Sepulangnya dari danau, Razka tampak baru saja selesai melaksanakan shalat Maghrib. Ia mengambil Al-Qur'an lalu mengaji sebentar.
Beberapa menit kemudian, Razka sudah selesai mengaji, kini ia ingin makan. Vian sudah menyiapkan makanan yang dimasaknya sendiri. Razka sama seperti Rafka yang tak suka masakan luar, seperti ada rasa was-was akan bagaimana cara mereka memasak makanan nya.
Sebelum makan Razka menghubungi keluarga nya dulu, bercerita sebentar tentang masalah-masalah yang dihadapinya hari ini.
Setelah selesai menghubungi keluarganya, barulah Razka pergi makan bersama Vian. Malam ini Vian memasak makanan yang menggugah selera.
Selain kompeten dalam masalah perusahaan, Vian juga sangat pandai memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Razka pun langsung makan malam tanpa ba-bi-bu lagi. Razka sangat suka masakan Vian walau nanti mulutnya berkata tidak.
"Tuan malam ini kita keluar yah," pinta Vian di sela makan nya.
"Kemana?" tanya Razka.
"Kemana saja boleh, kalau tidak kita ke mall saja, tuan. Saya ingin membeli sesuatu," jawab Vian antusias.
"Pergilah sendiri," sahut Razka.
"Ck, sudah saya duga anda pasti akan menjawab itu," gerutu Vian.
"Aku sudah selesai," ucap Razka meninggalkan meja makan. Vian hanya mencibir saja, ia pun membersihkan meja makan lalu mencuci piring.
Setengah jam kemudian, Razka keluar dari kamar dengan hanya memakai kaos lengan pendek serta jaket dan celana panjang. Ia juga sudah selesai shalat isya di kamar.
"Ayo cepat," ucap Razka membuat Vian langsung berbalik.
"Kemana?" tanya Vian mengelap keringat di wajahnya.
"Katanya jalan-jalan, masih mau atau tidak?"
Vian langsung bersorak riang dan pergi ke kamar nya untuk mencuci wajahnya lalu mengganti pakaiannya. Sedangkan Razka langsung pergi ke garasi.
Razka terbilang memang dekat dengan Vian, ia sudah menganggap Vian itu adik nya walau kadang-kadang sangat menyebalkan. Vian adalah anak Roy yang kedua, namun sekarang sudah menjadi anak pertama karena anak pertama Roy yang tak lain kakak nya Vian sudah meninggal ketika masih remaja.
Jadi Vian itu sama seperti Rafandra, umur mereka pun tak jauh beda.
Razka sudah masuk ke dalam mobil sembari menunggu Vian. Selang beberapa menit, Vian datang dan langsung masuk ke dalam mobil.
"Terimakasih, tuan." Vian berterima kasih karena sudah di ajak jalan-jalan. Sebenarnya ia bisa pergi sendiri, hanya saja ia tak mau meninggalkan majikannya sendirian.
Mobil pun melaju menembus kepadatan kota di malam hari. Vian mengemudi sembari bersiul pertanda mood nya sedang bagus.
Razka memilih diam dan menatap keluar jendela mobil saja. Gemerlap lampu malam membuat penampilan kota menjadi cantik. Ingin rasanya berlama-lama di sana, berdiri atau berjalan santai hingga lelah.
Beberapa menit kemudian.
Mobil sudah memasuki area Mall terbesar di kota itu, entah apa yang ingin di beli oleh asistennya itu, tapi ia memilih ikut saja. Hitung-hitung menyenangkan hati sesama manusia.
"Ayo, tuan." Vian berniat menggandeng tangan Razka agar tak tersesat, namun Razka langsung menepis tangan Vian.
"Kau pikir aku anak kecil yang harus digandeng, duluan saja dan belilah apa yang kau mau. Aku ingin ke tempat lain, nanti kita berjumpa di parkiran saja," ketus Razka dengan wajah jutek nya.
"Lah, berarti kita berpisah tuan?" tanya Vian.
"Iya," jawab Razka ketus lalu pergi meninggalkan Vian yang masih mencoba mencerna keadaan.
"Kalau nanti dia tersesat, bagaimana?" gumam Vian menatap punggung Razka yang semakin menjauh.
Vian pun memilih tak mengikuti Razka, ia akan berbelanja malam ini. Membeli baju untuk ibunya dan ayah nya, lalu membeli perhiasan untuk ibunya.
Di sisi lain, Razka terus berjalan menelusuri luas nya bangunan Mall itu. Ia tak berniat membeli apapun, ia hanya akan berjalan-jalan saja lalu kembali ke parkiran dan menunggu asistennya di sana saja.
