Bab 4. Malu-malu meong.

Keesokan harinya.

Zia sudah sadar dan kini tengah duduk di hadapan Malik dan juga Daniel. Zia merasa sangat bersalah karena sudah melukai kakeknya.

"Abi sudah bilang jangan melamun, setiap kau merasa hampa ingat Allah, Zia." Daniel mencoba menasehati putrinya.

"Zia minta maaf," lirih Zia merasa sangat bersalah.

"Hari ini Zia jangan kerja dulu yah," pinta Malik.

"Iya, kakek. Sekali lagi Zia minta maaf," lirih Zia pasrah. Padahal hari ini anak-anak akan ujian, ia malah tak bisa hadir.

"Apa tangan kakek masih sakit?" tanya Zia.

"Sedikit," jawab Malik.

"Maafkan Zia yah."

"Iya, sayang. Tak apa-apa."

"Zia masuk ke kamar yah," ucap Zia pamit masuk ke dalam kamar. Daniel dan Malik mengangguk, Zia pun pergi ke kamar untuk mengistirahatkan pikirannya.

"Zia harus di ruqyah, Daniel."

"Tapi sampai sekarang tak ada ustadz yang benar-benar bisa me-ruqyah Zia, yang ada hilang sebentar lalu datang lagi," jawab Daniel ikutan bingung.

Masih terlintas ketika Zia di ruqyah pada usia 16 tahun. Putrinya itu malah menendang sang peruqyah, ia bahkan memakan bulat-bulat bawang putih yang di percaya bisa mengusir mahluk halus.

Entah setan apa yang ada di tubuh Zia, dia terlihat lengket pada diri Zia.

Di sisi lain.

Razka baru saja melakukan video call dengan keluarganya, ia sangat senang melihat dua keponakan nya yang gembul itu.

Setelah selesai video call, Razka bergegas pergi ke lokasi proyek. Semakin cepat, semakin baik.

*******

Sore harinya.

Razka sudah selesai mengamati proyek hari ini, ia belum mau pulang, ia akan jalan-jalan sebentar. Apalagi asistennya itu merajuk dari semalam sehingga tak ada wajah bahagia hari ini , hanya ada wajah di tekuk saja.

Razka dan Vian mampir di sebuah danau, di sana terlihat banyak pengunjung dan juga banyak penjual makanan.

Razka memilih duduk di kursi menunggu Vian yang memesan makanan.

"Assalamualaikum akhi," sapa beberapa wanita.

"Wa'alaikumusalam warohmatullahi wabarakatuh," balas Razka tersenyum sekilas lalu menundukkan kepalanya.

"Masya Allah, tampan nya ciptaan Allah," bisik-bisik mereka yang jelas Razka masih bisa mendengar itu.

Para wanita itu tertawa kecil lalu berjalan melewati Razka.

Razka kembali mengangkat kepalanya, di lihatnya wanita-wanita itu sudah pergi. Ia kembali menikmati pemandangan di hadapannya.

"Tuan, ini makanan nya." Vian memberikan satu cup telur gulung pada Razka.

"Apa ini?" tanya Razka bingung melihat makanan yang di bawa Vian.

"Makanan," jawab Vian seadanya dan menyantap makanan yang ada di tangannya.

Razka pun tak mau bertanya lagi, semakin bertanya maka semakin dongkol dirinya ini. Razka mengeluarkan ponselnya lalu memotret makanan yang ada di tangannya dan meng-upload foto makanan itu di aplikasi hijau.

"Jangan lupa makan dan tetap hidup." Itulah caption yang ia cantumkan di bawah foto makanan tadi.

Ting.

"Alhamdulillah masih hidup." Razka langsung mendapat balasan dari status nya. Balasan itu dari Gabriel, bahkan Abi nya itu memberikan emoticon menangis dan juga tertawa.

Razka pun membalas pesan dari Gabriel dengan stiker ngambek.

