Waktu berlalu cepat, sudah satu minggu Nisa koma. Dimas yang tak henti menjaga dan menemani sang istri dirawat, sampai ikut sakit dibuatnya.
Dimas pingsan karena kelelahan begadang menjaga Nisa juga Baby Arra. Meskipun dibantu Oma Andina, dan Nenek Amirah, tetap saja perawatan penuh anak dan istrinya ada dibawah pengawasan Dimas. Bahkan Dimas sampai tidak masuk kantor dan mengalihkan pekerjaannya lewat online. Sembari tetap menjaga keluarganya di rumah sakit.
Dengan patuh Niko sang sekretaris memantau kondisi kantor, selalu menghubungi Dimas, memberitahukan informasi seputar pekerjaan dan senantiasa mengirim berkas kantor yang tidak bisa diwakilkan olehnya.
"Kamu terlalu memaksakan diri, Dim. Mama tau kekuatiran kamu. Tapi kamu juga jangan terlalu keras kepala. Ada Angga yang ikut mencemaskan kamu," papar Amirah. Heran dengan menantunya yang masih kekeuh menjaga Annisa tanpa kenal waktu, dan mengabaikan kesehatannya sendiri.
"Aku hanya mau terus berada disisi Nisa dan juga Baby Arra. Kalau bukan Dimas siapa lagi yang akan menjaga mereka, Ma."
"Ada Mama, Abah. Ada keluarga kamu juga, Dim, kalau kamu lupa. Kamu anggap kami ini apa? Jangan batu, untuk dua hari ke depan kamu harus beristirahat penuh. Angga dan Baby Arra biar jadi urusan, Mama!" Tekan Amirah pada menantunya.
***
Angga disekolah terlihat murung dan tidak bersemangat, sudah lebih dari seminggu kondisi Mamanya tidak ada peningkatan. Tita teman sebangku Angga pun iba melihatnya. Ia tahu rasanya saat orang terkasih sedang terbaring sakit dan tak sadarkan diri.
"Angga, ayo main bareng. Jangan murung terus nanti Angga gak ganteng lagi," goda Tita. Gadis muda berumur sepuluh tahun itu berusaha untuk menghibur temannya, meskipun candaannya tidak ditanggapi si empunya.
"Angga! Tita bawa bekal, isinya ada empal jagung kesukaan Tita. Angga mau coba? Rasa nya enak lho," tawar gadis itu menyodorkan kotak bekalnya yang sudah dibuka tutupnya ke hadapan Angga.
"Tidak selera. Kamu habiskan aja, Ta. Kan ini makanan kesukaan kamu," dorong Angga mengembalikan bekal Tita.
Gadis itu tak kehabisan ide. Diambilnya satu gorengan empal jagung dan dimakannya dengan ekspresi semenggoda mungkin. "Yakin Angga nggak mau, ini beneran enak lho, emang Angga gak ngiler?"
Masih tersisa tiga gorengan dan Tita hendak mengambilnya, namun langsung dicegah Angga. "Makasih, sisanya aku makan ya, Ta."
***
Pengajian akan dilaksanakan selesai Isya nanti dikediaman Dimas. Oma Andina, Nenek Amirah juga para pekerja Art terlihat sibuk merapikan tatanan makanan untuk menjamu tamu yang berhadir.
Pengajian ini dimaksudkan untuk proses 'Tapung tawar Baby Arra' yang tali pusarnya sudah copot, sekaligus mendoakan untuk kesembuhan Annisa dan meresmikan nama Baby Arra.
Sebelum Aqiqah! Harus dilaksanakan dulu selamatan 'Tapung tawar' mengingat Annisa yang aslinya orang Borneo dan keluarga besar Dimas pun setuju mengikuti adat kebudayaan orang kalimantan.
Dani sekeluarga pun turut hadir diacara selamatan ini.
Baby Arra dengan bedongan kain berwana biru ditaruh dalam ayunan kain yang sudah ditempeli duit pecahan sepuluh ribu hingga seratus ribu. Bukan hanya diayunan namun seisi rungan pun sudah ditempeli duit bergantungan dilangit-langit lengkap dengan bunga, snack makanan juga kue gelang khas Banjar.
"Sudah beres, Ma? Kalau ada yang kurang beritahu Papah segera, biar nanti minta Kosim mencarinya," Opa Yoga menghampiri istri dan menanyai kekurangan apa yang belum ada.
"Sepertinya sudah lengkap semua, Pah. Iya kan Dek Mirah," tanya Oma Andina memastikan.
"Iya, Kak Dina, semuanya sudah ada. Tinggal menunggu nak Dimas, dan para tamu, baru acaranya dimulai."
***
Setelah kemarin dilaksanakan selamatan tapung tawar dan doa bersama untuk kesembuhan Annisa. Pagi ini pula Dokter memberi kabar baik kondisi Annisa yang berangsur pulih. Meskipun belum sadarkan diri, namun Annisa sudah bisa merespon dan memberi tanda-tanda bahwa sebentar lagi akan siuman.
"Mama, aku kangen, Adik juga. Mama cepat sembuh. Angga masih butuh Mama, disini," Angga berujar dengan Baby Arra yang direbahkan di atas ranjang tepat di samping Nisa- mamanya. Bayi perempuan itu tertidur pulas setelah diberi susu formula yang dicampur air zam-zam.
Seharusnya Baby Arra minum susu dari ASI Ibu, namum melihat kondisi Nisa yang terbaring koma. Mau tidak mau Baby Arra diberi susu pengganti sementara, sembari menunggu Annisa sadarkan diri.
Rafael juga ikut menemani Angga. Bocah itu merengek ingin bermain dengan Angga dan Adiknya. Dengan sungkan tak enak hati, Dani dan Silvana terpaksa menitipkan anaknya sedari kemaren yang ingin menginap dirumah Angga.