Bruuukkk.
"Astaghfirullah, maaf." Seseorang tak sengaja menabrak Razka hingga barang belanjaan orang itu terjatuh.
"Tak apa, lain kali hati-hati." Razka tak berniat membantu mengambil barang-barang yang berserakan, namun setelah tau siapa yang menabraknya ia langsung memungut barang-barang belanjaan orang itu.
"Terimakasih," ucap Zia. Ternyata Zia lah yang menabrak Razka, wanita itu ada di Mall yang sama dengan Razka. Zia pergi bersama dengan Umi dan juga nenek nya, tapi mereka terpisah karena Zia ingin berbelanja baju sedangkan Zahra dan Aisyah memilih makan.
"Sama-sama, kau tak apa-apa?" tanya Razka kikuk.
"Iya, saya tak apa-apa, tuan. Sekali lagi saya minta maaf karena sudah membuat Anda tak nyaman," jawab Zia menundukkan kepalanya.
"Oh, tak apa-apa. Eum.....
Razka bingung mau bicara apa, ia tak bisa berpikir sekarang. Apalagi melihat pipi Zia yang memerah.
"Kau Zia kan?" tanya Razka canggung.
"Iya, bagaimana anda bisa tau?" tanya Zia dengan semangat empat lima.
"Eum, bukankah kau wanita yang pingsan di pinggir jalan itu?"
"Iya, tuan. Saya ingat anda lah yang membawa saya ke puskesmas, terimakasih banyak. Kalau tidak ada anda, saya tak tau nasib saya bagaimana," balas Zia senang.
"Jangan terlalu kaku, namaku Razka. Kau bisa memanggil namaku saja, jangan pakai saya ataupun tuan," kata Razka.
"Oh, baiklah."
"Hm." Razka tampak mengangguk-anggukkan kepalanya, kedua insan itu terlihat canggung.
"Kau sendirian?" tanya Razka.
"Tidak! Aku bersama ibu dan nenekku," jawab Zia cepat.
"Sepertinya kita terlalu sering bertemu," ucap Razka.
"Iya, jangan-jangan kita berjodoh," gumam Zia.
"Kau mengatakan sesuatu?" tanya Razka membuat Zia langsung gelagapan.
"Hehehe, tidak ada. Apa boleh aku meminta nomor ponsel mu?" tanya Zia membuat Razka membeku.
"Untuk apa!" tanya Razka dengan nada tak suka. Dalam pikirannya, Zia sama saja dengan wanita lainnya. Genit.
"Oh, jangan salah paham dulu. Aku hanya ingin mengundang mu untuk makan malam di rumah kami, kau sudah membantu ku. Jadi, aku ingin membalas kebaikan mu," jawab Zia seperti tau isi pikiran Razka karena ekspresi laki-laki itu tampak mulai tak nyaman.
Razka pun memberikan nomor ponselnya pada Zia, ia tak mengharapkan makan malam dengan keluarga asing sebenarnya, tapi entah mengapa otaknya terus mendorong agar ia memberikan nomor ponselnya.
"Terimakasih, aku akan menghubungi mu nanti. Sampai jumpa lagi, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Wa'alaikumusalam warohmatullahi wabarakatuh," balas Razka menatap kepergian Zia.
Bibirnya perlahan tersenyum melihat Zia semakin menjauh. Ia pun memutar balik tubuhnya lalu bergegas berjalan menuju parkiran, ia akan menunggu di mobil saja.
Di sisi lain.
Zia sudah berada di dekat ibu dan nenek nya. Ia bercerita tentang mengapa ia telat. Mereka bertiga pun pulang setelah puas berbelanja dan makan.
_
_
_
_
_
_
Mau lagi?
Sedikit info.
Daniel\= Ayah nya Zia.
Zahra\= Ibu nya Zia dan istrinya Daniel.
Malik\= Kakeknya Zia, ayah dari Daniel.
Aisyah\= Nenek nya Zia, istrinya Malik.
Jangan kebalik yah😂
Yang udah baca novel Daniel pasti udah tau kan🥰 Yang belum tau, ini udah author kasih tau🤭
Seperti biasa kalau ada typo langsung komen yah 🙂.
to be continue.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Nanda Lelo
untung dah baca cerita para bapaknya 🤭
2023-01-14
1
Noviatul Walidah
hehe
pertemuan ke 3x'a tanda2 brjdoh 😁
2021-12-24
0
Qiza Khumaeroh
lanjjuuttt,,
2021-10-18
0