Setelah itu Razka pun menyicipi telur gulung yang dibelikan Vian. Awalnya agak aneh, namun Razka ketagihan. Apalagi ia suka telur, hal itu semakin membuat ia berselera.

"Banyak nya bidadari surga di sini," gumam Vian menatap para pengunjung dengan mata keranjang nya.

"Darimana kau tau mereka dari surga?" tanya Razka.

"Karena ketika melihat mereka saya bahagia, tuan," jawab Vian tersenyum penuh arti.

"Cepatlah menikah, sepertinya kau sudah tak tahan. Kalau perlu menikahlah dengan empat wanita sekaligus," saran Razka.

"Siap, tuan. Laksanakan," jawab Vian memberi hormat.

"Mengapa paman Roy punya anak seperti mu? Kau menjengkelkan," gerutu Razka.

"Walau menjengkelkan saya ini begitu kompeten. Anda harus mengakui itu, tuan." Vian menepuk dadanya bangga.

"Hm, gaya mu."

Di sisi lain.

Zia juga berada di danau yang sama dengan Razka. Ia memilih jalan-jalan untuk merilekskan pikirannya. Dengan di temani sang ibu, ia menikmati semilir angin sore di pinggir danau.

"Suka?" tanya Zahra mengelus tangan putrinya.

"Suka," jawab zia mengangguk.

Ia pun mengedarkan pandangannya, hingga berhenti pada dua orang pria yang duduk di kursi sembari mengobrol.

Senyuman Zia langsung terbit, entah mengapa ia mudah tersenyum jika melihat orang yang ada di depan matanya sekarang.

Di sisi Razka. Laki-laki itu tak sengaja menangkap seseorang yang tengah menatapnya. Matanya langsung melebar dan segera memalingkan wajahnya.

"Dia lagi," batin Razka antara risih dan senang.

Razka mengigit tusuk sate yang ada di tangannya hingga ia tersedak dan terbatuk-batuk.

"Ada apa, tuan? Apa anda menelan lidi nya?" tanya Vian memberikan minum pada Razka.

Razka segera meminum minuman yang di berikan oleh Vian. Sekilas ia melirik ke arah orang yang menatapnya, Razka kembali tersedak karena ternyata tatapan itu belum juga usai.

"Anda kenapa, tuan? Jangan-jangan ada yang sedang menggunjing anda, ini pasti perbuatan para laki-laki perut buncit itu. Cih, mentang-mentang di tolak kerja sama nya, mereka malah menggunjing anda. Sungguh....

"Diam lah, Vian. Kau ini berisik," gerutu Razka menutup mulut Vian.

Di tempat Zia. Wanita itu tampak tertawa kecil membuat Zahra kebingungan dan menatap ke arah tatapan sang putri.

"Ada apa, sayang? Apa yang lucu?" tanya Zahra penasaran.

"Coba lihat, umi. Sepertinya mereka itu saling menyukai," jawab Zia sembari menunjuk ke arah Razka dan Vian yang masih berdebat.

"Shuutttt, tak boleh begitu. Kita tak boleh langsung menyimpulkan sesuatu tanpa bukti, jangan Soudzon, dosa."

"Iya, Umi."

"Tapi memang mereka seperti pasangan," ucap Zahra membuat Zia tertawa. Kan sudah di bilang bahwa posisi Razka dan Vian itu seperti pasangan kekasih.

"Zia bilang juga apa, Umi. Ganteng-ganteng tapi suka dengan sesama jenis," timpal Zia.

"Eh, jangan begitu, sayang. Abi mu dulu juga suka bercanda dengan teman nya, tapi Abi normal kan. Mungkin saja mereka itu best friend forever together," ucap Zahra.

"Hehehehe, iya umi."

Di tempat Razka.

Laki-laki itu tampak bingung ketika dua wanita menatapnya dan juga tertawa. Pertama hanya ada satu wanita saja yang menatapnya dengan senyuman memabukkan, tapi sekarang ada dua wanita yang menatapnya sembari tertawa.

"Apa ada yang salah dengan ku?" gumam Razka.

