Sedari lahir, nasib buruk selalu menimpanya. Nasib buruk pertama iyalah, dia dibuang oleh kedua orang tuanya, tapi beruntunglah dia dipungut, dan dibawa ke panti asuhan. Beberapa tahun kemudian, setelah dia berusia enam tahun, Mika pergi dari panti asuhan, karena sering kali gadis bernasib malang itu dijadikan bahan bullyan, bahkan sampai pernah terluka, karena siksaan dari anak-anak lainnya.
Setelah kabur dari panti asuhan, dia bertahan hidup di dunia keras ini, dengan menjadi penjual pernak-pernik di pesisir pantai Kuta dari usia enam tahun, hingga kini dia berusia 23 tahun. Beruntunglah gadis malang itu, tidak pernah di ganggu setelah keluar dari panti asuhan. Memang setiap manusia setelah mendapatkan kesulitan atau kejadian, pasti akan selalu mendapatkan keberuntungan.
Sekolah? Tidak, dia tidak sekolah atau belajar. Bisa dibilang gadis itu buta hurup. Dia hanya bisa menghitung uang, karena itu memang keahlian orang-orang. Walau mereka tidak pernah bersekolah sekalipun, mereka masih bisa menghitung uang.
Deburan ombak kembali menyapa gendang telinga gadis ayu itu, hingga membuat dia tersadar dari lamunanya tentang kejadian kemarin siang, yang menimpa dirinya. Mika terlihat menyungging senyum, saat hembusan angin laut kembali menyapa kulit wajahnya. Bajunya kaos yang sudah nampak lusuh itu juga ikut terbang, diikuti rok panjang bermotif bunga-bunga itu juga ikut berkibar.
Tenang—itu yang Mika rasakan hingga membuat dia menyinggung senyum saat ini, 'bagaimana rasanya bisa bicara?' batinnya, karena hanya berbicara dalam hatilah yang mampu dia lakukan.
Bagaimana rasanya bisa bicara? hanya pertanyaan itulah yang selalu berkeliaran di pikirannya. Jangan kalian mengira, jika gadis malang yang terbuang itu, tak pernah berpikir untuk bunuh diri. Karena itu, pasti salah besar. Beberapa tahun yang lalu, saat dia masih tinggal di panti asuhan, gadis itu pernah sekali ingin bunuh diri, dengan terus berdiam diri di bak mandi, tapi itu sudah menjadi masa lalu, karena sekarang pikiran untuk bunuh diri sudah tak lagi berkeliaran di dalam pikirannya.
Mika masih terus menyungging senyum. Gadis ayu itu mencoba membuka mulut, untuk berbicara, tapi hanya kebisuan yang terdengar. Dia mencoba berteriak, tapi hanya deburan ombak yang menyapa, dia kembali membuka mulutnya hingga pupil matanya mengecil, tapi hanya suara pohon kelapa yang sedang bergoyang terhembus anginlah yang terdengar.
Sedih? Tentu saja gadis itu akan merasa sedih. Padahal dia selalu berharap, setelah terbangun dari tidur panjangnya, dia mendapatkan keajaiban untuk bicara. Namun, itu tidaklah mungkin bisa terjadi. Dia tidak hidup di dunia dongeng yang dipenuhi keajaiban, melainkan saat ini ia hidup di dunia, di mana yang memiliki kekurangan lah yang tertindas, dan terbuang.
"Mika! Rupanya kau belum pergi dari sini juga bisu!" Gendang telinga Mika langsung menangkap teriakan dari suara yang selalu dia dengar, dan sudah tak asing lagi bagi dirinya.
Dengan raut wajah panik, gadis itu mengambil kotak yang terbuat dari plastik miliknya, dan langsung berlari meninggalkan pesisir yang di samping kirinya dipenuhi bangunan motel, dan di sisi kananya itu sebuah laut lepas.
Mika langsung berlari menyusuri jalanan paving blok milik motel itu, dengan kepala menoleh ke arah belakang, berharap Rina tidak mengikutinya. Beruntunglah gadis itu sekarang, karena harapannya terkabulkan. Dia mulai memelankan larinya, dan tepat saat gadis ayu itu kembali menghadap depan.
Dia tak sengaja menabrak tubuh seorang pria, dan membuat dia tersungkur jatuh, dengan pernak-pernik miliknya yang berceceran di paving blok motel itu, "dasar anak desa menyebalkan, apa kau tidak punya mata." Mika tak bergeming saat gendang telinganya mendengar suara tegas, dan serak milik seorang pria yang sekarang tengah membersihkan baju santainya, seolah tubuh yang menabraknya tadi mengandung banyak sekali kotoran.
"Tuli! Kau mendengar apa yang aku katakan bukan? Di mana matamu itu? Apa kau berjalan sambil tidur bodoh?" cerca pemuda itu, tapi Mika hanya menunduk dan bergerak memunguti dagangannya, "apa kau bisu?"
Pertanyaan itu langsung mencubit hati gadis malang itu. Dengan gerakan semakin cepat, Mika memunguti seluruh dagangannya. Gadis malang itu langsung berdiri, dengan memunggungi pria arogan yang tidak berhenti mencicit bak burung beo.
"Apa kau tidak punya rasa bersalah? Kau sudah menabrak 'ku dengan tubuh kotor itu brengsek! Dan dimana kata maafmu?" Mika masih tak bergeming. Gadis itu langsung berlari meninggalkan pria cerewet itu sendiri.
"Hai kau! Kau sudah berbuat salah, tapi kenapa tidak minta maaf! Apa gadis desa memang tidak punya sopan santun seper-" Pria itu berhenti berbicara saat melihat sebuah kertas yang tergeletak di atas paving blok. Tubuhnya yang tinggi, mulai menunduk untuk mengambil sepucuk kertas itu.
Tidak ada tulisan apapun di kertas itu, tapi di sana terdapat sebuah gambar emoticon yang tengah tersenyum sangat lebar, "apa gadis itu yang meninggalkannya?"
T.B.C
part dua udah meluncur nih?
satu kata buat Mika dong?
ehh siapa pria songong itu yah?
stay reading!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Sweet Girl
heee pak Deee ojok ngomel2..... rugi Dewe .....
2022-02-24
0
Rizkha Nelvida
mampir Thor,, author nukha rekomen ceritanya 😊
2022-02-08
0
apsari
kasar bgt
2022-01-22
0