pulang! Tolong jangan terlalu cepat berjalan, kakimu terlalu panjang berbeda dengan kakiku." Ucap Mia beranjak dari tempat duduknya membayar ke kasir dan mereka berdua ke luar dari restauran dengan berjalan kaki.

Ia membayar jasa sesuai yang ia janjikan, Andra menerimanya dengan geli, "Aneh sekali rasanya! Tapi aku takut Mia akan tersinggung, biarlah ia berpikir aku pemusik miskin kelaparan yang terdampar di tengah kota."

Di depan apartemen, Mia menarik lengan Andra, "Sedikit romantislah berjalan seperti pasangan kekasih yang sedang jatuh cinta, untuk meyakinkan Bibi Aina dan Nyonya Merry. Bahwa kita memang pasangan kekasih" ucap Mia melingkarkan tangannya ke selipan lengan Andra.

Deg!

Jantung keduanya bergetar lembut, sudah lama Andra maupun Mia tidak merasakan getaran itu lagi.

"Baiklah kamu ingin yang romantis bukan? Jangan coba-coba mengajari bebek berenang Mia!" Andra mencium bibir Mia.

"Ini tidak ada di dalam perjanjian" sengal Mia disela ciuman yang membara.

Bagaikan dentuman meriam melesat di kepala Andra rasanya ia ingin lagi.

"Ini gratis, jangan khawatir!" kembali Andra mencium Mia hingga tubuh Mia yang kecil terangkat dari tanah.

Andra melepaskan ciumannya, ia pun terengah "Aku rasa sudah cukup! Untuk meyakinkan teman-teman tersayangmu." Ucap Andra, ia sendiri pun tidak yakin siapa sebenarnya yang ingin ia yakinkan dirinya atau wanita di balik gordennya yang sedang mengintip.

Mia terhuyung setelah lima tahun menjanda baru kali ini ada pria mesum yang sesuka hati mencium seenaknya saja. Hanya saja ia tidak mungkin marah karena ia melihat Nyonya Merry mengintip di balik gorden jendela, begitu juga dengan Bibi Aina.

"Mati aku! Besok akan jadi gosip hangat" batinnya.

"Kamu terlalu berlebihan, besok mereka akan menggiring kita ke pernikahan." Mia mulai khawatir.

"Apaaa?!" Andra bingung namun sudah terjadi.

"Bersiaplah! Besok pasti akan heboh." Ucap Mia.

Keduanya melangkah masuk ke dalam apartemen masing- masing masih berpura-pura bergandengan tangan dengan mesranya, di depan pintu apartemen mereka berpisah. Mia menyelesaikan striping komiknya dengan Anita yang sedang berciuman mesra dengan kekasih idamannya di bawah cahaya lampu, sementara Andra bermain biola mengalunkan lagu rindu yang menyayat kalbu bagi yang mendengarkannya.

Mia masih terbayang-bayang akan ciuman yang tanpa sengaja mereka lakukan begitu dalam intens dan mendamba, "Akh, itu hanya sandiwara!" hiburnya pada diri sendiri. Ia membersihkan tubuhnya dan mencoba tidur dengan nyenyak.

Andra sendiri sudah berulang kali mengalunkan lagu cinta dan kerinduan yang mendamba walaupun, ia sendiri tidak tahu untuk siapa alunan musik itu ia berikan.

Bayangan wanita ceria di depan pintunya seakan menariknya untuk terus bermain musik mengaluni mimpi indah wanita bermata bening itu.

Naluri kelelakiannya yang selama ini padam seakan mulai bangkit, meronta seakan-akan bayangan kelam masa lalunya sirna di bawa angin sejak kedatangan wanita bermata bening yang sudah memporak-porandakan kegetiran hidupnya karena cinta.

Bayangan luka yang diberikan Manda pun lenyap entah ke mana, yang ada sesuatu yang sulit dijabarkan dengan kata-kata mesra. Pengkhianatan Manda sang mantan tunangannya dengan mantan suami adiknya pun hilang tersapu ombak.

Andra menghentikan permainan biolanya, "Wanita seberang benar-benar mengerikan, bagai hantu laut yang siap menenggelamkan perompak di tengah lautan" ucap Andra mengenang sekelumit wanita berambut pendek seperti lelaki itu.

Andra mengingat setiap detail dari wajah polos, tatapan indahnya, senyumnya juga cara dia tersipu malu.

"Benar-benar gila!" umpatnya kesal.

"Bila aku tahu akan jadi begini, aku tidak akan melakukannya." Sesalnya.

Ia membuka laptopnya berusaha memeriksa email dan semua pekerjaannya, ia ingin melupakan sejenak wajah makaikat di seberang pintunya.

Andra benar-benar gelisah, ia benci pada rasa yang sudah lama ia lupakan rasa mendamba akan sebuah cinta dan kasih sayang, karena tiga kata itulah hidupnya dan adik perempuannya berantakan akibat perselingkuhan. Ia membayangkan wajah-wajah mungil ponakannya yang tanpa dosa, hatinya berdenyut terluka.

Bersambung ....

Terima kasih jangan lupa like, comen, vote juga hadiahnya biar author lebih semangat🙏😘

Ilustrasi tokoh

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

ini mah keren banggggget kak author

2022-02-14

0

Sis Fauzi

Sis Fauzi

hantu laut yang ngangenin 😂❤️

2021-08-30

1

🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ

🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ

menyesal tp dah ciuman🤣

2021-08-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!