Razka pun mengalihkan pandangannya pada Vian yang senyum-senyum sendiri. Ia bergidik geli melihat tingkah asistennya itu.

"Menjauh lah, Vian." Vian langsung menatap penuh kebingungan ke arah Razka.

"Kenapa tuan?" tanya Vian

"Tidak ada, aku hanya tak ingin dekat-dekat dengan mu. Menjauh lah," jawab Razka.

Vian pun tak membantah lalu menjauh dari Razka.

Razka menghela nafas lega lalu melanjutkan makan nya. Sesekali ia melirik ke arah Zia yang tampak berbincang dengan wanita di sampingnya yang tak lain adalah Zahra.

Sesekali Razka tertangkap basah sedang memperhatikan Zia. Kalau bukan Vian, yah Zahra. Mereka menangkap basah Razka yang suka melirik ke arah Zia.

"Zia, laki-laki itu sepertinya suka pada mu. Dia tampak memperhatikan mu," ucap Zahra memberitahu putrinya bahwa ada penggemar rahasia di depan mata.

Mendengar itu dia hanya bisa tertawa kecil saja lalu memeluk tangan Umi-nya.

"Umi bisa saja," ucap Zia grogi.

"Cie, yang berbunga-bunga. Siapa dia, sayang?" goda Zahra.

"Zia tak tau, Umi. Tapi, laki-laki itu yang membawa Zia ke puskesmas waktu Zia pingsan. Sampai sekarang Zia tak tau namanya," jawab Zia pelan.

"Waduh, apa umi harus menanyakan namanya agar bisa diikut sertakan dalam doa?" goda Zahra.

"Eh, jangan Umi."

"Jadi, apa yang boleh?" tanya Zahra.

"Tidak ada, jangan lakukan apapun. Zia malu," jawab Zia pelan.

"Hihihihi, ada yang malu-malu meong."

"Ah, Umi. Kalau jodoh tak akan kemana, tak perlu melakukan hal-hal memalukan dan merendahkan diri kita," sahut Zia.

"Cie, ada yang berharap berjodoh nih," goda Zahra mencolek pipi Zia.

"Umi, jangan begitu. Zia malu, Zia kan cuma bilang jodoh tak akan kemana." Zia mulai merajuk.

"Iya, jodoh tak akan kemana-mana. Kalau bukan maut yah manusia, hehehehe. Umi doakan semoga putri cantik umi ini selalu bahagia dan mendapatkan laki-laki yang setia serta beriman," ucap Zahra mengelus kepala Zia.

"Terimakasih, Umi."

"Apapun untuk mu, sayang ku."

_

_

_

_

_

_

_

_

Next?

Tinggalkan jejak kalian ya❤️

Kalau ada typo, langsung komen biar author revisi. Karena author ini manusia juga, walau sudah revisi dua kali tetap aja masih ada typo nya😁

To be continue.