"Baby Arra bangun! Bang Rafa mau ngasih kamu dot nih, ayo bangun!" Rafael menoel-noel pipi caby bayi mungil berumur hampir 2 minggu itu.
"Jangan ganggu Raf, Adekku baru aja tidur. Kamu main dengan ku saja," ajak Angga ke sudut rungan dan mereka pun bermain.
***
Dimas mengurus semua keperluan yang akan dibawa, rencananya besok Annisa akan diterbangkan ke Singapura untuk pengobatan lanjutan. Sebenernya alat di RSUD ini lumayan lengkap dan memadai, hanya saja untuk alat tDCS otak untuk perangsang tubuh yang mati rasa belum ada, maka dari itu Annisa harus diterbangkan ke Singapura. Siapa tahu dengan begitu Annisa akan cepat sadarkan diri.
Nenek Amirah menyusut setitik air yang jatuh dari sudut matanya. Tidak terbayangkan kondisi anaknya yang masih dalam keadaan vegetatif. Oma Andina memeluk tubuh rapuh besannya. "Insya Allah, Nisa akan sembuh, Mir. Tabahkan hati kamu. Kita berdoa sama-sama."
Annisa dengan alat-alat yang masih terpasang ditubuhnya, segera dipindahkan ke ruang observasi IGD. Ditemani Dimas yang tak pernah absen berada disisi sang istri tercinta.
Sedangkan Angga dan Baby Arra akan ditinggal sementara bersama Oma Andina dan Opa Yoga dikediaman Dimas.
***
Seminggu setelah pengobatan yang dilakukan juga proses tDCS, Annisa pun mulai merespond pasif. Dimas mengembangkan senyum memandangi tubuh sang istri yang masih terbaring diranjang rawatnya.
"Sebentar lagi. Iya hanya sebentar lagi, kamu pasti sembuh Nis. Mas yakin kamu akan pulih dan bangun dari koma." Dimas mengecup sayang tangan sang istri.
Tak lupa Dimas menghubungi kelurga juga mertuanya. Mengabari kabar kemajuan kondisi Annisa yang berangsur memulih. "Kamu tenang saja, Dim. Mama, Papah akan menjaga Angga dan Baby Arra dengan baik," sahut Opa Yoga disebrang sana.
"Aku percaya kok, Pah. Mungkin tidak lama lagi Dimas akan pulang, juga Annisa yang akan bangun dari komanya."
"Aamiin. Semoga menantunya Papah cepat sembuh. Bisa berkumpul lagi dengan kelurga. Papa tutup, sudah waktunya Baby Arra minum susu. Assalamualaikum." Pamit Opa Yoga memberi salam.
"Wa'alaikumsalam, Pah."
***
Senyum mengembang dan binar bahagia keluarga besar Dimas Dan Annisa turut menyambut kepulangan mereka di Bandara, dengan Annisa yang di dorong menggunakaan kursi roda. Hanya berselang dua minggu pengobatan Annisa, akhirnya ia terbangun dari komanya.
Ingatan saat malam itu Dimas menunaikan sholat tahajud, meminta kesembuhan sang istri. Dan setelahnya Annisa pun menunjukkan respond yang tidak disangka-sangka.
Tangan yang semula kaku itu mulai bergerak beriringan mata yang terbuka perlahan.
Dengan tergesa Dimas memencet tombol yang terhubung dengan Dokter khusus yang menangani Annisa dan tak lama datang menghampiri. "Praise God, it's a miracle. Usually patients who go into a coma will not last long. A month is not a short time. However, with Mrs. Annisa's condition, I felt as a doctor was surprised." ucap Dokter itu setelah memeriksa Annisa.
( Puji Tuhan, ini keajaiban. Biasanya pasien yang mengalami koma tidak akan bertahan lama. Sebulan bukanlah waktu yang singkat. Namun dengan kondisi Bu Annisa, saya sebagai dokter merasa heran. )
"Congratulations Sir, Mrs. Annisa is declared conscious and recovered from a coma. But must be treated a few more days for a follow-up examination."
( Selamat Pak, Ibu Annisa dinyatakan sadar dan pulih dari koma. Namun harus dirawat beberapa hari lagi untuk pemeriksaan lanjutan. )
"Yes, and thank you very muck, Dok." Dimas menghampiri Annisa. "Nis.. Ini Mas sayang. Kamu masih kenal, Mas kan?" tanya Dimas memastikan. Sering kali orang yang terbangun dari koma, banyak yang mengalami lupa ingatan.
"Ma-ma-s," Dimas mengecupi kening dan tangan Annisa bergantian. "Iya sayang. Ini Mas. Kamu istirahat ya. Nanti dicoba lagi saat kondisi kamu pulih."
Annisa mengangukkan kepalanya pelan. Sangat pelan. Iya memang sedikit kesulitan saat berbicara namun satu hal yang harus diketahui? Annisa tidak mengalami kelumpuhan otak yang membuat iya lupa ingatan. Annisa masih sama dengan yang dulu sebelum jatuh sakit. Annisa ingat dan sadar betul. "Istirahat Nis. Kamu tidur, Mas akan temani kamu disini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Dhina ♑
Kasihan Annisa, semoga cepat sembuh dan kembali bersama keluarga.
Dimas, kamu kelelahan, tidak menjaga kondisi kamu sendiri.
Mmmm.....acara Tapung tawar 🤔🤔 aku tidak mengerti
2022-11-19
2
Dania
Tita, untungnya ada kamu, gadis kecil yang manis dan baik hati
2022-11-15
1
Dania
jiwa Anggota ikut terguncang, menanti mamah nya yang tak kunjung bangun 😭😭😭
2022-11-15
1