Terpopuler

Comments

Nanda Lelo

Nanda Lelo

😁👍

2023-01-14

1

🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️

🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️

aku pula yg meong hahahahah

2022-10-14

0

🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️

🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️

😁

2022-10-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Prolog
2 Bab 2. Pertemuan
3 Bab 3. Terjadi lagi.
4 Bab 4. Malu-malu meong.
5 Bab 5. Bertemu lagi.
6 Bab 6. Mirip seseorang.
7 Bab 7. Menyampaikan Niat.
8 Bab 8. Daniel tau.
9 Bab 9. Terkejut.
10 Bab 10. Bertemu Hana.
11 Bab 11. Melamar.
12 Bab 12. Lagi.
13 Bab 13. Berbicara dan jujur.
14 Bab 14. Hari pernikahan.
15 Bab 15. Gangguan
16 Bab 16. Pagi yang hangat.
17 Bab 17. Masih di pagi yang hangat.
18 Bab 18. Akhirnya.
19 Bab 19. Mandi bersama.
20 Bab 20. Pulang.
21 Bab 21.
22 Bab 22. Isi paket.
23 Bab 23. Perlahan membaik.
24 Bab 24. Pijat plus-plus
25 Bab 25. Drama di pagi hari.
26 Bab 26. Kabar bahagia dan duka.
27 Bab 27. Terpukul.
28 Bab 28. Kedatangan Leni.
29 Bab 29. Tak ingat.
30 Bab 30
31 Bab 31. Benda aneh
32 Bab 32.
33 Bab 33
34 Bab 34. Kacau.
35 Bab 35.
36 Bab 36. Mengaku bersalah.
37 Bab 37. Andaikan.
38 Bab 38. Di ganggu lagi.
39 Bab 39. Mengganggu saja.
40 Bab 40. Semakin jelas.
41 Bab 41. Menjebak pelaku.
42 Bab 42. Sidang.
43 Bab 43. Merajuk.
44 Bab 44. Jalan pagi
45 Bab 45. Kehangatan
46 Bab 46. Bagaimana jika nanti....
47 Bab 47. Masa lalu itu.
48 Bab 48. Jalan-jalan malam.
49 Bab 49. Maafkan Abi.
50 Bab 50. Saling memaafkan.
51 Bab 51. Kejujuran Gabriel.
52 Bab 52 Berjalan dengan baik.
53 Bab 53. Menyelesaikan masalah #1
54 Bab 54. Menyelesaikan masalah #2
55 Bab 55. Kabar bahagia.
56 Bab 56. Bahagia.
57 Bab 57. Lahirnya sang buah hati.
58 Terimakasih.
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1. Prolog
2
Bab 2. Pertemuan
3
Bab 3. Terjadi lagi.
4
Bab 4. Malu-malu meong.
5
Bab 5. Bertemu lagi.
6
Bab 6. Mirip seseorang.
7
Bab 7. Menyampaikan Niat.
8
Bab 8. Daniel tau.
9
Bab 9. Terkejut.
10
Bab 10. Bertemu Hana.
11
Bab 11. Melamar.
12
Bab 12. Lagi.
13
Bab 13. Berbicara dan jujur.
14
Bab 14. Hari pernikahan.
15
Bab 15. Gangguan
16
Bab 16. Pagi yang hangat.
17
Bab 17. Masih di pagi yang hangat.
18
Bab 18. Akhirnya.
19
Bab 19. Mandi bersama.
20
Bab 20. Pulang.
21
Bab 21.
22
Bab 22. Isi paket.
23
Bab 23. Perlahan membaik.
24
Bab 24. Pijat plus-plus
25
Bab 25. Drama di pagi hari.
26
Bab 26. Kabar bahagia dan duka.
27
Bab 27. Terpukul.
28
Bab 28. Kedatangan Leni.
29
Bab 29. Tak ingat.
30
Bab 30
31
Bab 31. Benda aneh
32
Bab 32.
33
Bab 33
34
Bab 34. Kacau.
35
Bab 35.
36
Bab 36. Mengaku bersalah.
37
Bab 37. Andaikan.
38
Bab 38. Di ganggu lagi.
39
Bab 39. Mengganggu saja.
40
Bab 40. Semakin jelas.
41
Bab 41. Menjebak pelaku.
42
Bab 42. Sidang.
43
Bab 43. Merajuk.
44
Bab 44. Jalan pagi
45
Bab 45. Kehangatan
46
Bab 46. Bagaimana jika nanti....
47
Bab 47. Masa lalu itu.
48
Bab 48. Jalan-jalan malam.
49
Bab 49. Maafkan Abi.
50
Bab 50. Saling memaafkan.
51
Bab 51. Kejujuran Gabriel.
52
Bab 52 Berjalan dengan baik.
53
Bab 53. Menyelesaikan masalah #1
54
Bab 54. Menyelesaikan masalah #2
55
Bab 55. Kabar bahagia.
56
Bab 56. Bahagia.
57
Bab 57. Lahirnya sang buah hati.
58
Terimakasih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!